公用欄目


Join the forum, it's quick and easy

公用欄目

TKB:SD di HK(18)【代貼】

向下

TKB:SD di HK(18)【代貼】 Empty TKB:SD di HK(18)【代貼】

發表  ymchen 10.03.15 19:57


【代貼】

SUKA DUKA DI HONGKONG-Revisi
(在香港的苦與樂-修訂版)






Bagian ke dua(1988 -1997)


SUKA DUKA DI HONGKONG. (1994)-Revisi

(Seri ke-18)

Penulis : Thio Keng Bou (張慶茂)
(Feb. 2015)



(1) Mama meninggal dunia
kena kanker stadium terakhir


Pertengahan Januari 1994, Keng Lian dari Jakarta menilpon saya, melaporkan bahwa Mama penyakitnya memburuk lagi, semua makanan yang dimakan keluar lagi alias muntah2, sungguh berita yang sangat mengejutkan dan memprihatinkan. Kenapa jadi begitu,  ketika kembali dari Hong Kong kan sudah hampirsembuh, dan sudah membawa obat2an dari Nan Chang, kalau sudah habis masih ada resepnya untuk dibeli di Jakarta.

Saya lantas tanya:
“Bagaimana resep yang dibawa dari Nan Chang, apakah sudah dibeli dan dimakan?”

“Sudah, tapi akhir2 ini semua obatnyapun setelah dimakan dimuntahin lagi, entah kenapa?” Jawab Keng Lian.

“Apakah sudah dibeli menurut resep itu?” Saya tanya lagi.

“Sudah. Tapi, ada satu macam obat yang tidak ada di Jakarta. Yaitu serbuk tanduk badak, oleh penjual obat tradisionil di Jakarta diganti dengan tanduk kambing gunung, sama saja khasiatnya.” Keng Lian jawab.

“Kalau tidak ada kenapa tidak segera lapor kepada kode di Hongkong? Kan kode bisa usahakan lagi serbuk tanduk badak di Nan Chang? Serbuk tanduk badak itu adalah obat yang paling penting menurut dokter Zhang untuk membasmi virus kanker, si penjual obat di Jakarta kagak ngerti apa2 soal rahasia turunan ini..”

“Sekarang kode segera interlokal ke Nan Chang, minta tolong interpreter Chen Jing Yung untuk beli serbuk tanduk badak dan dengan pesawat udara dibawa ke Sen Zhen, kode segera ke Sen Zhen ambil obat itu dan segera dikirim ke Jakarta melalui Nugindo, satu hari sudah sampai.”

Chen Jing Yung setelah saya tilpon berjanji besok siang sudah membawa serbuk tanduk badak ke Sen Zhen, saya disuruh ke lapangan udara Sen Zhen untuk mengambilnya.   Betul cekatan kerja interpreter Tiongkok dari Malaysia ini, dan dia punya jalan untuk membeli serbuk tanduk badak yang di toko obat di RRTpun sudah tidak ada, karena merupakan barang yang terlarang.

Pada hari ketiga melalui Nugindo serbuk tanduk badak itu sudah tiba di Tamansari, tapi keadaan Mama sudah sangat parah, semua yang dimakan muntah2, tidak bisa diserap lagi oleh tubuhnya, virus kanker yang tinggal sedikit itu, karena salah makan obat menjadi ganas lagi, dan sudah menjalar ke seluruh tubuh.  Saya minta melalui interlokal supaya Mama dibawa ke Nan Chang lagi, tapi sebagian besar adik2 di Jakarta tidak setuju, saya tidak berdaya, cuma bisa berdoa, semoga ada kemujizadan yang terjadi.

Berapa hari kemudian, tilpon mendering lagi dari Keng Lian,memberitakan bahwa Mama sudah meninggal dunia. Ya, saya tidak bisa ngomong apa2 lagi, andaikata adik2 saya setuju Mama terbang lagi ke NanChang, mungkin di tengah jalan sudah tidak tertolong…. Biarlah Mama meninggalkan dunia ini dengan tenang,  disamping anak cucunya dan suaminya di Jakarta, sebab Tuhan sudah memanggil Mama pulang ke dunia yang lain.

Waktu itu belum ada berita nama saya sudah dicoret dari black list orba, dengan sangat sedih sekali, saya tidak bisa menghadiri upacara belasungkawa mengantar Mama jalan, saya dan isteri pergi ke laut Tolo di muka Chevalier Garden, bersembahyang di situ menurut cara Too Kauw, membakar kertas dan lilin serta pasang hio, pada hari jenazah Mama diperabukan dan abunya disebar ke laut Jawa..

