公用欄目


Join the forum, it's quick and easy

公用欄目

TKB:SD di HK(16&17)【代貼】

向下

TKB:SD di HK(16&17)【代貼】 Empty TKB:SD di HK(16&17)【代貼】

發表  ymchen 05.03.15 22:48


【代貼】

SUKA DUKA DI HONGKONG-Revisi
(在香港的苦與樂-修訂版)






Bagian ke dua(1988 -1997)


SUKA DUKA DI HONGKONG. (1992)-Revisi

(Seri ke-16)

Penulis : Thio Keng Bou (張慶茂)
(Feb. 2015)



(1) Jalan2 ke Malaysia – Singapura - Thailand


Keadaan keuangan mulai membaik, karena cukup banyak murid yg belajar, tahun 1992 termasuk rekor tertinggi dalam jumlah murid, ada 70 orang murid yang belajar piano dan keyboard, ada lebih kurang 20 murid bule (Eropa-Amerika) yang belajar piano. Maka musim panas tahun 1992, kami berdua pergi pesiar lagi ke Asia Tenggara, dengan objek Malaysia-Singapura dan Phuket Thailand.

Di Malaysia kami per-tama2 pergi ke Kuala Lumpur, ibukota Malaysia, kota ini jalannya bersih dan banyak pepohonan yg rimbun.  Kemudian pergi ke Genting, yang letaknya di atas bukit, tempat perjudian terkenal  di Malaysia.   Kami tidak brjudi, hanya sekedar cuci mata saja. Makanan di Malaysia umumnya cocok dengan lidah Indonesia, sebab mirip sekali dengan masakan Padang atau Palembang atau Medan yang sering  kami makan di Indonesia waktu kanak2.

Kemudian kami pergi ke kota Malaka, yang banyak bangunan Portugisnya, karena pernah dijajah oleh Portugis seperti Macau.  Dari Malaka kami pergi ke Singapura.

Disini kami bermalam di Hotel bintang 4 di Orchids Road yang mirip dengan Nathan Road Tsim Sha Tsui. Di Singapura kami menilpon Souw Keng Hok, yang dulu aktivis PPI Cabang Bandung, bagian paduan suara dan angklung, ia datang bersama isterinya Wang Siu Ming ke Hotel kami, pada kesempatan itu kami ucapkan terima kasih atas bantuan keuangan waktu kami habis2an ditipu Tjoa Heng Kie, kejahatan Tjoa Heng Kie kami ceritakan secara ringkas, agar mereka waspada kalau se-waktu2 si jahanam itu mampir ke Singapura untuk menipu. Ternyata merekapun sudah banyak mendengar soal Heng Kie ini dari teman2 PPI Bandung, jadi percaya sekali dengan apa yang saya ceritakan itu.

Selesai ngobrol di hotel, Keng Hok mengajak kami makan malam di Ta Pai Tong, tempat makan yang terkenal di Singapura. Makan nasi ayam Hai Nan dan sate ayam. Lumayan, makanannya lezad dan cocok dengan selera Hongkong Indonesia.

Objek terakhir adalah Phuket Thailand, naik pesawat udara lagi dari Singapura.  Phuket  adalah daerah pariwisata Thailand yang letaknya di ujung selatan Thailand, tempatnya tidak kalah indah ketimbang Pataya yang pernah kami kunjungi tahun 1991 yang lalu, makanannya juga sama saja dengan Pataya, juga buah2annya, kelapa, durian, manggis, semangka, papaya, pisang, jambu manggis dan lain2.  Dari Pukhet kami langsung pulang ke Hongkong dengan pesawat udara lagi.



(2) En-En datang jalan2 ke Hong Kong


En-En adalah nama panggilan akrab dari Ng Soen Njauw, adik laki2 isteriku. Dia termasuk yang paling cerdas sekolahnya, berhasil menyelesaikan studinya di perguruan tinggi.

Pada suatu hari dia datang sendiri ke Hong Kong, menginap di flat apartmen Chevalier Garden, Ma On Shan. Senang sekali bisa jumpa dengan dia,  saya belum sempat pulang ke Indonesia, jadi belum berkenalan dengan seluruh anggota keluarga isteriku, En-En adalah yang pertama yang kukenal. Selama seminggu dia di Hong Kong, kami ajak pergi Yamcha, jalan2 sight seeing serta ngobrol ngalor ngidul soal keluarga dan lain2.

Dia paling senang makan bubur Hong Kong yang lain rasanya dengan bubur Indonesia.  Bubur Hongkong itu dimasak dengan api kecil selama 6 jam, dan dicampur dengan kembang tahu, jadi beda rasanya dengan bubur Indonesia yang cuma dimasak selama setengah sampai 3 perempat jam saja.

Kemudian di Jakarta misalnya,  yang namanya bubur ayam pasti pakai cakwe, selederi, vetsin dan kecap asin, kadang2 pakai brambang goreng. Ada bubur abang2 yang pakai kacang tanah goreng kerupuk dan emping serta kecap manis.

Tapi bubur Hongkong tidak pakai cakwee, vetsin dan selederi, melainkan pakai daging babi cincang dan telur hitam, dan gorengan terigu halus, dan garing.  Ada lagi bubur yang sudah mateng, digodok lagi, kemudian dimasuki daging mentah, boleh daging babi, daging sapi, daging ayam, irisan ikan mentah, hati babi, dan lain2 . Jadi bubur dan kaldu daging menjadi satu dan rasanya gurih, tapi bukan gurih vetsin seperti bubur Jakarta.

