公用欄目


Join the forum, it's quick and easy

公用欄目

TKB:SD di HK(14&15)【代貼】

向下

TKB:SD di HK(14&15)【代貼】 Empty TKB:SD di HK(14&15)【代貼】

發表  ymchen 01.03.15 23:26


【代貼】

SUKA DUKA DI HONGKONG-Revisi
(在香港的苦與樂-修訂版)






Bagian ke dua(1988 -1997)


SUKA DUKA DI HONGKONG. (1990)-Revisi

(Seri ke-14)

Penulis : Thio Keng Bou (張慶茂)
(Feb. 2015)



(1) Tini anak dubes RI di Hanoi datang dari Holland


Awal tahun 1990, tiba2 kami menerima kunjungan Tini puteri kedua dari Sukrisno, mantan dubes RI di Hanoi yang kini bermukim di Holland.

Kami mulai berkenalan dengan pak Sukrisno dan anak2nya di STM Tjiangsi RRT pada musim panas 1970, 20 tahun yang lampau. Tini adalah salah satu murid piano dan akordeon saya yang paling baik mainnya, tapi sayang belakangan dia tidak melanjutkan bakat seninya, melainkan terjun ke fakultas kedokteran , ya memang untung dia pilih kedokteran, kalau memilih musik, tentu susah cari makan di Holland. Di Holland dia ikut ujian kedokteran Holland lagi, sampai dapat diploma dan izin buka praktek menjadi dokter.

“Bung Keng Bouw, saya kali ini mampir di Hongkong dalam perjalanan ke Peking, tujuan saya adalah mau belajar tusuk jarum di sana, yang banyak berguna untuk mendapat lebih banyak pasien di Holland. ” demikian Tini menjelaskan rencananya.

Untuk menghemat saya mengajak dia tinggal di apartmen saya, karena kamar yang tadinya dipakai oleh Viktor kini sudah kosong, Viktor sudah pindah dan tinggal bersama isterinya dari Peking.

Selama di Hong Kong, isteri saya mengajak Tini jalan2 dan belanja, dan pergi ke objek turis yang terkenal.

“Wah murah sekali roti di Hong Kong, murah sekali pakaian di Hong Kong, saya mesti beli pakaian  satu koper banyaknya untuk pakai sendiri dan souvenir buat kakak dan ibu saya di Holland.”

Ibu Tini zus Siti, dan kakaknya Tati serta Suryo adiknya semuanya saya kenal baik, ketika sama2 tinggal 7 tahun di STM.

Ya memang di Hong Kong cuma rumahnya saja yang mahal sekali, lain2nya, makanan, pakaian dan ongkos liburan ke luar Hongkong semuanya lebih murah ketimbang di Holland, Jerman, Perancis dan Swedia, itu yang saya ketahui setelah menerima tamu dari negara2 yang bersangkutan selama ini.

Maka setiap tamu dari Eropa datang ke Hongkong, pulangnya selalu mesti tambah satu kofer berisi barang belanjaan di Hongkong. Dan berat badannya tambah berapa KG karena kebanyakan makan yg murah dan lezad di Hongkong.

Tini cerita, sejak tahun 1982, mereka sekeluarga pindah ke Holland, karena ia harus melanjutkan studinya ke Holland, dan sudah kagak betah lagi kelamaan tinggal di Tiongkok. Mereka sekarang bermukim di Amstelveen, satu kota dengan Dr Lie Tjwan Sien yang juga kenal baik dengan pak Sukrisno ketika di Jakarta dulu, dia cerita, banyak sekali mengenai keadaan kawan2 yang dulu di STM yang semakin banyak saja pindah ke Holland, terutama sejak tahun 1986, hampir semuanya tidak mau tinggal di Tiongkok lagi, yang banyak larangan, terutama larangan melakukan kegiatan politik.

Ayahnya adalah mantan ketua redaksi SUARA RAKYAT INDONESIA. Tapi sejak 1986 tidak boleh terbit lagi di Tiongkok, untung pak Krisno sudah pindah ke Holland.



(2) Pesiar pertama ke Thailand


Musim panas tahun 1990. saya dan isteri mulai membaik keadaan ekonominya, murid2 piano sudah meningkat 50 orang banyaknya, maka sudah sanggup pergi pesiar ke luar Hongkong. Tujuan pesiar yang pertama selama 12  tahun jadi orang Hongkong adalah Thailand. Mengapa pilih Thailand?

Pertama jaraknya dekat dan biaya travelnya sudah terjangkau oleh sang dompet. Kedua Thailand Food cocok dengan selera berdua, ketiga seluruh Thailand mayoritas beragama Budha,  kami berduapun penganut agama Budha, jadi sekalian meninjau dan sembahyang di klenteng2 Budha yang kabarnya banyak sekali di Thailand.

Kami ikut rombongan turis yang diurus oleh Travel Jian Wen Hui She, yang merupakan bagian dari HK TVB. Ongkosnya agak mahal sedikit  ketimbang travel2 lainnya, tapi kabarnya service bagus dan Hotelnya semua kelas bintang 5.