Selanjutnya, tiap tanggal 14 bulan tujuh penanggalan Imlek, menurut adat istiadat orang Hong Kong, saya dan isteri pergi ke pinggir sungai yang menuju ke laut, untuk sembahyang kepada arwah Mama, Mamanya isteri saya, Apoh Guntur, Akung Guntur, Akungnya isteri saya, apohnya isteri saya.



(2) Li Shang Xi(李尚喜)
teman sekelas di Ba Zhong datang


Saya mulai berkenalan dengan Li Shang Xi pada 1952, ketika duduk di bangku SMP kelas 2 di Ba Zhong, saya dan dia duduk satu meja dan duduk di baris terdepan. Selanjutnya saya terus duduk semeja sampai SMA kelas 2, hanya, saya cuma 4 bulan saja di SMA kelas dua itu, kemudian berhenti sekolah dari Ba Zhong, belajar sendiri selama 1 setengah tahun, kemudian masuk ke SMA KRIS (Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi) kelas 3 SMA bagian C,  dan lulus ujian SMA Negeri pada tahun 1958.

Meskipun sudah tidak satu sekolah lagi, tapi persahabatan saya dengan Li Shang Xi terus berjalan, rumahnya di Gg Tembok no.1, belakangan diganti menjadi Jalan Keagungan no. 1, sampai sekarang masih saya hafal betul alamatnya, karena sering main ke situ. Li Shang Xi pada 1957 lulus SMA di Ba Zhong, kemudian masuk SMA kelas 1 di SM Nusantara, 1960 lulus ujian SMA negeri bagian B.  Setelah lulus ujian, dia jalan2 ke Bandung untuk menemui saya, ketika itu saya masih kuliah di UNPAR jurusan Hukum. Dia mengatakan akan meneruskan studinya di jurusan tehnik di Ureca (sekolah Baperki).  Setelah itu kami jarang ketemu lagi, saya sibuk di Bandung, dan dia di Jakarta. Karena alamatnya saya hafal betul, maka tahun 1954 ini saya iseng2 tulis surat kepadanya, ternyata dia masih tinggal di situ, melalui surat2an, akhirnya dia memutuskan akan jalan2 ke Hongkong menemui saya.

Dia telah lulus di Ureca pada 1965 dan bekerja sebagai insinyur listerik di Jakarta, dia sudah menikah dengan gadis Bandung, dan famili isterinya juga ada di Hong kong, yang saya  kenal juga dalam perkumpulan Alumni Bandung.

Di Hong Kong kami bertemu di restoran, sambil yamcha sambil menceritakan pengalaman masing2 setelah berpisah selama 34 tahun lamanya, ternyata isterinya pernah bersekolah di SMA MUSYAWARAH yang didirikan oleh PPI Bandung, dimana saya pernah menjabat jadi ketuanya. Betul2 kecil dunia ini.

Kebetulan Angkatan 57 Ba Zhong dimana saya dan Li Shang Xi tergabung mengadakan re-unie di restoran Shinta Wanchai yang ada grand pianonya.  Wah senang sekali dia bisa bertemu dengan banyak teman2 sekolah satu angkatan dalam satu tempat, sambil makan bufeet Indonesian food.  Saya dan Wu Su Ngo yg mahir main piano ikut memeriahkan  pertemuan gembira itu dengan mengiringi lagu2 nostalgia yang dinyanyikan oleh Zhang Ru Jin, Zhou Yun Zen, Huang Nay Qiang, Zhou Pak Wai, dan saya sendiri  serta lain2nya.

Yang paling berkesan buat Li Shang Xi adalah makan bakmi pangsit di Tsuen Wan,  pertama bakmi Hongkong halus kayak bihun, kedua pangsitnya besar sekali dan dalamnya ada udang yg besar pula. Dan rasanya enak, gurih dan empuk. Dia bilang, di Jakarta belum ada pangsit yang begini enak dan besar2.  Saya bilang, sekarang belum ada, tak lama lagi juga ada, karena banyak orang Indonesia yang pesiar ke Hongkong, akan membawa kebiasaan makan cara Hongkong ke Indonesia.

Li dan isteri pulang ke Jakarta dengan puas, bisa jumpa dengan teman sekelasnya dan juga bertemu dengan angkatan 57 Ba Zhong, karena kedatangannya justeru bertepatan dengan re-unie yang diadakan setahun sekali. Suatu kebetulan yang tak diduga sebelumnya. Selanjutnya hubungan surat menyurat kami lanjutkan antara Hongkong-Jakarta, namanya sekarang sudah diganti menjadi Budi Santoso. Tapi saya tidak biasa dgn nama baru ini, selalu menyebut dia Shang Xi. Seperti 8 adik saya di Indonesia, ada 3 yang ganti nama Indonesia, tapi  saya selalu panggil nama Tionghoa lamanya, ibu saya juga ganti nama Indonesia, tapi ayah saya dan 5 adik lainnya tetap pakai nama Tionghoa 3 suku, tidak menuruti anjuran pemerintah Indonesia agar ganti nama. Jadi sebagian besar dari keluarga saya di Indonesia tetap memakai nama Tionghoa.