Ketika itu bubur Hongkong belum populer di Jakarta, belum ada yang jual, kini (2013) kabarnya sudah ada, tapi saya belum berkesempatan mencicipinya.

En-En baru menikah dan punya satu anak laki2, Michael namanya. Ia membawa foto keluarganya, isteri dan anaknya.  Ketika memori ini ditulis anaknya sudah jadi dosen di universitas tempat dia lulus ujian akhirnya. Anak keduanya David juga sudah lulus universitas. Sungguh cepat sang waktu berlalu, bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya.



(3) Mama tiba2 datang ke Hongkong


Pada awal September 1992, tiba2 saya ditilpon dari Jakarta, yang minta siang itu pergi ke airport untuk menjemput Mama, yang pagi  itu sudah naik Garuda pergi ke Hongkong. Mama pergi sendirian tidak ikut travel juga tak ada yang antar. Wah, kaget juga saya ketika itu, Mama yang sudah berusia 72 tahun kok hebat bener, berani ke Hongkong sendirian, tidak bisa bahasa Inggeris dan tidak bisa bahasa Tionghoa apalagi bahasa Kantonese.  Saya segera pergi ke airport Kaitak, menunggu para penumpang Garuda Indonesian Airways keluar dari pemeriksaan imigrasi Hongkong.  Tak lama kemudian tampak Mama jalan sendirian dengan kereta dorong yang isinya kofer kecil pakaiannya.

“Mama kok berani bener sendirian pergi ke Hongkong? Bagaimana tadi di imigrasi? Kan Mama cuma bisa bahasa Indonesia doang?” Tanya saya begitu menyalami Mama di ruang tunggu airport.

“Takut apa, Mama naik pesawat Garuda yang banyak orang Indonesianya, cari yang bisa bahasa Kantonese, minta tolong dia ngomong sama petugas imigrasi Hongkong, semuanya serba lancar pemeriksaan paspornya.” Jawab Mama dengan santai.

“Kenapa kagak minta orang anterin atau ikut Anta Travel seperti tahun 1990?”

“Semua lagi kagak sempet, dan Mama sudah kangen betul sama Keng Bouw, maka  kagak ikut Travel lagi yang masih lama berangkatnya.”


Betul2 berani sekali Mama ini, ke luar negeri tanpa ada yang dampingi atau ikut travel biro. Ya, saya ajak pulang ke flat apartmen saya di Ma On Shan, tinggal di kamar satu lagi yang memangnya kosong.

Karena tidak ikut travel, maka harus saya atur sendiri acara jalan2nya  selama di Hong Kong. Ketika itu saya sedang paling top jumlah muridnya, dari Senin sampai Minggu, setiap hari selalu ada murid yang belajar, maka tidak bisa ajak jalan2 seperti dulu, cuma pada hari terakhir saya ajak Mama ke Senzhen, melihat Window Of The World dan Kampung Kebudayaan Tiongkok.

Setiap saya mengajar ke Saikung atau Clearwaterbay, Mama saya ajak ke rumah murid, Mama duduk di ruang tamu melihat saya mengajar, selesai mengajar pulang ber-sama2 saya naik bis, jadi cuma sight seeing sepanjang jalan pulang pergi mengajar, yang di sepanjang jalan penuh dengan pepohonan dan rumah2 tingkat 2 atau tiga tempat hartawan dan orang bule tinggal.

“ Kali ini pemandangannya kan  lain dengan dulu ya, Mama saya ajak pergi ke rumah orang kaya, orang bule, nonton para murid saya yang belajar piano,”

“Ya, rumah orang kaya di Hongkong gede2 ya, bagus, mewah dan rata2  di pinggir laut dan sekelilingnya banyak pohon yang rimbun. Waktu ikut travel tempo hari, kaga ada kesempatan masuk ke dalam rumah seperti ini, cuma lihat dari luar saja.”

“Ya Ma, kebetulan saya menjadi guru piano mereka, kalau kagak, ya mana bisa masuk ke rumah seperti ini?”


Malam harinya sebetulnya masih ada murid yang belajar, tapi saya liburkan dulu satu kali, toh Mama rasanya kagak bakal lama di Hongkong,  kesempatan malam hari saya ajak Mama makan di luar, di Restoran Hongkong yang terkenal lezad dan murah harganya.

Kali ini hanya seminggu saja Mama di Hongkong, karena sudah kangen kepada anak cucunya di Indonesia, kemungkinan juga melihat saya sangat sibuk mengajar, takut menganggu saya, maka pada hari ketujuh, selesai main di Senzhen, sore itu juga saya antar lagi Mama ke airport Kaitak, naik Garuda lagi, pulang ke Indonesia.



(4) Thio Keng Bouw Student Piano Concert

yang pertama

( 張庆茂第一次学生钢琴演奏会)


27 September 1992, pada hari ketiga Mama berada di Hongkong, bertempat di gedung consert Shatin, saya melangsungkan Konser Piano murid2 saya yang pertama di Hongkong. Yang ikut konser seluruhnya ada 35 orang murid, ada orang Tionghoa dan ada juga anak bulenya. Anak Bulenya antara lain: Anouck Silvester dari Jerman, Elaine Radcliffe dari Inggeris,  Richard Carey dari Inggeris, Jade Carey dari Inggeris, Andreas Savage dari Columbia, Eddy Radcliffe dari Inggeris, Lisa Shaw dari Australia, Leagh Weal dari Inggeris, Brooke Mckenlly dari Australia, Simon Mckenlly dari Australia.