Betul saja, selama di Bangkok dan Pataya, kami diinapkan di Hotel Bintang 5 yang lux, dan breakfastnya semua di Hotel,  luar biasa enak dan luar biasa banyak ragamnya, ada 4 macam breakfast yang boleh kami makan sepuasnya, yaitu breakfast cara Thailand, cara Tiongkok, cara Barat dan cara Jepang.Entah ada berapa puluh macam makanan untuk sarapan pagi doang. Sudah barang tentu tidak mungkin kami makan semua makanan yang disediakan itu. Kami pilih 7 macam saja,  bubur Hongkong, roti panggang dengan selei mentega, telur mata sapi, susis , ham dan keju, air jeruk, kopi susu, dan nasi goreng.itupun  sudah kekenyangan.

Di Bangkok kami diajak melihat pasar di atas perahu di sungai, suatu pemandangan yang belum pernah disaksikan atau didengar sebelumnya. Yang dijual di situ ada buah kelapa, durian, rambutan, makanan matang, barang untuk souvenir, baju kaos T Shirt dengan merek Thailand, Bangkok dan dihias dengan gambar pemandangan pulau kelapa, gajah atau klenteng2 yg semuanya melukiskan sesuatu yang khas Thailand. Kemudian diajak meninjau ke klenteng2 di sepanjang sungai yang kami lalui,  ini merupakan sight seeing yang khas Bangkok, yang cuma kami temui di Italia 4 tahun kemudian. Tapi rasanya yang di Bangkok lebih bagus.

Di Pataya kami diajak berlayar ke sebuah pulau dengan kapal motorboat, di pulau itu banyak sekali dijual souvenir2, ukiran2 kayu, patung2 kecil, dompet, tas, T Shirt dan makanan serta minuman khas Thailand, pedagang rujak, buah dingin kayak di Jakarta, di situ kami makan siang, makan sea food a la Thailand yg sedap sekali rasanya. Selesai makan siang, kami ganyang lagi buah durian Thailand yang terkenal tebal dagingnya dan kecil bijinya, legit, harum dan manis. Kemudian minum airkelapa yang murah sekali harganya. Seperlima dari harga air kelapa di Hong kong.

Malam hari diajak  jalan2 ke food street di Pataya, yang ber-deret2 tokopenjual makanan Thailand maupun Barat (karena banyak turis bule ke Thailand), kami diajak makan malam di salah satu restoran sea food khas Thailand, kami disuruh milih sendiri udang, kepiting, ikan dan sayur2an ke atas piring yang disediakan, kemudian bahan mentah itu diserahkan kepada kokinya dan dimasak didepan mata kami, satu tontonan yang menarik sekali, sambil nonton sambil mengeluarkan air liur, karena bau masakan yang menerjang hidung para turis Hongkong.  Ini sesuatu yang belum pernah kami alami dimanapun di Hongkong, RRT maupun di Indonesia.  Setelah makan malam, kami diajak pergi ke sebuah toko serba ada, yang isinya penuh dengan barang2 kebutuhan se-hari2 maupun sovenir2 buat dibeli oleh para turis yang berdatangan dari empat penjuru dunia. Kami beli T Shirt yang bagus2 model dan warnanya, harganya lebih murah ketimbang T Shirt serupa itu di Hong kong. Puas sekali belanja di super market itu.

Suatu tontonan yang meninggalkan kesan mendalam adalah nonton pertunjukan priya banci di Pataya. Inipun suatu tontonan istimewa khas Thailand, Baik di Hongkong atau Indonesia apalagi di RRT, tidak ada tontonan seperti ini,  yang menari dan menyanyi semuanya priya banci, yang mukanya dan dadanya seperti wanita,, bahkan dada montoknya rata2 ukuran 34-36 inci seperti Miss Thailand atau Miss Hongkong.

Tehnik suara dan musiknya taraf internasional, juga dekorasinya. Tata Lampunya juga demikian, betul2 satu show yang meninggalkan kesan mendalam,apalagi baru pertama kali seumur hidup menyaksikan pertunjukan seperti ini.

Di Pataya kami bermalam di Hotel Ambasador yang besar diluar kota Pataya. Hotelnya bagus sekali, ada kolam renang yang besar dan bersih airnya, dan pantai laut yang bening dan putih bersih pasirnya. Maka tidak heran Pataya termasuk salahsatu objek turis yang top di Asia yang sepanjang tahun selalu penuh dengan turis2 dari empat penjuru dunia. Tidak salah deh memilih Thailand sebagai tempat pertama vakansi kami, murah, nyaman, enak, serta puas cuci matanya. Yang istimewa adalah keamanannya terjamin, keluar malampun tidak ada rasa takut dirampok. Orang Thailand sopan2, bicaranya seperti orang nyanyi dan suaranya halus lemah lembut, baik priya maupun wanitanya.  Kami putuskan akan pesiar ke Bangkok dan Pukhet pada tahun 1991 yad.



