公用欄目


Join the forum, it's quick and easy

公用欄目

TKB:SD di HK(19)【代貼】

向下

TKB:SD di HK(19)【代貼】 Empty TKB:SD di HK(19)【代貼】

發表  ymchen 14.03.15 23:41


【代貼】

SUKA DUKA DI HONGKONG-Revisi
(在香港的苦與樂-修訂版)






Bagian ke dua(1988 -1997)


SUKA DUKA DI HONGKONG. (1995)-Revisi

(Seri ke-19)

Penulis : Thio Keng Bou (張慶茂)
(Mar. 2015)



(1) Jalan2 ke 12 negara di Eropa habis 60 ribu HKD


Tanggal 1 s/d 18 Juni 1995 kami ikut tour ke 12 negara di Eropa, ongkos tour, beli oleh2. angpao untuk tour leader seluruhnya menghabiskan uang 60 ribu Hongkong Dollar lagi. Isteri saya selama 2 tahun ini telah mengeluarkan uang tabungannya sebanyak 120 ribu Hongkong Dollar untuk pesiar ke luar negeri. Tour USA/Canada habis 60 ribu HKD dan kali ini tour Eropa juga habis sebegitu juga.

Dalam  tour ini terdapat 30 lebih teman2 dari Bandung Xiao You Hui, antaranya ko Neng Jin dan isteri, jadi selama di perjalanan, ada teman ngobrol yang tidak membosankan. 12 negara itu adalah: Jerman, Swiss, Austria, Hongaria, Italia, Vatican, Monaco, Perancis, Lichtenstein, Belgia, Holland dan Inggeris.

Di Paris ada restoran Indonesia, dimana banyak teman lama Tjoa Heng Kie bekerja, kami akan menemui mereka untuk menceritakana kejahatan THK, dan melaporkan mampusnya THK, dan ternyata dalam waktu 10 tahun kami sudah bangkit lagi, dengan mengajar piano dan bekerja banting tulang di pabrik, saya dan isteri sudah lebih makmur ketimbang sebelum ditipu oleh jahanam Tjoa Heng Kie. Di Hong Kong asal saja kita mau banting tulang kerja keras, kita bisa hidup dengan mapan, cukup sandang pangan, punya rumah tinggal yang layak dan mampu pesiar ke luar negeri. Pikir punya pikir, untung 1983 tidak jadi ke Indonesia, meskipun tidak sampai diciduk masuk kerangkeng orba, tapi rasanya hidup kami akan melarat dan sengsara jadi sapi perahan THK.

Tanggal 2 Juni pagi hari, pesawat udara mendarat di Frankfurt Jerman, kota pertama yang dikunjungi dalam Eropa Tour ini. Perjalanan 10 jam dalam pesawat cukup meletihkan, tapi semangat tinggi untuk pesiar akhirnya bisa mengalahkan rasa letih ini. Di kota ini kami tidak bermalam, cuma sekedar sight seeing, dan makan siang. Sebab tujuan utamanya adalah Swiss. Menurut keterangan tour leader, selama perjalanan di daratan Eropa seluruhnya akan dilakukan dengan bis tourist yang lux, dan pos terakhir adalah Holland, kemudian terbang dengan pesawat udara ke Inggeris, dari Inggeris kembali ke Hongkong lagi. Seluruhnya makan tempo 18 hari.

Bis berhenti di tepi sungai Rheine, sungai  utama dari Jerman yang terkenal itu, sungainya lebar dan banyak pohon2 dan castle2 di kedua tepinya. Suatu pemandangan khas Jerman yang dulu cuma dilihat di fiilm2 Hollywood.

Makan siang di sebuah restoran di luar kota Frankfurt, menunya 100% Germany Food,cocok dengan lidah saya yang sejak kecil sudah terbiasa makan makanan Barat (Holland), roast chicken , Frankfurter susis, kentang goreng. Kemudian jalan2 di sekitar restoran, ternyata restoran ini terletak di tepi sebuah hutan rimbun, sekelilingnya hutan cuma ada satu restoran besar yang menjadi langganan para turis dan pengendara mobil yang bepergian agak jauh dari kota ke lain kota.

Malam harinya tiba di kota Lucern Swiss, sebuah kota kecil yang bersih dan sederhana serta klasik di tepi danau.  

Besok pagi menikmati breakfast a la Jerman , roti keras, dengan mentega, telur mata sapi, susis, ham dan keju serta susu segar dan air jeruk.  Hanya rotinya belum biasa, karena orang Jerman suka sekali makan roti yang keras, sampai tour leadernya bilang anjing akan mati ditimpuk sama roti keras ini. Akhirnya roti keras itu kami rendam di susu panas, baru dapat dimakan, karena sudah lunak sekali.