Alex Fung baru berusia 13 tahun, sudah lulus tingkat ke-8 ABRSM di London.  Sudah 8 kali ikut perlombaan anak2 berbakat seluruh Hongkong, 7 kali juara dan 1 kali runner up. Ia satu2nya yang disamping main piano juga main keyboard, menyanyi dengan iringan piano dia sendiri. Ia mainkan lagu Sonata in F, Toccata, Old Fashion,  Fu Mu En.

Yang nonton disamping para orang tua murid, juga saya undang teman2 saya yang suka musik, antaranya Pak Willy dan isteri, yang anaknya Alex Fung juga ikut konser, Tam Mei Lan dan suaminya, Ang Heng Kok dan isteri, Yo Seng Kim dan lain2.

Mama juga saya undang nonton dan duduk di baris terdepan, satu kebetulan, konser saya yang pertama dihadiri oleh Mama dari Indonesia, kelak kalau pulang ke Indonesia pasti akan cerita kepada adik2ku dan teman2 Mama di Indonesia.,

“Bouw, Mama belum pernah lihat Keng Bouw main piano, kenapa tiba2 Keng Bouw jadi guru piano, dan banyak bener muridnya dan ada anak bule lagi”.  Kata  Mama selesai konser piano itu.

“Ya, di rumah kita kan kagak ada piano, saya belajar piano di Bandung, jadi Mama belum pernah lihat saya main piano. Di Bandung pada tahun 1962 saya sudah mengajar piano di Unsera,  dan belakangan saya pergi ke RRT dan jadi guru piano di sana, juga Mama belum pernah lihat, tapi kemaren dan kemaren dulu, Mama kan lihat sendiri saya mengajar piano di rumah2 orang kaya Hongkong.” Saya jelaskan.

“Dari famili Papa maupun famili Mama, cuma kamu yang bisa main piano dan jadi guru piano, memang kamu sejak kecil Mama tahu punya bakat musik, lagu2 yang kamu dengar di radio, tanpa guru kamu sudah bisa tiru dan nyanyikan semua.”

“Apa iya? Kok saya sudah lupa kejadian itu, tapi melodi lagu Kaigun Tentara Jepang masih bisa saya nyanyikan sekarang meskipun sudah lewat 50 tahun lamanya, mungkin itu lagu2 yang dulu saya nyanyikan melalui radio, cuma sekarang kata2nya saya sudah lupa semua”.


Dalam konser itu Mama masih kenalin Ang Heng Kok, teman main saya waktu sekolah SD di Sin Hoa, anaknya Ang Wei Shan sudah tingkat 6 pianonya, saya ajarin dia piano sejak tahun 1986, ketika masih tinggal di Tsim Sha Tsui.

Selesai konser, semua murid saya saya minta tampil dan berbaris di pentas, untuk diambil foto bersama buat peringatan. Tiap peserta diberi kado kenang2an, semua merasa bergembira dan puas, pulang ke rumah masing2 dengan membawa kenang2an manis. Seminggu kemudian, tiap peseta konser diberikan video kaset yang merekam seluruh konser tersebut, kenang2an yg berarti untuk seumur hidup.



(5)Beli Piano Profesional Yamaha

seharga 60 ribu HKD


Pada tahun 1992, murid saya paling banyak dalam sejarah jadi guru piano, penghasilannya sebulan mencapai 20 sampai 25 ribu HKD sebulan. Maka piano lama saya yang harganya 12 ribu HKD yang saya beli di Tsim Sha Tsui pada 1984 dengan uang pinjaman kanan kiri kepada teman2, terasa sudah kuno.  Maka saya pergi ke Tom Lee, beli  piano  yang paling bagus dari Yamaha, yang satu kelas lebih rendah dari grand piano (三角琴), yang harganya 60 ribu HKD, piano itu sudah saya pakai sampai tahun 2015, tetap masih bagus suaranya, masih seperti piano baru saja. Dalam soal berpakaian, dalam soal membeli perabotan rumah tangga, dalam soal makan se-hari2, saya bisa menghemat pengeluarannya, tapi dalam soal membeli alat2 musik, saya termasuk paling berani buang duit, paling boros jika dibandingkan dengan teman2 yang menjadi guru piano di Hong Kong. Kenikmatan untuk mendengar suara piano dan suara electronic keyboard dan computer music, merupakan kenikmatan yang luar biasa, lebih nikmat ketimbang makan2 di restoran yang mahal2 , atau membeli pakaian yang mahal2.  Dan uang sebesar itu yang saya keluarkan ternyata tidak sia2, saya berhasil menjadi pemain computer musik nomer satu di kalangan perntau kelahiran Indonesia yang berada di Hongkong.  Saya akhirnya bisa dalam waktu 5 menit menciptakan sebuah lagu baru, satu rekor yang luar biasa buat seorang komponis kaliber dunia. Karena dalam otak saya tersimpan ribuan melodi dan harmoni serta irama musik, yang setiap saat bisa dikeluarkan secepat kilat untuk membikin lagu baru atau mengaransemen lagu lama dan baru. Otak saya sudah seperti komputer saja yang menyimpan ribuan melodi yang pernah saya dengar atau mainkan.  Itulah hasil saya belajar komputer musik yang harganya mahal2 dan isinya ada ratusan suara musik dan suara macam2 temasuk suara pesawat udara. Suara meriam, suara angin, suara laut, suara pesawat udara, suara helicopter, suara tilpon dan lain2 sebagainya.