(3) Mama bawa foto yg nyaris dibakar
waktu G30S 1965


Bulan September tahun 1990, Mama dan adiknya Ie Wellie datang ikut rombongan tour ANTA ke Hong Kong. Saya ikut menyambut di lapangan terbang Kai Tak, segera memeluk dan mencium Mama yang sudah berpisah selama 25 tahun lamanya.

Guide dari Anta yang menjemput dan mengurus rombongan ini adalah Jimmy, saya diperbolehkan naik ke atas bis Anta Tour. Dan ikut mengantar Mama ke Hotel Plaza yang sudah ganti nama menjadi Park Lane di seberang Victoria Park Causeway Bay. Setelah mendapat kunci kamar, kami bertiga, duduk2 dulu sebentar di kamar, dan Mama mengeluarkan oleh2 yang paling berharga buat saya, yaitu berupa album foto2 yang nyaris dibakar ketika G30S. Foto2 ini memang selamat, karena sebelum meletus G30S, sudah saya pindahkan (selamatkan) ke rumah muridku, yaitu rumah ibunya Li Lian, pacarku di RRT yang pernah kuceritakan dalam SUKA DUKA DI HONGKONG tahun 1978. Semuanya masih utuh dan lengkap, dari foto2 aku masih bayi, foto bersama dengan ko Yung Hoa dan  Ko Yung Hian waktu saya berusia berapa bulan, karena kami bertiga ketika itu hidup bersama di rumah Akung (ayah Mama) Guntur no 2 Batavia. Tapi 95 % adalah foto2 kegiatan PPI koleksi saya yang sangat berharga sekali, sebab semua teman2 saya di Bandung, setelah G30S, atas petunjuk dari pengurus PPI, telah membakar habis semua foto2 kegiatan PPI, karena ketakutan mendengar PPI dibubarkan oleh militer.

Setelah ngobrol ngalor ngidul tentang keadaan saya dan keadaan keluarga di Tamansari, dan Jalan Malabar (rumah Ie Wellie), kami bertiga turun untuk makan malam yang diatur oleh pak Jimmy dari Anta Express. Sayapun ikut makan bersama dengan membayar uang makannya kepada Anta, ini memang diperbolehkan oleh Mr Oen khusus untuk para tamu Indonesia yang mempunyai keluarga di Hongkong.

“Bagaimana rasanya Chinese food di Hongkong?”
“Wah sungguh enak sekali, tapi yang paling enak karena bisa makan bersama dengan Keng Bouw yang baru ketemu setelah 25 tahun berpisah”.


Ibu saya dan ie Wellie tampak sudah tua, usianya sudah 70 tahun dan 67 tahun. Kulit mukanya sudah keriputan, tapi tampaknya masih segar dan bersemangat, mereka berdua senang sekali hatinya, akhirnya kesampaian impiannya untuk berjumpa muka dengan anak sulungnya dan keponakannya.

Selanjutnya pada acara City Tour saya tidak ikut serta, karena harus mengajar piano di rumah. Tapi pada acara makan malam di Restoran diatas kapal pesiar di pelabuhan Victoria, saya mengajak famili dekat Mama, yaitu adik cintongnya Engku Yan Wim dan isterinya, Dengan membayar uang makannya kepada Anta tour. Di situ saya beri kesempatan kepada Mama untuk ngobrol dengan engku Yan Wim. Mama adalah puteri sulung dari Ouw Kim Tjay, dan engku Yan Wim  adalah putera sulung dari Ouw Kim Sit, Ouw Kim Tjay adalah anak kedua dari Kongco (Kungtai), dan Ouw Kim Sit adalah anak bungsunya. Jadi masih ada hubungan saudara cintong menurut silsilah keluarga Tionghoa.

“Wah, bagus bener pemandangan di pantai Hongkong dan Kowloon, lampu2 neon iklan bergemerlapan di sepanjang perjalanan di kedua tepi pantai, baru pertama kali Mama melihat pemandangan begini bagus, kayak dalam film2 saja rasanya. ” ujar Mama setelah menyaksikan keindahan Hongkong by Night.

Selesai acara tour Anta, saya mengajak Mama pindah ke hotel Regal Shatin, yang letaknya dekat rumah saya di Ma On Shan. Kemudian ajak me-lihat2 rumah saya di Ma On Shan

“Wah kecil amat rumah tinggalmu ini Bouw, tapi lingkungannya indah,  ada kolam renang, ada taman bunga dan pohon2 yang tinggi besar dan rimbun daunnya, ada lapangan basketball, ada lapangan tennis , ada lapangan indoor untuk bulutangkis dan tennis meja, dekat kepada pasar sayur mayur dan buah2an, ada super market, ada restoran  buat yamcha, ada warung nasi yang puluhan macam  jenis makanannya, serta toko swalayan (mini super market)  yang dibuka selama 24 jam sehari, ada 3 orang dokter yang buka praktek di situ, ada toko alat rumah tangga dan alat2 listerik, ada warung bakmi dan warung bubur, ada penjual ikan laut dan ikan sungai, ada penjual daging babi, ayam dan sapi, ada penjual surat kabar dan majalah2, ada terminal bis, taxi yg selalu standby 24 jam. .”