(3) Wei Yung Kuang
dirigen koor PPI Bandung datang


Ketika jaman jayanya, PPI Bandung memiliki  120 lebih  anggota paduan suara , dan dibagi dalam 3 grup, atau 3 kelas dilihat dari segi mutunya. Yang pertama, yang paling bagus dipimpin oleh dirigen Yo Bin Kwan, yang pada 1983 sudah datang ke Hongkong dan bertemu dengan saya, yang kedua yang mutunya sedang2 dipimpin oleh Yo Kim Houw yang juga sudah datang ke Hongkong bertemu dengan saya, tinggal yang kelas 3 yang merupakan kelas permulaan, anggota paduan suara yang baru masuk yang dipimpin oleh Wei Yung Kuang, dirigen Wei ini belum pernah datang ke Hong Kong. Saya, Yo Bin Kwan dan Wei Yung Kuang semuanya adalah murid piano Becalel di Bandung.

Wei Yung Kuang disamping mahir main piano dan organ, juga pandai menyanyi dan suaranya lumayan merdu, juga pinter ngabodor (melawak dalam bahasa Sunda) dan menari, pokoknya dia serba bisa dalam seksi kesenian PPI Bandung, main piano, menari, main angklung, main kecapi, melawak dan dirigen paduan suara, termasuk satu2nya anggota kesenian yang paling all round. Wajahnya mirip orang Sin Kiang, mungkin leluhurnya ada yang menikah dengan bule Belanda. Ketika saya sedang kejepit keuangannya, tidak mampu sewa kamar selama 4 bulan lamanya, saya sering menginap  di rumahnya di Cimahi, tidur dalam satu selimut wol dan satu ranjang dengan dia. Dan ketika dia sekolah di Musyawarah, dia pernah tinggal di jalan Karang Anyar no.93A, satu indekos dengan saya. Tahun 1963, saya dan Khouw Siang Hok, Wei Yung Kuang, Lim Mey Fang pernah sama2 dari Bandung ke Jakarta belajar seni suara kepada Effie Tjoa, selama di Jakarta dia menginap di rumah saya, Siang Hok orang Jakarta, punya rumah sendiri, Mei Fang anak hartawan juga punya rumah sendiri di Jakarta.

Jadi Wei Yung Kuang adalah salah satu sahabat karib saya di Bandung. selama 10 tahun terakhir ini, saya dan dia sering surat menyurat, pada tahun 1984 dalam suratnya kepada saya, dia menyatakan kemarahan besar kepada Tjoa Heng Kie yang dia panggil si baba gemuk (Tjoa Heng Kie di PPI adalah yang paling gemuk tubuhnya), dan dia tulis mau diapain nih si baba gemuk, apa mau disate? Saya bilang, jangan, dagingnya bau busuk, sate babagemuk tidak laku dijual, mendingan kita jualan sate kambing saja deh.

Pada suatu hari saya bertemu dengan Tan Die Bing, juga anggota bagian kesenian PPI Bandung, dia sering mundar mandir Indonesia Hongkong, seorang pengusaha pabrik tekstil di Majalaya. Saya bilang, apakah bisa bantu belikan tiket pesawat udara buat Yung Kuang agar main ke Hongkong, nanti nginap dan makan di rumah saya, saya sudah kangen kepadanya. Die Bing yg juga kenal baik dengan Yung Kuang segera menyanggupi. Betul saja tak lama lagi pintu rumah saya diketuk, dan Wei Yung Kuang sudah tiba di Hongkong dan langsung datang ke Ma On Shan. Sungguh pertemuan yang sangat menggembirakan sekali, dia masih tetap saja suka melawak sampai sekarang.  Dia tidur di ruang tamu, begitu datang terus main piano dan organ, karena profesi dia kini sama dengan saya jadi guru piano dan organ di Bandung.

Saya ajak dia jalan2 di Hongkong, Kowloon dan New Teritory, makan di berbagai food court untuk mencicipi Hongkong food yg belum ada di Bandung. Juga mengajak dia ke rumah Eveline Tjiauw dan Gouw Tjeng San, yang dikenalnya dalam rombongan kesenian PPI tempo doeloe. Dan karena kedatangannya bertepatan dengan Concert musik saya, maka saya minta agar dia bisa memberikan sumbangan acara main organ sambil menyanyi, dia menyanggupinya.