(6)Beli Electronic Keyboard Roland E-86

Dan Yamaha PSR 97


Karena sering mendapat undangan untuk memberi pertunjukan  organ atau mengiringi teman2 yang mau menyanyi dalam berbagai malam re-unie, maka akhirnya saya beli 2 keyboard yang kecil yang bisa digotong ke-mana2 dengan naik bis. Walaupun kecil tapi sangat lengkap isinya dan fungsinya,  masing2 seharga 14 ribu HKD untuk Roland E-86 dan 10 ribu HKD. Untuk Yamaha PSR 97.

Suaranya cukup bagus dan fungsinya cukup banyak, ini adalah keyboard yang paling canggih pada tahun 1992 itu.

Waktu itu disamping yang belajar piano, juga tak sedikit yang belajar keyboard, jadi disamping untuk mengajar juga untuk pertunjukan.

Keistimewaan 2 keyboard ini, bisa dalam waktu sekejap saya mengganti music stylenya, misalnya sedang main rumba, dalam sekejap bisa diganti menjadi waltz tau tango, atau apa saja yang sudah diprogram dan disimpan dalam 16 jalur yang tersedia. Juga bisa dalam tempo sekejap mengganti suara melodinya, misalnya saya sedang mainkan sebuah lagu yang pakai piano, dalam tempo sekejap bisa saya ganti menjadi suara violin, atau seruling atau trompet atau apa saja yang seya kehendaki. Kayak main sulap saja di atas panggung kesenian.

Semua alat music saya adalah made ini Japan yang diasembling di Tokyo, karena RRT ketika itu masih belum mengerjakan assembling alat2 musik luar negeri. Jadi kwalitetnya terjamin bagus. Lagu2 yang dibikin dengan alat2 musik ini setelah direkam jadi CD, suaranya persis seperti CD yang kita beli di toko2 musik.



(7) Liang Ying Ming,

guru sejarah dunia di Ba Zhong.


Dari sekean banyak guru Ba Zhong, yang pernah mengajar saya, ada beberapa yang masih terbayang di kelopak mata, misalnya Oey Seng Boen, guru bahasa Inggeris,Huang Tian Mei Guru《Bagaimana Masyarakat Berkembang》, Chau Hui Xian guru sejarah modern Tiongkok sejak 1840 s/d 1949, Liang Ying Ming, guru sejarah dunia, Lu Bing Pei guru bahasa Indonesia.  Karena ini semua mata pelajaran yang paling saya gemari dan selalu mendapat angka tinggi dalam ulangan atau ujian.

Oey Seng Boen sudah pernah saya kunjungi rumahnya pada tahun 1978, ketika baru saja tiba di Hongkong, Liang Ying Ming adalah guru kedua yang bertemu dengan saya, ketika beliau datang dari Peking ke Hongkong.

Beliau pada tahun 1953-1954, mengajar sejarah dunia. Adalah guru yang paling pintar mengajarnya, bahasanya lancar dan menarik, selalu mengajar tanpa melihat buku, berarti semuanya sudah hafal di luar kepala, dan pasti sudah melakukan persiapan secukupnya sebelum datang ke ruang kelas.

Sebagai seorang guru Ba Zhong yang berafiliasi ke RRT, Liang Ying Ming tidak lepas dari pengaruh Tiongkok kepada semua guru2 sekolah Tionghoa di Indonesia. Yang menceritakan secara ringkas riwayat Karl Marx dan F. Engels, Marxisme, Komune Paris serta  menilai tinggi kemenangan Lenin dalam Revolusi Oktober 1917 yang melahirkan Uni Sovyet, Negara Komunis pertama di dunia, yang belakangan telah melahirkan PKT yang kemudian berhasil merebut kekuasaan di Tiongkok dengan berdirinya RRT.

Pendek kata dari 3 guru Huang Tian Mey, Chao Hui Xian dan Liang Ying Ming, telah memberikan satu pelajaran yang secara sadar tidak sadar membikin kita simpati kepada Komunisme dan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang merupakan partai sekawan dari Partai Komunis Uni Sovyet dan Partai Komunis Tiongkok. Membikin kita simpati kepada Siauw Giok Tjhan, ketua Baperki yang pernah diserang habis2an oleh Harian PSI Keng Po dan Star Weekly karena kedekatannya dengan PKI. Ini yang mendorong saya pada 1955 masuk menjadi anggota Pemuda Baperki, yang kemudian ganti nama menjadi PPI (Permusjawaratan Pemuda Indonesia).

Di Hongkong, Liang Ying Ming bertemu dengan murid2 Ba Zhong yang pernah diajarnya, temu kangen inilah yang akhirnya mendorong ke arah mempersatukan berbagai angkatan mantan pelajar Ba Zhong untuk membentuk Perkumpulan Alumni Ba Zhong pada 1993..