“Masih ada keistimewaanya Ma, lalu lintasnya lancar sekali, 24 jam non stop ada bis yang membawa kita ke mana saja di  seluruh Hongkong. Dan bisnya aman tidak takut dirampok atau ditodong. Kemudian ada bagian security yang meronda selama 24 jam di keliling gedung2, seluruhnya ada 17 gedung yang tiap gedungnya ada 20 sampai 28 tingkat. ”
Saya tambahkan keunggulan perumahan di Hongkong pada umumnya.

Kemudian saya mengajak makan malam  bersama dengan menantunya (isteri saya). Kemudian keesokan paginya, mengajak jalan2 ke Kau To Shan, perumahan orang hartawan Hong Kong di lereng bukit Kau To, yang letaknya di seberang apartmen saya, dekat Chinese University.

Menurut Mama, rumah2 orang hartawan Indonesia  lebih gede dan lebih bagus.

“Ya, belum tentu duitnya lebih banyak, karena Hongkong tanahnya mahal, harga rumah disini 10 kali lebih mahal, artinya kalau mereka tinggal di rumah seperti ini, kalau dijual, uangnya bisa dibelikan rumah 10 kali lebih besar di Indonesia.”

“Jadi rumahmu kalau dijual, uangnya bisa dibelikan rumah yang 10 kali lebih besar di Indonesia, yang luasnya 400 meter pesegi, wah itu rumah orang kaya di Jakarta Bouw,”
ujar Mama keheranan.

“Meskipun demikian, saya belum ada rencana untuk pindah ke Indonesia lagi, sudah betah tinggal di Hong Kong, kalau sudah aman, jalan2 ke Indonesia sih boleh2 saja, tapi jangan untuk seumur hidup bermukim di Indonesia lagi.” Kata saya lagi.

Cuma 3 malam Mama dan Ie Wellie tinggal makan tidur dan jalan2 di Shatin dan Ma On Shan, pada hari ke-4 mereka berdua kembali lagi ke Indonesia dengan membawa kenang2an manis untuk diceritakan kepada adik2ku di sana.



【第十四集結束】

【請續看下一集】









SUKA DUKA DI HONGKONG. (1991)-Revisi

(Seri ke-15)

Penulis : Thio Keng Bou (張慶茂)
(Feb. 2015)



(1) Sobron Aidit dan Nita/Laura jalan2 ke Hong Kong


Sobron Aidit, adik kandung ketua PKI DN Aidit, adalah sahabat karibku yang ku kenal sejak di Indonesia, ketika itu ia menjabat Sekretaris Baperki Pusat, dan saya menjabat ketua PPI Bandung, PPI adalah anak Baperki, jadi selalu sering ada kontak dantara anak dan bapaknya. Tahun 1963 Sobron pergi ke RRT menjadi dosen bahasa Indonesia di Universitas Bei Jing (Peking), ketika G30S meletus,dia masih mengajar di situ, jadi termasuk orang yang terhalang pulang di luar negeri yang jumlahnya ada 500an
.
Selama di RRT, Sobron hidup bersama dengan saya selama 12 tahun lamanya, pernah sama2 jadi guru bahasa Indonesia di sekolah yang khusus dibuka untuk anak2 orang Indonesia yang nyangkut di RRT di STM (Sekolah Tujuh Mei).

Hubungan pribadi dengan Sobron akrab sekali, dan dia paling suka kepada sambel goncang lidah yang saya ciptakan di STM, Ketika saya menjabat sebagai Ketua bagian kebora (Kebudayaan dan Olahraga di STM, Sobron dan Afif menjabat seksi Dramanya, dan juga sebagai anggota paduan suara 100 orang yang saya pimpin ketika itu di STM.

Setiap habis makan siang, saya dengan Sobron sering jalan kaki di bukit2 dekat STM, sambil ngobrol ke barat dan ke timur. Saya suka kepada pelajaran politik, sejarah dan debat soal2 politik dan PKI, tapi Sobron kurang begitu interesan, dia cuma senang kepada soal seni dan sastera, dia beda sekali dengan abangnya DN Aidit, begitu pula dengan adiknya Asahan Aidit. Salah satu puterinya Nita, belajar akordeon dan piano kepada saya, tapi Wita tidak suka musik jadi tidak belajar.

Pada pertengahan tahun 1991, Sobron, puterinya Nita dan cucunya Laura datang ke Hong Kong untuk pesiar, sekalian ketemu familinya Pak Nam dan muridnya di Pa Hoa Gouw Tjeng San.  Wah senang sekali bisa ketemu sahabat karib dan bekas murid pianoku, Nita yang saya kenal sejak usia 2 tahun, sekarang sudah berusia 27 tahun dan sudah punya seorang puteri Laura, hasil pernikahan dengan bangsa Portugis di Paris, tapi kabarnya sudah bercerai karena kagak cocok.