(4) Thio Keng Bouw Student Piano Concert ke-3


Tanggal 30 Oktober 1994, Student Piano Concert yang ke-3 diadakan di Concert Hall; Shatin. Yang ikut Student Piano Concert tidak sebanyak tahun 1993, total 38 murid yang ambil bagian, 10 diantaranya murid2 bule berbagai kebangsaan,James Robinson dari  Inggeris, Allaine Philipe dari Perancis,  Emmily Robinson dari Inggeris, Julia Phillipe dari Perancis, Maura Lane dari Australia, Tomas Donovan dari Israel, Sean Lane dari Australia, Ellaine Radcliffe dari Inggeris,  Eddy Radcliffe dari Inggeris, Jillian Green dari Inggeris.

 Alex Fung tetap sebagai bintangnya, membawakan lagu Winter Games, Etude op 10 no.3 in E dari Chopin, dan It Might Be You.  

Wei Yung Kuang turut menyaksikan concert ini dan berkata, wah murid pianomu banyak, lebih banyak daripada murid saya di Bandung. Saya bilang ini sudah berkurang ,tahun yang lalu, saya bekerja 7 hari seminggu, lumayan capenya. Concert berlangsung dari jam 14.00 , dan selesai pada jam 16.00.  Selanjutnya saya istirahat dulu, karena malam harinya ditempat itu juga akan dilangsungkan Nostalgia Musik Concert yang pertama di Hong Kong.



(5) Thio Keng Bouw Nostalgy Music Concert
yang pertama


Di kalangan perantau Tionghoa kelahiran Indonesia yang berjumlah 300 ribu orang (angka perkiraan, persisnya berapa tidak pernah disensus), saya adalah yang pertama memelopori Malam Konser Musik Nostalgia. Setelah itu, banyak organisasi perantau Tionghoa Indonesia yang menirunya dan mengembangkannya.

Konser ini mengambil tempat yang sama dengan konser siswa piano saya di Shatin, ruangnya bisa muat 300 orang, akustiknya bagus, ada grand piano Yamaha, dan alat pengeras suaranya juga lumayan.

Yang ikut memberi sumbangan dalam konser ini adalah Willy Fung dan puteranya Alex Fung. Willy menyanyi 3 lagu kebanggaannya: 1. El Condor Pasa, 2. Fraulein dan 3. Jamaica Farewell. Anaknya Alex Fung yang mengiringi dengan keyboardnya dan kadang2 ikut menyanyi memberi back ground suara yang serasi dengan bapaknya.  Ini adalah untuk pertama kalinya Alex Fung tampil di pentas yang saya selenggarakan dan mengiringi ayahnya menyanyi di muka penonton yang terdiri dari para orang tua murid piano saya, murid2 piano saya, teman2 saya dari Ba Zhong Xiao You Hui dan Bandung Xiao You Hui. Para penonton bertepuk tangan riuh rendah, karena semuanya baru pertama kali melihat penyanyi Hoakiao Indonesia seperti ini, yang suaranya mirip bule Amerika, Cowboy Texas.  Willy Fung padahal; pada tahun 70-an sudah terkenal di daerah Wanchai dan Causewaybay serta North Point.

Hanya saja ketika itu teman2 saya belum ada yang menyaksikan pertunjukan Willy di situ.  Selesai pertunjukan,  Yang Ying Hui, wakil ketua Ba Zhong Xiao You Hui menilpon kepada saya, minta  Wiily Fung dan anaknya ambil bagian dalam acara kesenian Ulang Tahun Ba Zhong ke-50 yang akan diadakan di Hongkong pada Oktober 1995 yad. Berapa honorariumnya, terserah Willy yang menetapkan. Akhirnya tercapai persetujuan, untuk satu show menyanyi 2 lagu, Willy menerima honorarium 3000 HKD. Honorarium tertinggi dari Willy selama hidupnya di Hongkong. Pada tahun 70-an, gajinya sebagai penyanyi adalah 12 ribu HKD sebulan. Kemudian menganggur lama sekali, karena pekerjaannya direbut oleh penyanyi dari Filipina yang banting harga 6000 HKD sebulan.

Acara lainnya adalah penyanyi soprano dari Bandung Eveline Tjiauw, sahabat karib saya dan anggota kesenian PPI Bandung, yang pada tahun 1962 pernah merebut juara pertama Bintang Radio seluruh Indonesia jenis seriosa. Kini bekerja sebagai guru seni suara di Hongkong. Eveline membawakan lagu:. 1. Bengawan Solo  2. Mei Hoa  3. Mei Gui Mei Gui Wo Ai Ni, saya yang mengiringi dengan keyboard

Tenor solo yang dibawakan oleh Zhang Ru Jun membawakan lagu : Troika, Dong Fang Zi Zhu dan Ka O Li Tai, dengan iringan piano oleh Wu Su Ngo. Zhang dan Wu adalah satu angkatan di Ba Zhong dengan saya.