【第十六集結束】

【請續看下一集】









SUKA DUKA DI HONGKONG. (1993)-Revisi

(Seri ke-17)

Penulis : Thio Keng Bou (張慶茂)
(Feb. 2015)



(1) Jalan2 ke Gunung Lushan Tjiang Si

(江西遊玩)


Tahun 1993 ini kami pergi jalan2 ke Lu Shan Tjiang Si. Sewa mobil sedan untuk dipakai selama 3 hari dua malam, dan diantar oleh interpreter Chen Tjing Yung dari Malaysia, kami bertiga pesiar ke Gunung Lushan, sebuah tempat peristirahatan yang terkenal dalam sejarah Tiongkok, yang sering digunakan oleh Chiang Khai Sek dan Soong May Ling untuk berlibur di musim panas, sebab hawanya sejuk dan pohon2nya rimbun, dan pemandangannya luar biasa indah. Juga Mao Tjetung sering menggunakan Lu Shan sebagai tempat untuk mengadakan konperensi,  yang terkenal ada dua konperensi, yang satu pada 1959 yang akhirnya menjadi sidang pengganyangan terhadap Peng Tehuai, dan kemudian dipecat dari jabatannya sebagai menteri pertahanan, sebagai gantinya Lin Piao diangkat jadi menteri pertahanan baru. Yang istimewa  pada 1970 di sini juga telah diadakan Konperensi yang membikin hubungan antara Mao Tjetung dan Lin Piao menjadi retak, dari kawan seperjuangan yang paling akrab berubah menjadi musuh dalam selimut, sebelum dipecat, pada 13 September 1971, Lin Piao, isterinya Ye Qun dan anaknya Lin Li Guo kabur dengan pesawat udara dan pesawatnya jatuh di Monggolia, Lin Piao sekeluarga mati terbakar hidup2 bersama semua awak pesawatnya.



(2) Tinggal 8 mantan anggota PKI di Tjiang Si


Sehabis main ke Gunung Lushan, kami mampir di 510, sebuah guesthouse yang pernah dihuni oleh seratus lebih anggota PKI yang pindah dari STM (Sekolah Tujuh Mei) dari Kao An ke Nan Chang.  Ketika saya berkunjung ke situ, para anggota PKI itu hampir seluruhnya sudah pindah ke Eropa, perpindahan secara besar2an ini terjadi pada tahun 1986, yaitu setelah ada keputusan dari PKT untuk menghapuskan pengakuannya terhadap organisasi PKI di luar negeri, khususnya di Tiongkok. Pada waktu itu, PKT menyampaikan bahwa selanjutnya PKT tidak bisa mengakui eksistensi Delegasi CC PKI yg diketuai oleh Joesoef Adjitorop sebagai wakil PKI, sebab PKI di Indonesia sudah tidak ada, semua anggota PKI dianggap sebagai rakyat Indonesia biasa yang menerima suaka politik di Tiongkok, boleh tinggal terus di Tiongkok, tapi tidak boleh melakukan kegiatan politik lagi seperti waktu2 yang lampau, jika mau keluar Tiongkok, akan dibantu dibelikan ticket pesawat udara ke Negara yang dituju, dan diberi uang sangu untuk tinggal di sana selama 2 bulan untuk ongkos penghidupan yang layak dan minim. Jika mau terus tinggal di Tiongkok, statusnya bisa diganti menjadi warganegara Tiongkok, dengan menerima uang bantuan hidup seperti biasa.

Setelah disampaikan keputusan yang drastis ini, praktis PKI sudah bubar, karena adanya PKI itu cuma bersandar kepada pengakuan dari PKT saja. Maka hampir semua anggota PKI di Tjiangsi (di Tiongkok) dan mantan pimpinannya minta keluar meninggalkan Tiongkok, kebanyakan pergi ke Holland yang paling gampang masuknya. Ketika saya datang ke situ, tinggal 8 orang saja yang tidak mau keluar Tiongkok, mau hidup terus di situ sampai hari tua dan menghembuskan nafasnya yang terakhir. Yaitu Ibu Kinah (Gerwani), Ibu Rima (Gerwani) Pak Argo (CDB Jawa Tengah), Bung Suar Suroso (Wakil Pemuda Rakyat di GPDS), isterinya Zus Ratna dan dua anaknya Anna dan Buyung, Bung Tamsir (Sobsi) , Pak Nito (Lekra) dan Bung Adi (Pemuda Rakyat), semuanya saya kenal baik karena pernah sama2 tinggal di STM selama 7 tahun.

Hari itu persis tanggal 1 Agustus, kalau di Tiongkok adalah hari Angkatan Bersenjata. Tapi di Nan Chang adalah hari ulang tahun dari Ibu Kinah yang ke-75.