Selama di Hong Kong, saya yang menjadi guide, mengantar mereka ke sana dan ke sini, yang paling berkesan adalah mengajak mereka bertemu dengan mantan interpreter Tiongkok di Hongkong, makan bersama di Mongkok, sebab di Hongkong banyak mantan interpreter bahasa Indonesia yang kelahiran Indonesia, akhirnya pindah ke Hongkong, karena tidak betah tinggal di RRT gara2 RBKP. Jadi bukan cuma Yo Seng Kim saja yang berada di Hongkong, juga ada Liu Peng Kian, Oey Kok Beng, Sabar Chu, Tin Tin Sing dan isteri, Chai Pik Chiang, dan banyak lagi yang sudah kulupa namanya karena jarang kontak lagi. Kali itu kami mengadakan re-unie dan makan2 di Food Court Hotel terbesar di Mongkok,  kira2 ada 10 orang yang datang.  Sungguh satu pertemuan yang menggembirakan buat kedua belah fihak, cerita pengalaman masing2 secara cekak aos, sambil mencicipi Hongkong Food yg terkenal lezadnya. Sobron khusus menceritakan keadaan Restoran Indonesia di Paris, yang didirikan bersama Umar Said dan dibantu oleh orang2 Indonesia yang terhalang pulang di Perancis, termasuk puterinya DN Aidit, Ibaruri Aidit, Ketika memori ini saya tulis, puterinya Sobron Nita sudah menjabat sebagai direktur dari Restoran Indonesia di Paris itu,  usia Nita kini sudah 51 tahun, oi, betapa cepatnya sang waktu berlalu.

Malam harinya Gouw Tjeng San khusus mengajak Sobron sekeluarga dan saya dan isteri serta Pak Nam, makan seafood di Lei Yi Mun, restoran sea food terkenal di tepi pantai.  Saya juga buat pertama kali makan sea food seperti itu di Hongkong, caranya seperti di Thailand yang pernah saya ceritakan itu,  semua ikan, udang dan kepiting serta sayur2an kita pilih sendiri, kemudian dimasak oleh kokinya, dan dihidangkan panas2 diatas meja untuk diganyang bersama, sedaaaaapppp…….

Gouw Tjeng San adalah murid Sobron di sekolah Pa Hoa, ketika tahun 50-an, mereka berdua masih ingat kejadian yang lampau itu, maklum Sobron juga terkenal karena jadi adik kandung ketua PKI yg kesohor di Indonesia.

Sobron cerita, bahwa dia sudah kembali ke Indonesia sebagai turis  orang Perancis, tapi kedatangannya sudah diketahui oleh intelejen Indonesia, dan sebelum meninggalkan Indonesia, intelnya bilang kepadanya, untung Sobron selama di Indonesia tidak melakukan kegiatan politik, maka dia tidak di-apa2kan, boleh kembali ke Paris. Ya Sobron memang selama hidupnya tidak pernah terjun ke bidang politik seperti abangnya DN Aidit, kerjanya cuma mengajar bahasa Indonesia, jadi penyair dan pengarang, dan terakhir jadi pengelola restoran Indonesia. Jabatannya di Baperki Pusat juga cuma setahun saja, dan tidak menonjol peranannya.  Lebih banyak bersifat formalitas, karena Baperki membutuhkan  seorang pribumi asli untuk jadi anggota pengurusnya. Yang saya kenal pernah jadi sekretaris Baperki Pusat, antara lain adalah Buyung Saleh, Saoed Soerjono dan Sobron Aidit. Kabarnya cuma Saoed Soerjono saja yang ditahan di Pulau Buru setelah G30S.

Saya bilang, kalau kelak saya ke Eropa, pasti akan singgah di restoran Indonesianya, dan memang benar terjadi pada 1995, yang akan saya ceritakan pada seri yad.



(2) Re-unie Ba Zhong Xiao You pertama

(首次巴中校友联欢晚会)


Sebelum tahun 1991, sudah berdiri berbagai angkatan dari Ba Zhong Xiao You, masing2 mengadakan kegiatan di angkatannya sendiri2. Lama kelamaan terasa keperluan menggabungkan seluruh angkatan, membentuk sebuah organisasi yang besar pakai nama Ba Zhong Xiao You Hui. Untuk keperluan itu, telah berkumpul wakil2 dari berbagai angkatan, untuk membicarakan kemungkinan terbentuknya oraganisasi gabungan itu. Rapat persiapan ini diketuai oleh Zhang Shui Yuan, wakil dari angkatan 50, yang dulu pernah jadi ketua Ikatan Pelajar Ba Zhong pada jaman dia sekolah. Akhirnya memutuskan untuk sementara membikin Malam re-unie lebih dahulu, lihat dulu hasilnya, baru disimpulkan perlunya membentuk sebuah organisasi baru yang mempersatukan seluruh angkatan yang ada dalam satu wadah organisasi. Ternyata sudah ada 22 angkatan, dari angkatan 47 sampai angkatan 68