Sehabis sarapan kami diajak naik kapal pesiar di danau yang indah sekali pemandangan disekitarnya, banyak rumah2 kecil yang antik bersih dan banyak pohon bunganya di depan rumah maupun di muka jendelanya.

Keesokan paginya kami diajak main salju di puncak, naik cable car, meskipun masih musim panas, tapi pegunungan di Swiss tetap banyak saljunya, pengunungan Alpen memang terkenal di Eropa, yang sepanjang tahun puncak gunungnya selalu diselimuti salju putih. Sejak tinggal di Hongkong, saya tak pernah main salju lagi, kini kembali main salju sepeti ketika tinggal di RRT pada 20 tahun yang lalu.

Hari berikutnya kami diajak pergi ke Insburg Austria, tempat kelahiran komponis klasik W.A. Mozart, meninjau rumah kediaman Mozart, kotanya masih mempertahankan perumahan kuno abad ke 17-18, tidak nampak modernisasi bangunan perumahan atau toko2nya. Mozart adalah komponis nomer wahid pada periode klasik dalam sejarah musik Barat,  seorang zenial dalam dunia musik yang sudah mencipta lagu pada usia 6 tahun. Mozart style sangat berpengaruh pada dunia musik Indonesia, yang termasuk neo klasik style,  tertutama pada lagu kanak2 ciptaan Pak Kasur dan Ibu Sud, seperti lagu Kring Kring Kring Ada Sepeda, Menanam Jagung, Burung Ketilang, Jeruk Bali dan lain2.  Juga berpengaruh kepada lagu2 Tapanuli dan lagu2 Maluku dan Sulawesi Utara, seperti lagu Mariam Tomong, Sengko2, Burung Kakatua, Sarinande, O Ina Ni Keke dan lain2.  Ketika saya mengajar menyanyi di RRT, saya juga meniru Mozart Style untuk menciptakan lagu2 kanak2 Indonesia,  seperti Ke Sekolah, Aku Supir Mobil, Mari Bersenam, Mari Berolahraga, Naik Gunung,  Pada Hari Minggu dan lain2.

Hari ke-5, kami sudah berada di kota Wiena, ibukota Austria yang terkenal sebagai kota musik di Eropa, melihat patung Johan Straus, the King of Waltz. Meninjau istana kaizar Austro-Hongaria yang terkenal megah., besar dan indah.  Kemudian menikmati pergelaran musik Johan Straus, yang diperagakan oleh sebuah orkes simfoni. Sebagai seorang seniman musik, kunjungan ke kota Wiena ini merupakan kepuasan yang besar sekali,  se-olah2 terbenam dalam dunia impian…..

Hari ke-6 ke Budapest, ibukota Hongaria,  disini kami diajak ke sebuah restoran yang ada band musik orang Gipsy,  lagu2nya sedap di telinga, sambil makan malam sambil menikmati musik band, nikmat….Saya khusus membeli kaset musik yang mereka hidangkan untuk kenang2an.

Hari ke-7 kembali ke Wiena, meninjau sungau Donau,  sungai terbesar di Eropa dengan dua lagunya yg terkenal, The Beautiful Blue Danube dan Danube Waves yang sering saya mainkan dengan piano dan akordeon ketika di RRT..

Hari ke-8 ke Venice, kota istimewa karena sungai2 besar kecil menggantikan jalan raya, kami berlayar di sungai masuk keluar kota,  di depan kami ada kapal yang berdiri seorang penyanyi tenor dan pemain akordeon yang melantangkan lagu O Sole Mio yang menjadi kebanggaan orang Italia. Sayapun ikut menyanyi lagu yang sudah ngelotok diluar kepala ini, teringat kepada Guru Nyanyi Sin Hoa Guo Huai Ying yang mengajarkan kami lagu O Sole Mio ini, pakai bahasa Tionghoa [Wo De Tai Yang].

Hari ke-9 Ke Roma, ibukota Italia, meninjau banyak sekali monument peninggalan kerajaan Romawi dan masuk juga ke Vatican, negara terkecil di dunia, sebagai pusat agama Katholik Romawi. Betul2 bangunan raksasa yang bagus , mega dan bersih.. Kemudian ke air mancur yang menjadi background film Three Coins In The Fountain, tidak lupa melemparkan uang logam sambil mengharapkan biar sehat dan kena lotere.

Hari ke-10 ke kota Florence, kota ini banyak dikunjungi oleh penggemar monument peninggalan sejarah, patung2 dan gereja2 Katholik Romawi,  juga terkenal dengan Italian Fahion yang banyak di jual di toko2 butik di Hongkong dan Indonesia, buat cuci mata melihat kebudayaan kuno Italia lumayan juga.