Maka semuanya berkumpul di rumah ibu Kinah, masak makanan Indonesia yang bahan2nya saya bawa dari Hongkong, antaranya petai, kecap manis, cabe rawit, kunyit segar, kerupuk udang, emping belinjo, terasi, bumbu gado2 dan bumbu pecel, bumbu kari dan bumbu sayur lodeh dan bumbu soto Madura. Semuanya bergembira merayakan hari ultah bu Kinah, yang tertua usianya, juga bergembira karena makan hidangan Indonesia asli yang dimasak oleh isteri bung Suar yang pinter masak, untuk pertama kalinya hari ulang tahun ibu Kinah dirayakan dengan masakan Indonesia yang bahan2nya tak ada di Tiongkok, maka hari itu sangat bersejarah buat semua orang Indonesia yang masih tinggal di situ. Kalau yang sudah pergi ke Eropa, soal ini sudah tidak problem lagi, karena di Holland dan Perancis ada toko Indonesia yang barang2nya diimpor langsung dari tanahair, dan naik pesawat udara, meskipun harganya mahal, tapi jarang2 makan masih mampu terjangkau oleh sang dompet,



(3) Thio Keng Bouw Student Piano Concert ke-2


Sukses yang dicapai dalam Student Piano Concert pertama membikin saya bertekad untuk setiap tahun menyelenggarakan concert serupa itu, juga para orang tua murid piano mendukung ide ini, mereka ramai2 memberi uang sumbangan untuk menyewa ruang concert yang agak mahal, yang penting bisa menyaksikan di pentas anak2nya main piano, melatih keberanian main di muka umum dan menyaksikan sendiri sampai dimana kemajuan para anaknya.

Tanggal 10 Oktober 1993, ada 41 murid yang tampil ke pentas, dari kelas permulaan sampai kelas 8, mainkan lagu2 yang berlainan yang mereka pelajari selama ini ..

Anaknya Willy Fung, Alex Fung tetap menjadi bintang dari concert ini, disamping main piano, dia juga mahir main keyboard, juga bisa menyanyikan lagu2 pop dengan iringan piano atau keyboard sendiri.

Anak Bule yang ikut antaranya Jill Nordby dan Liv Norby dari Swedia, Anouck Silvester dari Jerman,Elaine Radcliffe danEddie Radcliffe dari Inggeris,  Paul Barnes dan Jennie Barnes dari Inggeris, Lisa Shaw dari Australia,  Brooke Mckenly dari Australia.

Saya sendiri untuk pertama kali mendemonstrasikan ONE MAN ORCHSTRA dengan lagu The Skater Walts, O Sole Mio dan Rayuan Pulau Kelapa, dengan menggunakan Music Work Station KORG, para penonton se-olah2 mendengar sebuah orkes simfoni , tapi dimainkan oleh satu orang saja.

Kali ini, saya undang puluhan teman2 sekolah saya dari Ba Zhong dan juga puluhan teman2 dari Bandung, Tasikmalaya dan Ciamis, Banjar, Sukabumi dan Semarang. Selesai concert, bikin foto bersama buat kenang2an.



(4) Ba Zhong Xiang Gang Xiao You Hui berdiri


Saya termasuk orang yang senang bergaul dan berteman, rasanya hidup di dunia tanpa teman untuk ngobrol, teman untuk main musik dan nyanyi, teman untuk diskusi soal sejarah dan politik, dunia ini menjadi sepi sekali, melalui berkenalan dengan orang Tionghoa kelahiran Indonesia, baik yang  pernah satu sekolah di Ba Zhong maupun yang tidak, penghidupan kita jadi bertambah semarak. Pada suatu hari, melalui teman di angkatan 57 Ba Zhong dimana saya tergabung, saya diundang menghadiri rapat pembentukan Perkumpulan Alumni Ba Zhong Hongkong, rapat itu mengambil tempat di sebuah restoran di Wanchai, dekat bioskop Nan Yang. Yang datang semuanya adalah perwakilan dari berbagai angkatan, mulai dari angkatan 47 sampai angkatan 68.  Angkatan 47 berarti yang lulus SMA di Ba Zhong padatahun 1947, sedangkan angkatan 68 adalah yang ketika sekolah Ba Zhong ditutup oleh pemerintah Indonesia sedang belajar di kelas 2 SMA (1966), kalau lulus SMA, jatuh pada tahun 1968. Sudah banyak juga yang saya kenal, melalui malam re-unie tahun 1991 yang lalu.  Dari angkatan 57 ada 7 orang yang datang, yang saya masih ingat adalah Setu Ta Sen, Yang Yu Phan, Wu Su Ngo, Hu Yung Xian, Chung Ren Hu, Liu Bing Jian dan saya sendiri.  Rapat berlangsung dengan suasana persahabatan yang kental, semuanya merasakan kebutuhan mendesak untuk menggabungkan seluruh angkatan yang ada di Hongkong, dalam satu wadah organisasi Ba Zhong Xiang Gang Xiao You Hui.  Melalui musyawarah dan saling usul, akhirnya tersusun pengurus nya, yang diketuai oleh Zhang Shui Yuan dari angkatan 50, wakil ketuanya a.l. Yu Wen Chong (angkatan 60), Sekretarisnya Yuan Yen Zhang (angkatan 60), Bendaharanya : Li Lung Fang (angkatan 60), lain2nya saya sudah lupa, tapi yang saya ingat yang jadi pengurus dalam tahun itu, antaranya adalah Setu Ta Sen, Yang Yu Phan, Yang Ying Hui, Liao Ta Liang, Li Xin Zhen, Li Yung Zhang, Liang Ming Chang, Zhou Yin Zhen , Zhang Ru Jin, Wu Su Ngo, Tam Mei Lan, Liang Kai Ming, Kwan Yu Hoa, Lin Bi Hoa, Yang Jing Lian…..