Malam re-unie itu mengambil tempat di sebuah restoran di Wan Chai, dan acara keseniannya disumbangkan dari para seniman professional maupun amatir dari berbagai angkatan. Yang disebut professional adalah yang pernah sekolah tinggi akademi musik, akademi seni suara, akademi tari menari di Tiongkok, dan pekerjaan se-hari2 sekarang adalah guru musik, guru seni suara dan guru tari di Hongkong. Ternyata dalam angkatan 57 yang saya tergabung terdapat 4 guru piano, 2 guru seni suara, paling banyak senimannya, maka seksi kesenian yang mengurus acara kebanyakan diambil dari angkatan 57, seperti Zhou Yun Zhen, Zhang Ru Jun, Wu Su Ngo, Zhang Qing Mao, ditambah Tam Mei Lan dari angkatan 56. Lima2nya adalah seniman professional.

Para guru Ba Zhong yang masih hidup dan bermukim di Hongkong juga diundang sebagai tamu istimewa, Guru Huang Shu Hua tampil ke pentas dan menyanyikan lagu Naik2 ke Puncak Gunung, dan mendapat sambutan dan tepuk tangan dari para muridnya, meskipun usianya sudah di atas 80, tapi masih sehat dan nyaring serta merdu suaranya..

Saya sudah lupa berapa jumlah yang datang, pokoknya banyak sekali dan untuk pertama kali bertemu dengan teman2 satu sekolah di Ba Zhong pada masa muda. Pada umumnya saya tidak mengenalnya, pertama, ketika di Indonesia, saya tidak aktif dalam ikatan pelajar Ba Zhong, kedua jarang bergaul dengan teman2 sekolah di Ba Zhong. Dengan re-unie ini berarti saya akan mendapat teman2 baru di Hongkong, satu hal yang sangat menggembirakan, para alumnus yang datang juga memiliki perasaan demikian.

Sehabis malam re-unie tersebut, entah kenapa tidak diteruskan dengan membentuk Alumni Ba Zhong, 2 tahun kemudian , pada tahun 1993 baru berdiri organisasi gabungan dari berbagai angkatan itu, dengan nama Ba Zhong Xiang Gang Xiao You Hui.



(3) Yo Kim Houw dirigen paduan suara PPI Bandung datang


Saya kenal Yo Kim Houw pada tahun 1959 di Bandung, dalam rapat pembentukan pengurus PPI Cabang Bandung dikantor Baperki Jalan Raya Barat no, 203. Ketika itu saya dan Yo Kim Houw sama2 menjabat wakil ketua PPI Cabang Bandung, kemudian kami ber-sama2 pergi ke Semarang untuk menghadiri Kongres ke-2 PPI seluruh Indonesia. Ini sudah saya ceritakan dalam serial 《SUKA DUKA DI PPI 1955-1965》

Ketika saya berangkat ke RRT pada September 1965, Yo Kim Houw masih menjadi dirigen paduan suara PPI Cabang Bandung,  setelah itu putus hubungan . belakangan setelah Then Thoeng Khang datang ke Hong Kong, baru saling kontak lagi, karena mereka berdua adalah sama2 teman sekolah di Nan Hoa Bandung..

Yo Kim Houw bermalam di Hotel Marcopolo Tsim Sha Tsui, saya datang bertemu dengan dia di Lobby Hotel, dia berpakaian serba putih dengan diseterika licin, rambut keriting di sisir rapih. Tampaknya masih muda belia, tak banyak perubahan walaupun sebenarnya usianya sudah masuk 53 tahun. Senang sekali bisa berjumpa dengan sesama pengurus PPI Bandung, yang juga sama2 aktif dalam seksi keseniannya. Ia bawa oleh2 Kamus bahasa Indonesia karangan WJS Purwadarminta yang saya pesan melalui surat sebelum kedatangannya di Hongkong, wah senang sekali menerima kamus itu, yang sampai hari ini tahun 2015 saya masih menyimpan baik2, kadang2 melihat untuk mencari arti dari istilah yg jarang dipakai, yang saya temukan dalam buku2 atau surat kabar. Di Hong Kong tidak ada toko buku yang menjual kamus Indonesia, buku2 Indonesia pada umumnya harus beli di Indonesia atau pesan melalui teman2. Maka oleh2 ini sangat berharga sekali.

Kami berdua ngobrol dengan santai kejadian2 setelah G30S, pengalaman saya di RRT, dan pengalaman Yo di Indonesia, ternyata dia sudah menikah juga dan pindah ke Jakarta, membuka toko elektronik dengan penghasilan yang lumayan juga untuk menghidupi keluarganya.  Dia kini tinggal di Pulo Emas yang berdampingan dengan Kelapa Gading, saya berjanji akan mampir ke rumahnya kelak kalau ke Indonesia, dan baru terwujud angan2 ini pada 11 tahun kemudian (2002),  karena saya belum berani pulang ke Indonesia, maka setiap kedatangan teman lama dari PPI, senangnya bukan buatan.