Saya sendiri mempersembahkan One Man Orchestra (computer music) dengan lagu: Rayuan Pulau Kelapa, Dari Sabang Sampai Merauke dan O Sole Mio (Italia).

Kenny Fung (anak Willy Fung kedua) pinao solo, membawakan lagu : Unchained Melody dan Music Box Dancer

Alex Fung (anak Willy Fung pertama) piano solo membawakan lagu : When A Man Loves A Woman, Right Here Waiting dan Winter Games.

Paduan Suara Bandung membawakan lagu : Halo2 Bandung dan Burung Kakatua.

Wei Yung Kuang sambil menyanyi sambil main keyboard,  menyumbangkan lagu : Petang Hari di Padang Rumput.  
Musik band yang terdiri dari Thio Keng Bouw (keyboard), Tan Jin On (Saxophone), Phan Han Xiu (Gitar) menyampaikan lagu2: Sarinande, Besame Mucho.

Sebagai penutup paduan suara Ba Zhong Xiao You Hui menyampaikan lagu2 Lenggang Kangkung, Papaya Chacha dan Maluku Medley. Dengan iringan musik keyboard oleh Thio Keng Bouw

Guo Huai Ying guru nyanyi SD Sin Hoa Jakarta dan Gouw Tjeng San pianis PPI Jakarta juga menghadiri Malam Concert Nostalgy ini. Semua penonton merasa puas mendengarkan concert nostalgia yang membawa mereka kepada kenang2an manis waktu remaja.

Terakhir semua pemain dan tamu2 penting naik ke pentas untuk mengambil foto kenang2an.  Engku Yan Wim, mengabadikan seluruh pertunjukan dengan camera videonya, seminggu kemudian semua peserta diberikan video kasetnya untuk kenang2an.



(6) Mantan ketua PPI
Kwa Sien Biauw dan Tan Kwat Tiam


Tanggal 28 Oktober 1955, Kwa Sien Biauw terpilih sebagai Ketua Umum PPI (Permusjawaratan Pemuda Indonesia). Ketika itu jabatan  Kwa Sien Biauw adalah ketua Baperki Cabang Matraman Jakarta Raya. Tapi selama menjabat menjadi ketua umum PPI Pusat, Kwa selalu non aktif, dan kesibukannya berada di Redaksi Sin Po (belakangan ganti nama menjadi Warta Bhakti), pada Kongres ke-satu di Prigen (Januari 1958), Kwa Sien Biauw bukan saja tidak hadir dalam kongres, bahkan mengirim surat tertulis untuk dibacakan dalam sidang Kongres, yang isinya mengusulkan agar PPI dibubarkan saja, alasannya karena tidak ngurusin politik, cuma tari menari dan pancing ikan, emangnya PPI itu Perkumpulan Pancing Ikan? Tanya Kwa dalam suratnya itu.

Memang pada 6 Oktober 1965 PPI akhirnya dibubarkan oleh Front Pemuda Indonesia, karena termasuk organisasi massa golongan kiri.

Kwa Sien Biauw belakangan mendirikan pabrik AQUA yang terkenal dan ganti nama menjadi Tirto Utomo. Kemudian aktif dalam pengurus PBSI Pusat (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia).

Saya termasuk penggemar olahraga bulutangkis juga, maka ketika ada rombongan bulutangkis Indonesia datang ke Hongkong dan memberi pertandingan demonstrasi di gedung olahraga Elizabeth di Wanchai, saya memerlukan datang menonton. Tak di-sangka2, di depan pintu masuk ketemu dengan Kwa Sien Biauw dan Tan Kwat Tiam (mantan ketua PPI Pusat yang menggantikan kedudukan Kwa di kongres ke-I di Prigen Jawa Timur).  Kwa sudah lupa kepada saya, tapi Tan Kwat Tiam masih ingat, kami salam2an. Saya tanya kepada Kwa Sien Biauw, apakah masih ingat kepada PPI? Dia jawab, ya tentu masih ingat, saya kan Ketua Umum lichting pertamanya. Tapi itu sudah menjadi sejarah, PPI sudah masuk museum sejarah juga.Kami bertiga tertawa ter-bahak2 teringat kejadian yang lucu pada masa lampau. Kemudian janji minum kopi di Hotel tempat mereka menginap, ngobrol basa basi sebentar, lalu saya pulang ke rumah. Saya berikan nomer tilpon saya, kepada mereka,  tetapi kemudian tak pernah jumpa Kwa Sien Biauw lagi, tahu2 mendengar berita dari Tan Kwat Tiam, dia sudah meninggal dunia dalam usia 65 tahun. Sedangkan Tan Kwat Tiam pernah dua kali datang jalan2 ke Hongkong dan mampir ke rumah saya, mendengarkan saya main piano. Sebab ketika dulu di PPI saya masih belum bisa main piano, tahu2 sudah tua jadi guru piano di Hongkong.Ketika tahun 2002 saya jalan2 ke Jakarta, khusus minta ketemu dengan Tan Kwat Tiam, dan dia datang pula dengan isterinya ke gedung perkumpulan Pa Hua.  