Setelah itu diputuskan untuk membikin Malam Gembira re-unie , sambil makan2 di restoran sambil dihibur oleh acara kesenian yang dipersiapkan oleh seksi keseniannya. Dalam malam kesenian ini, juga tampil seorang penyanyi dari Indonesia, yaitu Pu Ying Ming yang khusus datang menghadiri Malam Peresmian Pengurus Xiao You Hui, Pu Ying Ming memiliki suara yang merdu dan empuk, meskipun tidak pernah sekolah di konservatorium, adalah penyanyi alam yang sering menyanyi pada re-unie Ba Zhong di Jakarta. Saya membentuk band musik yang sederhana, saya main keyboard, Phan Han Siu dan Peng Jing Ling main gitar Kemudian Music Work Station saya untuk pertama kalinya tampil di acara Ba Zhong dengan lagu Rayuan Pulau Kelapa dengan suara yang mirip orkes Simfoni.



(5)  Mama sakit keras berobat ke Nan Chang


Bulan Oktober 1993, saya tiba2 menerima tilpon dari Jakarta yang mengabarkan Mama sakit keras, sakit kankernya sudah parah sekali dan sel2 kankernya sudah menjalar ke seluruh tubuh. Dokter di Indonesia sudah angkat tangan, karena ilmu pengetahuannya cuma sampai sebegitu saja.

Saya teringat kepada Dr Zhang di Nan Chang, spesialis kanker yang  pada 1975 pernah menyembuhkan penyakit anak bu Anfa Tiana dan anak bung Makin Yeni, yang sudah divonis oleh dokter yg top di Shanghai sebagai penyakit yang tak ada obatnya di dunia, ternyata oleh Dr Zhang bisa disembuhkan dengan tusuk jarum dan makan obat2an tradisionil Tiongkok, berupa jamu godok. Sampai tahun 1993, dua anak itu sudah sembuh sama sekali dan sudah menikah dan punya anak. Artinya sudah normal.

Maka saya sampaikan saran saya agar Mama dibawa ke Nan Chang dan coba diobati oleh Dr Zhang ini.

Akhirnya saran saya mendapat persetujuan adik2 di Indonesia, ya coba dulu, siapa tahu ada keajaiban. Keng Lian akan mengantar Mama naik pesawat Garuda ke Guang Zhou. Setiba di Guang Zhou saya pergi ke airport Bai Yun untuk menjemput Mama. Ternyata Mama sudah harus naik kursi roda, sudah tidak dapat berjalan. Lalu saya ajak ke Hotel, dan tidur satu kamar dengan Mama, sambil menunggu keberangkatan ke Nan Chang.

Keng Lian sendiri tidak ikut ke Hotel, karena dia cuma ngantar Mama ke Guang Zhou dan menyerahkan Mama kepada saya, kemudian dia sendiri pergi ikut travel pesiar ke Bei Jing. Malam harinya Mama muntah2 dan berak di tempat tidur, terpaksa saya harus membersihkan dan menceboki Mama, karena tak ada orang lain lagi yang bisa membantu. Keesokan harinya, saya minta bantuan isteri ko Dolih dan anaknya Souw Bwee turut mengantar Mama naik pesawat udara ke Nan Chang, dan menemani Mama selama berobat di sana, sebab jika Mama muntah2 dan berak2 lagi, lebih baik diurus oleh wanita, dan saya minta dua orang agar mereka jangan kecapean, bergantian merawat Mama  di Nan Chang.  Hari ketiga Mama, istri ko Dolih dan Souw Bwee naik pesawat udara dari Guang Zhou ke Nan Chang, dan interpreter Chen Jing Yung di 510 Nan Chang sudah saya interlokal untuk menjemput mereka bertiga di air port Nan Chang. Saya sendiri kembali ke Hong Kong, karena sudah ada 2 wanita yang menemani Mama. Dan Keng Lian bilang selesai pesiar ke Bei Jing, dia akan langsung ke Nan Chang untuk mendampingi Mama selama berobat.

Betul2 hebat dokter Zhang itu, pada hari ketiga Mama sudah bisa jalan kaki, dan badannya merasa segar sekali, lalu minta pulang ke Indonesia. Tapi dokter Zhang bilang, belum sembuh betul sakitnya, harus berobat paling sedikit satu bulan lagi di Nan Chang. Saya pun setelah diinterlokal keadaan Mama ini, menasehatkan agar Mama mendengar kata2 dokter Zhang.  Mama menurut dan meneruskan pengobatannya. Bulan November Nan Chang sudah mulai dingin hawanya, Mama minta pulang, karena merasa sudah sembuh sama sekali, dan tidak tahan kedinginan serta sudah kangen sama anak cucunya di Indonesia. Mama minta agar diberi resepnya dan beli obat2an di Jakarta. Akhirnya dokter Zhang bohwat dan menyerah, memberikan resep obatnya dan memperbolehkan Mama pulang ke Indonesia via Guangzhou dan Hong Kong. Di Guang Zhou Mama nginap satu malam di rumah ko Dolih di Hoa Xian, lalu Mama memberikan cincin berlian kepada isteri koDolih sebagai tanda terima kasih, dan sayapun memberikan uang kontan 2000 HKD kepada mereka berdua atas bantuannya merawat Mama selama setengah bulan itu. Dokter Zhang juga diberi uang 5000 HKD oleh Mama, juga interpreter Chen Jing Yung diberi uang 2000 HKD untuk ongkos2 yang dia keluarkan selama Mama tidur dan makan di Nan Chang. Keesokan harinya Mama mampir di Hong Kong, dan menginap di guesthouse Wu Wen Zhong, Nathan Road dekat Jordan Road. Saya belikan kompor listerik dan tempat untuk masak obat yang dibawa dari Nan Chang. Cuma dua malam Mama di Hongkong, kemudian kembali ke Indonesia.