(4) Beli Korg Music Work Station 18 ribu HKD

(买进KORG电脑音乐)


Sudah 13 tahun saya belajar dan mengajar Electronic keyboard (电子琴),  saya merasakan perlu ada peningkatan dalam hal teori dan praktek organ ini, maka saya pergi ke Tom Lee, Tanya kepada pegawainya apakah ada alat music yang lebih canggih dan bagus suaranya?

Ada katanya, yaitu Music Work Station merek Korg, yang baru saja mendapat hadiah istimewa perlombaan digital music di USA. Kemudian pegawai itu memperlihatkan alat music tersebut kepada saya,  saya lihat cuma keyboardnya saja yang sama dengan organ biasa, tapi kenapa tidak ada loudspeakernya, tak ada otomatic bass chordnya?

Si pemakai harus pasang alat pengeras suara sendiri, dan membikin bass chordnya sendiri, disinilah letak sukarnya untuk memainkan music work station, lebih sukar ketimbang organ biasa. Kemudian si pegawai memperdengarkan suara dari MWS tersebut, diperdengarkan suara stringnya, kemudian brass, suling, piano, trompet, trombone, flute, saxophone, violin, gitar drum, timpani, horn, clarinet, vibraphone dll,  seluruhnya ada 600 lebih suara tunggal dan 600 lebih suara kombinasi. Disamping itu, kita boleh menyusun suara kombinasi sendiri, jadi ada ribuan bahkan puluhan rinu kemungkinan.

“Wah, bagus sekali suaranya, lebih bagus ketimbang suara organ yang pernah kubeli sebelumnya, sudah mendekati suara alat musik aslinya, sudah seperti suara yang sering kita dengar dari music CD yang memperdengarkan suara dari simfoni orchestra. Kalau begitu kita bisa bikin simfoni orchestra dengan alat musik ini.” Kataku kepada pegawai Tom Lee.

“Ya, memang alat musik ini jarang yang membelinya, cuma studio film, studio TV dan perusahaan iklan, yang membeli untuk membikin orkes tiruan, karena ongkosnya jauh lebih murah ketimbang menyuruh simfoni orchestra sungguhan untuk membikin back ground musicnya.” kata pegawai Tom Lee.

Harganya tidak terlalu mahal, 18 ribu HKD. Maka lantas tanpa pikir panjang lagi kubeli alat music ini dan langsung sewa taxi dibawa pulang ke rumah. Bahagia sekali bisa membeli sebuah orkes simfoni ke rumahku.



(5)  Beli Yamaha Clavinova CVP 70


Setelah membeli Music Work Station KORG, saya beli lagi digital piano Clavinova Model CVP 70, alat music dwi fungsi (piano dan organ sekaligus) yang paling canggih pada tahun 1991. Harganya 26 ribu HKD. Kita bisa main seperti piano biasa, tapi dengan suara elektronik, juga bisa dimainkan sebagai organ, ini lebih maju ketimbang organ model lama, yang cuma satu fungsi saja. Bedanya dengan Music Work Station, Clavinova ini ada loudspeakernya dan automatic bass chordnya. Jadi langsung kita bisa mainkan menjadi piano orchestra. Kemudian direkam dengan menggunakan floppy disk, Setelah itu bisa diperbaiki sana sini setiap kita merasa perlu, jadi lagu yang sudah direkam dalam floppy disk itu masih bisa diedit, disempurnakan terus seperti music work station yang akan saya ceritakan pada kesempatan lain.

Alat music ini, seperti juga kita main piano, lalu ada band music yang berada disamping kita yang otomatis mengiringi piano tunggal kita.  Atau boleh disebut one man band yang dimainkan oleh satu orang saja, dengan melodi utamanya bolehpiano, atau vibraphone, atau string, atau clarinet, atau saxophone, atau trompet, atau trombone, atau violin, atau brass, atau seruling atau, gitar dan lain sebagainya. Pendek kata Clavinova ini adalah satu revolusi dalam alat musik electronic. Dimulai pada tahun 1991, setiap 2 tahun keluar model baru lagi yang lebih bagus baik suara maupun fungsinya,karena saya sudah pengalaman main organ, maka Clavinoava ini bisa langsung saya mainkan tanpa kesulitan apa2, tanpa guru lagi.



(6)Self studi One Man Orchestra (Komputer Musik)


Yang paling sulit adalah main Music Work Station Korg atau One Man Orchestra. Karena sebelumnya saya belum berpengalaman samasekali main alat musik ini. Saya tanya kepada Tom Lee:
“ Apakah ada gurunya di Hong Kong?”

Pegawai Tom Lee bilang:
“ Tidak ada. Kalau mau belajar mesti ke Jepang atau ke USA. ”

Akhirnya saya putuskan untuk self studi saja, dengan menggunakan pengalaman main organ, main piano, menciptakan lagu2, pengalaman main band, pengalaman bikin paduan suara (koor),  dan pengetahuan teori musik serta pengetahuan simfoni orchestra.