Tahun 2005, saya datang lagi ke Jakarta, khusus mengundang Tan Kwat Tiam dan mantan anggota PPI Jakarta, 24 orang makan2 di restoran Singapura, Jalan Batu Ceper. Setelah itu masih sering tilpon2an, yang terakhir saya tilpon kerumahnya, isteri Tan Kwat Tiam bilang bahwa suaminya telah meninggal dunia dalam usia 71 tahun.



(7) Jalan2 21 hari ke USA dan Kanada
habis 60 ribu HKD


Musim panas tahun 1994 kami putuskan untuk jalan2 ke Amerika Serikat dan Kanada, ikut tour 21 hari, Amerika 18 hari dan Kanada 3 hari. Untuk bayar travel biro saja habis 50 ribu HKD , yang 10 ribu habis untuk beli oleh2, jajan di jalan, dan beri angpao kepada tourist guidenya. Pesiar yang paling panjang dan paling banyak menghabiskan ongkos.  Tak apalah, uang masih bisa dicari, tapi mumpung badan masih kuat dan sehat, kalau tidak pergi sekarang, kelak belum tentu kuat ikut travel seperti ini.

Perjalanan dengan pesawat udara Hongkong USA sangat jauh dan meletihkan, kami naik pesawat North West Airlines, dari Hongkong via Tokyo sampai San Francisco lamanya 11 jam non stop, cuma berhenti sebentar di Tokyo,  tapi penumpangnya tetap di pesawat.  Tadinya ada rencana ikut tour yang lewat Hawaii dan mampir di situ 3 hari dua malam, tapi sudah fully book, tak ada tempat lagi, biar lain kali saja pergi ke Hawaii.  Di Hawai ada putera sulung dari encek Pengki,  Keng Liong namanya, yang pernah bekerja di Konsulat USA di Jakarta, belakangan dapat izin emigrasi ke Hawaii.

San Francisco dalam mata orang Tionghoa adalah Gunung Emas Lama (Jiu Jin Shan), banyak orang Tionghoa pada abad ke-19 pergi ke situ untuk mencari emas, mencari nafkah. Sampai hari ini China Townnya cukup besar dan banyak Chinese Food seperti di Hongkong. Kami diajak jalan2 ke jembatan Golden Gate yang termashur di dunia,  juga ke Star Avenue yang banyak telapak tangan bintang film Hollywood, juga meninjau ke Hollywood, pusat industri film USA. Kemudian ke Studio Universal yang melukiskan bagaimana film itu dibuat, bagaimana gempa bumi buatan dibuat, bagaimana kebakaran dalam pabrik difilmkan.

Saya sejak kecil adalah pecandu film Hollywood, sampai hari ini masih bisa menghafal paling sedikit 90 lebih bintang film Hollywood yang sering saya nonton waktu remaja, seperti Alan Lad, Robert Taylor, Stewart Granger, Clark Cable, Rock Hudson, Eroll Flin, Humprey Bogart, Tyrone Power, Montgomery Clift, Johny Weismuller, Frank Sinatra, Bop Hope, Dean Martin, Jerry Lewis, Mario Lanza, Bing Crosby, Pat Boone, Elvis Presley, Stan Laurer and Oliver Hardy, Bud Abbot and Lou Costello, Sabu, Kirk Douglas, Gene Arthur, John Wayne, Garry Coper, Mickey Rooney, Herman Brick, James Mason, James Stewart, Charleston Heston, Laurence Oliver, Douglash Fairbanks, Anthony Perskin, Charlie Chaplin, Anthony Quinn, James Dean,Yul Brynner, Richard Burton, Richard Todd , Michael Wilding, Paul Muni, Cornel Wilde, Tony Curtis, Gregory Peck, Marlon Brando, Charles Bronson, John Derek, Robert Mitchum, Cary Grant, Mel Ferrer, Victor Mature, Jack Palance, Henry Fonda, Vitorio Gasman, Silvester Stalone, Omar Sharif, Carmen Cavallaro, Alec Guiness, Burt Lancaster, Ronald Reagan, Louis Amstrong, Maureen O Hara, Shirley Temple, Dorothy Lamour, Heddy Lamar, Katherine Heburn,  Jane Russel, Ava Gardner, Vivien Leigh, Rita Hayworth, Bete Davis, Merle Oberon, Doris Day, Susan Hayward, Elisabeth Taylor, Kim Novak, Joan Fontaine, Audrey Heburn, Barbara Stanwyk, Maryln Monroe, Grace Kelly, Janet Leigh, Jane Wyman,  Gina Lolobrigida, Sofia Loren, Eleanor Parker, Lana Turner,  Ingrid Bergman, Anita Eckberg, Marlene Ditcrich , Silvana Mangano,  dan sutradara Alfred Hitchcock …….Dari sekean banyak nama filmstar yang masih kuingat nama2nya, dapat dibayangkan betapa banyak film Hollywood yang kutonton pada waktu remaja di Indonesia. Kalau nama2 filmstar Tiongkok barangkali cuma 10 orang yang masih kuingat namanya,  Li Li Hoa, Chao Tan, Wang Yuan Lung, Fu Chi, Se Hui, Sia Mung, Lin Tsui, Wang Tan Fung, Li Siang Lan (Sirley Yamaguci), Ou Yang Sha Fei,  karena jarang sekali nonton film Tiongkok. Bintang film Indonesia yg masih kuingat adalah Fifi Young, Tan Ceng Bok, Nurnaningsih, Titin Sumarni, Mike Widjaja, Rahmat Kartolo, Norma Sanger, Dahlia, Titik Puspa Lilis Suryani,  Bing Slamet, dan Ping Astono.