Hari ke-11  kami diajak ke negeri Monaco, yang kecil di pantai selatan Perancis, teringat kepada bintang film Holywood yang charming Grace Kelly, yang dipersunting oleh Raja Monaco.  Kemudian kami menuju kota Nice dan bermalam di sana. Makanan yang berkesan sekali adalah keong Perancis. Untuk pertama kali makan keong rasanya agak aneh, anggap saja kerang laut deh, rasanya sedang2 saja, tidak ada keinginan untuk makan lagi.

Hari ke-12 adalah Paris, ibu kota Perancis, kami diajak melihat keindahan kota Paris, istana2 kuno, museum, gereja Notredame yang terkenal dengan film The Hunback From Notredame, berlayar di sungai Seine yang lebar, dan tak ketinggalan naik ke Eifel Tower yang menjadi lambang kota Paris. Juga melewati Arc de Triumph, pintu gerbang kemenangan yang juga menjadi salah satu keistimewaan kota Paris. Selama dalam perjalanan, makanannya kurang cocok dengan selera Indonesia dan Hongkong, di Paris mulai ada perobahan, makan di restoran Tionghoa, yang lumayan rasanya.

Hari ke13, masih di Paris juga pagi2 pergi ke Taman Walt Disney,  wah, jauh sekali perbedaannya dengan Walt Disney di USA, maka baru melihat setengah kami putuskan untuk meninggalkan rombongan, naik kereta api bawah tanah menuju ke pusat kota, mencari Restoran Indonesia di Rue de Vaugirard no, 12. Kami naik kereta api di bawah tanah, mengikuti peta Paris yg dibeli di setasiun , akhirnya sampai juga ke Restoran Indonesia yang dibuka oleh mantan anggota PKI Umar Said dan Sobron Aidit. Mereka ter-heran2 melihat saya berdua tiba2 muncul di pintu restoran, kok bisa datang sendiri tanpa orang Paris atau local guide yang mengantar, saya bilang saya ini kan tourist guide Hongkong yg berpengalaman, kemana saja tidak bakalan kesasar deh. Senang sekali bisa jumpa dengan kawan2 yang dulu satu asrama di RRT, seperti Sobron Aidit, Ibaruri Aidit (puteri sulung DN Aidit, ketua PKI), Budiman Sudarsono (mantan Ketua Umum IPPI Pusat), Kusni Sulang, teman se-kamar selama 3 tahun di RRT, Tulus, Joko, Murti dan Hongsan. Mereka juga kegirangan bertemu dengan kawan lama yang sudah 22 tahun berpisah (kecuali Sobron dan Kusni Sulang yang pada 1991 pernah datang ke Hongkong). Selama 5 jam, kami ngobrol dengan uplek, tanpa terasa sudah waktu makan malam.  Mereka mengundang kami untuk makan malam di situ,  menurut acara dari travel biro, kebetulan malam itu ada pertunjukan tari telanjang di Moulin Rouge,  yang kurang menarik buat kami, maka segera kami terima undangan tersebut, sekalian mencicipi bagaimana rasanya masakan Indonesia di Paris.  Kali itu rupanya special untuk kami, jadi bumbunya dibikin agak medok, khusus dibikin, karena masakan yang sudah jadi semuanya untuk tamu2 orang Perancis yang tidak suka pedas dan rempa2 yang medok. Menunya adalah gado2, sate ayam, rendang Padang, dendeng balado, soto babat, kerupuk uang, emping belinjo dan sambel bajak. Sedaaaaap……Malam harinya bung Joko (Chen Tak Kwong yang pernah kerja di restoran Indonesia di Hongkong) mengajak kami cucimata lagi melihat keindahan Paris diwaktu malam. Setelah itu barulah diantar ke Hotel.

Hari ke-14, kami meninggalkan Paris menuju Brussel, ibu kota Belgia. Dalam perjalanan ke Brussel, mampir di Luxemburg dan Lichtenstein,  yang satu terkenal dengan persekutuan Benelux (Belgia Nederland dan Luxumburg), dan yang satu lagi terkenal dengan negeri perangko.

Kami tiba di kota Brussel pada pukul 5 sore, jalan raya sudah sepi sekali, kemana saja orang2 dan mobil2nya? Tour leader kami menjelaskan, mereka pukul 4 sudah pulang kerja, langsung ke rumah untuk mempersiapkan makan malam, kebanyakan tidak suka malan malam di luar. Wah kalau di Hongkong antara pukul 4 sampai pukul 8 malam jalan raya sedang ramai2nya, dan restoran buka sampai malam hari bahkan ada yang buka 24 jam. Kalau disuruh pindah ke Belgia, kami sih tidak betah deh, belum gelap sudah seperti kota mati. Pantesan Dr Lie Tjwan Sien ketika datang ke Hongkong bilang, bahwa Holland dan Belgia seperti udik dan Hongkong seperti kota.