Dengan menggunakan buku petunjuknya (使用者指南), satu persatu fungsi alat musik ini saya coba, saya dengarkan,dan kemudian saya rekam. Kemudian diperdengarkan lagi rekaman itu.

Untuk merekam suara alat musiknya, seluruhnya ada 16 chanel, artinya kita bisa merekam 16 kali banyaknya bahkan 32 kali, sebab tiap chanel bisa dua kali merekamnya. Disinilah letak keistimewaan Music Work Station ini, kita bisa menciptakan sebuah lagu se-olah2 dimainkan oleh 30 orang bahkan ratusan orang pemain musik,  karena tiap chanel itu bisa berisi satu alat musik saja, atau sekumpulan 20 orang pemain violin, 20 orang pemain viola, beberapa orang pemain cello, beberapa orang pemain bass, beberapa orang pemain clarinet, beberapa orang pemain flute, beberapa orang pemain trompet, beberapa orang pemain trombone, beberapa orang pemain horn, beberapa orang pemain tuba, beberapa orang pemain piano, beberapa orang pemain mandolin, harp, timpani, drum, dan ratusan suara yang asli maupun kombinasi dari alat2 musik yang berbeda2. jadi terdapat ribuan kemungkinan, yang tidak mungkin dimainkan  oleh orkes simfoni yang sungguhan.

Lagu2 yang saya gubah pada tahun 1991 dengan menggunakan Music Work Station Korg ini adalah: Rayuan Pulau Kelapa, O Sole Mio, La Paloma, Dari Sabang Sampai Merauke, Garuda Pancasila, Ba Zhong Xiao Ge, Tanah Air (Nyiur Hijau) . teman2 saya di Hongkong maupun di Indonesia yang mendengar rekamannya, percaya lagu2 tersebut dimainkan oleh sebuah simfoni orkestra. Berhasillah dengan self studi saya belajar alat musik mutahir di akhir abad ke-20 ini.



(7)Kusni Sulang, mantan ketua Lekra Jogjakarta


Saya berkenalan dengan Kusni Sulang di Nan King, dalam BBR Musso, bekerja sama dalam kording (Koran dinding), yang dikelola oleh 3 orang, Kusni, saya dan Haminoto. Ketika itu orang2 PKI yang di kompleks Sekolah Musso pecah menjadi 3 kelompok besar, yaitu kelompok BBR Palu Arit yang diketuai oleh Wiharnadi (Sobsi), anggotanya 40 lebih, kelompok 40 Kawan yang diketuai oleh Sugiri (Sobsi) dan kelompok BBR Musso yang diketuai oleh Rudito (Sobsi) anggotanya 30 lebih. Dari 120 orang karena berbeda pendapat dalam penyimpulan , akhirnya betengkar dengan seru dan pecah menjadi 3 kelompok. Kelompok Palu Arit yang mendukung sepenuhnya delegasi CC PKI di Luarnegeri merupakan kelompok terbesar. Kelompok 40 Kawan yang tidak mengakui kepemimpinan delegasi CC PKI, adalah kelompok kedua besar, dan kelompok Musso yang mendukung dengan reserve terhadap delegasi CC PKI adalah kelompok terkecil.  Kalau ditinjau dari kiri tengah dan kanan, maka yg kiri adalah 40 Kawan (pemberontak), yang kanan adalah palu Arit (konservatip) dan yang tengah adalah Musso (moderat).

Dalam diskusi dan perdebatan selanjutnya, ternyata dalam BBR Musso juga terjadi perbedaan pendapat, pecah menjadi Musso kiri, Musso tengah dan Musso kanan.

Saya dan Kusni Sulang banyak persamaan pendapat termasuk kelompok Musso Kiri. Tatiana Lukman (anak wakil ketua PKI MH Lukman) masuk kelompok Mussoi kanan, dan Lim Han Cai yang belakangan jadi suaminya masuk dalam kelompok Musso tengah.

Di STM Tjiang Si saya dan Kusni Sulang tinggal sekamar selama 3 tahun lamanya, belakangan dia mendapat tugas, maka berpisahlah kita berdua, dan baru ketemu di Hongkong pada tahun 1991

Kusni Sulang sebelum G30S menjabat ketua Lekra Jogjakarta, kemudian tahun 1965 pergi ke RRT untuk menghadiri Perayaan hari Nasional RRT ke-16 di Peking.

Dia sekarang bekerja di restoran Indonesia Paris. Dan telah menikah di Paris dengan seorang wanita Hoakiao Malaysia.  Kami berdua ngobrol dengan uplek di warung bakmi Hongkong, sambil makan soto Mi a la Hongkong.Makanan spesifik Hongkong ini tidak ada di Eropa, maka dia makan dengan nikmat sekali. Memang rasanya enak sekali.



【第十五集結束】

【請續看下一集】








ymchen

文章數 : 667
注冊日期 : 2012-11-08

回頂端 向下

回頂端


 
這個論壇的權限:
無法 在這個版面回復文章