Kota ke dua yang menarik di USA adalah Los Angeles, kota yang sangat menarik sekali karena Walt Disney terletak di kota itu. Pesiar ke Walt Disney makan waktu satu harian penuh, dari pagi sampai malam. Saking menariknya objek yang ditonton, sedikitpun tidak merasa letih, bahkan tambah malam tambah segar. Yang paling berkesan mendalam adalah Small World, dimana kita naik perahu kecil, masuk ke dalam goa yang panjang dan ber-kelok2, di kanan kirinya terlihat banyak boneka2 yang warna warni , menyanyi sambil menari lenggang lenggok, dan disenter lampu warna warni pula serta diiringi oleh lagu Small Small World yang kesohor.  Belakang hari saya sudah 4 sampai 5 kali ke Walt Disney, objek Small World ini pasti dilihat sekali lagi tanpa bosan2nya, kembali menjadi kanak2 kembali. Tak kurang dari 2 rol film habis untuk memotret keindahan Walt Disney ini.

Kota ke-3 yang dikunjungi adalah Las Vegas, yang terkenal sebagai kota judi nomer wahid di dunia. Betul2 telah membuka mata kita menyaksikan  keindahan Las Vegas yang hotelnya sangat unik sekali, belum pernah selama hidup menyaksikan hotel yang begitu indah exterior maupun interior designnya, dulu cuma disaksikan melalui film2, kini disaksikan dengan mata kepala sendiri, melihat gunung api meletus dan menggelegar di depan mata, mendalam sekali kesannya. Judinya tidak menarik karena kami memang tidak suka main judi besar atau kecil, cuma ditonton sekilas pandang saja, di Las Vegas ini juga telah menghabiskan 2 rol film, saking banyaknya objek menarik untuk dijadikan kenang2an. Las Vegas suhunya 48 derajat Celcius, tapi sungguh aneh bin ajaib, kami tidak kepanasan dan keringatan, setelah kami tanya guide setempat, ternyata, udara di situ kering sekali, maka meskipun suhunya tinggi, tapi masih bisa kita tahan.  Di Las Vegas, kami sewa taxi pergi jalan2 ke Grand Canyon yang terkenal, dan bendungan raksasa, serta danau yang penuh dengan ikan emas.  Kami beli roti dan memberi makan ikan2 emas itu yang tidak takut manusia, bisa dijamah dengan tangan, rupanya tak ada turis yang menangkap  ikan dan menggorengnya, ha ha ha ha ha

Kota ke-4 yang dikunjungi adalah Orlando di semananjung Florida, bagian timur USA. Kota ini betul2 merupakan kota hiburan nomer wahid, lebih bagus dan lebih banyak objek tontonannya ketimbang di pantai barat San Fransisco dan Los Angeles. Kalau ada kesempatan ke USA lagi, mesti pergi ke Orlando, baru rasanya puas betul mencuci mata dan kuping.

Kota ke-5 adalah meninjau kapal ruang angkasa di Kenedy Space Center,  boleh juga deh,  sebagai tambah pengetahuan, bagaimana Amerika memelopori menaklukkan ruang angkasa.