(6)Yao Zi Kun (姚子坤)

teman sekelas di Bazhong datang


Yao Zi Kun, tetangga dekat saya , juga teman sekelas di Ba Zhong selama 4 tahun lebih, tiba2 datang dari Jakarta, dia sudah mendengar berita saya ada di Hongkong, maka kali ini dia perlukan untuk menilpon saya dan mengajak saya pergi ke Hotelnya, Hotel Hilton di Central.  Sambil makan bestik sapi di coffee house, kami berdua saling menceritakan pengalaman semenjak perpisahan pada tahun 1955. Wah cepat sekali sang waktu berlalu, tahu2 sudah 38 tahun kita berpisah.

Saya dulu sering main di rumah dia, karena letaknya dekat sekali, cuma 200 meter jauhnya, ayahnya jualan sepeda di Asem Reges (Jalan Raya Tamansari) , dan saya tinggal di Jalan Tamansari Ic.

Dia senang sekali musik klasik, di rumahnya banyak piringan hitam lagu2 klasik, karya Mozart, Beethoven, Johann Straus, Chopin dan lain2.. Pada waktu itu cuma dia dan Ko Yung Hian yang memiliki piringan hitam lagu2 klasik, di rumah saya, boro2 piringan hitam, radiopun tidak ada.  Jadi hobby saya terhadap musik klasik terpaksa harus saya pergi ke dua tempat itu, untuk menikmatinya.

Yao Zi Kun tak pernah melupakan masa remaja ketika di Ba Zhong, maka hampir 2 tahun sekali selalu datang ke Hongkong, mengumpulkan teman2 sekelasnya, untuk ngobrol dan makan malam di restoran kelas satu di Hongkong.  Yang dipesan selalu makanan yang mahal2, yang pukul rata untuk setiap orangnya seharga 400 sampai 5 ratus HKD. Setelah ketemu dengan saya, selanjutnya dia tidak pernah lupa untuk mengundang saya sebagai tamunya di restoran di Hongkong, setiap dia datang berkunjung ke Hong Kong, ternyata seorang anak laki2nya juga telah bekerja di Hongkong. Sekalian menengok anaknya.

Dia memang pecinta musik klasik, isterinya adalah lulusan sekolah musik (piano) di Jogjakarta, dan di rumahnya di Indonesia ada 4 grand piano , dua di rumah kediamannya Ancol dan dua lagi di villanya di Cipanas.

Waktu SD kelas 4 s/d kelas 6, saya pernah satu kelas dengan saudara cintongnya, Yao Zi San .Tapi sejak 1951 saya tak pernah ketemu lagi dengan Yao Zi San., konon kabarnya sudah meninggal dunia.

Di Jakarta dia menjadi agen tunggal ban mobil Jepang, cukup berhasil bisnisnya.



(7)Guo Huai Ying(国怀英),

guru nyanyi waktu SD di Sin Hoa


Ternyata Guo Huai Ying, guru nyanyi ketika SD kelas 6 di Sin Hoa, ada di Hongkong. Setelah saya ketahui hal ini, maka saya perlukan pergi anjangsono ke rumah beliau di North Point.  Beliau tinggal serumah dengan Yang Jing Lian anak Ba Zhong angkatan 62.

Beliau sudah lupa kepada saya, tapi ketika saya bilang, bahwa di kelas 6 SD Sin Hoa, saya adalah penyanyi yang paling tinggi angka rapornya, dapat angka 85. Dia baru ingat kembali. Memang kejadian yang sudah berlalu selama puluhan tahun, sulit sekali mengingatnya, hal ini sepenuhnya dapat dimaklumi.

Guo Lao Se punya dua anak laki2, saya cuma kenal yang di Hongkong, Lin Bao Hoa namanya. Sedangkan yang satu lagi yang ada di Pulau Bali, saya tidak ingat lagi.

Atas inisiatif Yang Yu Phan, setiap Ulang Tahun Guo Laose, kami anak2 Sin Hoa yang pernah belajar kepada GuoLaose, semuanya membikin pesta ulang tahun di restoran, yang diundang selain anak kelas 6 A, juga anak kelas 6B.
Guo Laose senang sekali melihat para mantan muridnya masih ingat kepada beliau, beliau cerita bahwa sebetulnya beliau bukan sukubangsa Han, melainkan sukubangsa Manchuria, masih termasuk puteri kerajaan Manchu yang lama. Beliau lulus di Universitas Yan Jing (belakangan diganti namanya menjadi Universitas Peking). Dan menikah di kantor Rektor Universitas yang belakangan jadi dubes Amerika Serikat di Tiongkok pada 1946-1949.

Waktu tentara Jepang menduduki Peking (1937) beliau dan suaminya mengungsi ke Chungking, kemudian pergi ke Indonesia, Solo. Di Solo bekerja sebagai guru di sekolah Tionghoa, Ling Ying Ming, guru sejarah kami di Ba Zhong adalah murid beliau ketika di Solo.



【第十七集結束】

【請續看下一集】








ymchen

文章數 : 667
注冊日期 : 2012-11-08

回頂端 向下

回頂端


 
這個論壇的權限:
無法 在這個版面回復文章