Kota ke-6 adalah Washington, ibu kota USA yang merupakan jantungnya perpolitikan Negara paman Sam ini, kesan saya adalah bersih dan tidak macet lalu lintasnya, karena penduduknya tidak banyak dan jalan rayanya lebar2, banyak pohon di sepanjang jalan. Terbayang kembali kota Jakarta pada tahun 40-an, yang penduduknya baru satu juta orang. Jalan2 sepi dan banyak pohon di kedua tepi jalan.

Kota ke-7 adalah New York, kota perdagangan yang paling besar di USA, kami tiba di New York pada jam 12 malam. Paginya sudah ada acara ke Patung Liberty yang selama ini sering disaksikan melalui film2 USA, kini melihat sendiri dan masuk ke dalam patung tersebut sampai ke puncaknya.  Kemudian kami naik ke Twin Tower yang 102 tingkat, dan pada 2001 telah dihancurkan oleh teroris anak buah  Osama  Bin Laden.

Kota terakhir yang kami kunjungi adalah Philadelphia, tak ada yang istimewa kota ini, cuma sekedar lewat saja dan tidak menginap di situ.

Setelah selesai tour USA dilanjutkan dengan Canada Tour dengan tujuan Air terjun Niagara di luar kota Toronto.  Betul2 mega air terjun terbesar di dunia ini, teringat film Niagara yang dibintangi oleh Marilyn Monroe. Kami naik perahu di sungai dan berlayar sampai ke dekat air terjun, betul2 suatu perjalanan yang meninggalkan kesan mendalam.

USA dan Canada tour ini betul2 memuaskan sekali, pulang2 kofer kami tambah 20 KG beratnya, karena banyak buku2 dan kartupos bergambar yang dibeli untuk kenang2an.

Satu kesan lagi, orang Amerika banyak sekali yang super gendut, baik yang kulit putih maupun yang kulit hitam. Sering tampak di jalan raya, sekeluarga dari bapak, ibu dan anak2nya2, jalan bererot, semuanya super gendut, banyak yang sambil jalan sambil minum gelas raksasa isi Cocal Cola,  mana kagak gemuk, minum Coca Colanya ujga tiga gelas daripada yang biasa kita minum. Kemudian supermarketnya tidak kalah dengan di Hongkong, banyak makanan, sayuran, buah2an serta delicatessen. Harganya juga tidak mahal, masih terbeli dengan dompet orang Hongkong.

Tour leader dari Hongkong juga sangat professional, tidak pakai local guide seperti di Hongkong, semua dikerjakan sendiri, dan kerjanya rapih dan cepat, juga pandai menjelaskan keadaan kota2 yang kita kunjungi, sejarahnya, penghidupan rakyatnya, dan keistimewaan makanan setempatnya. Hanya di Kanada diwajibkan memakai local guide, karena tidak boleh merebut mangkok nasi guide setempat.

Dalam perjalanan pulang ke Hongkong, pesawat terpaksa menginap satu malam di Tokyo, karena cuaca buruk di pelabuhan udara Kaitak Hongkong,  menginap di transit hotel di Bandar udara Narita Tokyo, malamnya makan bestik  dan kentang goreng yang luar biasa enaknya, dagingnya empuk dan sausnya juga sedap. Kalau ada kesempatan mesti pergi lagi ke USA. Memang kesampaian juga angan2 ini, pada 2001, kami suami isteri dan Willy Fung dan isteri, berempat pesiar lagi ke San Fransisco.Los Angeles, Las Vegas, New York dan Boston.


(8)Tjoa Heng Kie mampus


Wei Yung Kuang melalui surat mengabarkan bahwa jahanam Tjoa Heng Kie sudah mampus pada bulan Mei 1994 yang lalu. Berita ini kami terima sekembalinya dari USA tour.

Rupanya Wei Yung Kuang juga benci setengah mati kepada jahanam yang mencelakakan suami isteri sahabat karibnya.

Tjoa Heng Kie belakangan ini kesehatannya mundur banyak, juga perusahaannya. Banyak penyakit yang dideritanya, sakit jantung, darah tinggi, dan terakhir menderita kanker usus. Baru memasuki usia 59 tahun,  termasuk masih muda buat orang jaman sekarang sudah menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ini namanya kwalat, hukum kharma berlaku.

Dia telah mencelakakan kawan seperjoangannya sendiri, menjadi renegad yang  menjual kawan sampai kawannya masuk penjara, kemudian merampok kekayaan PPI, membawa kabur 60 juta Rupiah yang sangat dibutuhkan oleh Sekolah Musyawarah, mencelakakan isteri saya, bekerja selama 8 bulan tanpa upah satu senpun.  Maka berita mampusnya jahanam THK merupakan kabar gembira buat kami berdua.  


【第十八集結束】

【請續看下一集】








ymchen

文章數 : 667
注冊日期 : 2012-11-08

回頂端 向下

回頂端


 
這個論壇的權限:
無法 在這個版面回復文章