Untung saya telah membatalkan untuk emigrasi ke Holland, secara drastis mengubah rencana ini dan memutuskan untuk ke Hongkong saja pada November 1977 yang lampau.

Setiba di Hotel kami segera  tilpon Kohar Ibrahim sahabat karib di RRT , dia sekarang hidup sebagai pelukis di Belgia, hebat juga mantan wartawan Harian Rakyat Jakarta, bisa hidup dari hasil lukisannya di Eropa. Ketika kami keluarkan oleh2 dari Hongkong, bihun instant, dia bilang , wah sudah 39 tahun tidak ketemu bihun, maka semua bihun instant yang kami bawa diberikan kepadanya. Tidak lama kami ngobrol dengan dia, karena sudah letih dan ngantuk.

Besok paginya, hari ke-15 kami berangkat menuju Holland, tapi mampir dulu di pusat kota Brussel melihat patung anak kecil kencing, yang menjadi keistimewaan kota ini dan banyak turis yang mengambil foto untuk kenang2an, terus berangkat ke Holland yang letaknya tak jauh seperti Jakarta ke Bogor, pagi itu juga sudah sampai di Holland, pergi ke Den Haag untuk melihat kota miniature,  rumah2an kecil kaya mainan anak2.  Di Den Haag ada teman saya Hie Jin Fong (mantan Sekretaris Baperki Jawa Barat) dan Sidik Kertapati (mantan anggota CC PKI), tapi karena bisnya ter-buru2 berangkat ke Amsterdam, maka tidak sempat bertemu dengan mereka berdua. Hie Jin Fong sering ke Hongkong, kalau gak salah sudah 4 kali dia ke Hongkong dan bertemu dengan saya,  sedangkan Sidik Kertapati sering saya kontak via long distance telephone, karena beliau dulu tinggal serumah dengan Adam Malik, di Gang Arab no.1, setelah mereka pindah, Papa, Mama, saya dan Sonny pindah ke situ.  Sidik Kertapati adalah pejuang Angkatan 45, waktu jaman revolusi Agustus paha beliau tertembak peluru Belanda, sampai tua masih ada sisa pecahan peluru di pahanya. Ketika beliau pulang ke Indonesia, khusus saya minta dia datang ketemu sama Papa di Gang Arab, beliau belakangan meninggal dunia disamping isteri dan anaknya di Indonesia dalam usia 83 tahun. Satu2nya anggota delegasi CC PKI di luar negeri yang meninggal dunia di Indonesia.

Hari ini adalah hari terakhir kami pesiar dengan bis turis yang lux yang disetir oleh supir bangsa Belanda.  Selama dalam perjalanan saya sering putar kaset lagu2 Indonesia yang saya mainkan dan rekam sendiri di rumah,  sebab seluruh peserta travel ini adalah dari Bandung, kecuali saya dan isteri, ko Neng Jin dan isterinya, dan suami seorang wanita Bandung yang totok Santung.  Saya pernah tanya kepada supir Belanda itu, tahukah lagu2 yang diperdengarkan melalui kaset itu, enak gak? Supir itu menjawab, lagu2nya enak sekali, rasanya pernah dengar, kalau bukan lagu Jerman tentu lagu Belanda.  Saya menjadi tertawa mendengar jawaban ini, tapi akhirnya maklum, karena lagu2 Indonesia ini banyak kena pengaruh lagu Jerman dan lagu Belanda, pengaruh lagu2 Mozart dan Beethoven.

Tiba di Amsterdam sudah pukul 2 siang, langsung ke restoran Tionghoa.  Baru kali ini betul2 merasakan sedapnya makanan travel.  Eropa pemandangannya indah sekali, banyak castle2 kuno, banyak istana kuno dan monumen sejarah yang tidak ada di Amerika Serikat, tapi makanannya cuma di Paris, Holland dan London  yang cocok.

Sehabis makan siang kami ke Hotel, setibanya di hotel sudah menunggu banyak kawan2 yang pernah tinggal sama2 di RRT yang kini sudah menjadi warganegara Holland, Ibrahim Isa, Tini, Ismiyati, Suhaimi, Sumi, Murti, Makin,  juga sudah datang pada siang itu juga, Khouw Siang Hok(mantan Ketua Umum PPI Pusat) dari Bochum Jerman.  Kami ramai2 ngobrol sambil minum kopi di cafeteria Hotel,  l.k., 2 jam lamanya. Kemudian saya pamitan untuk pergi ke rumah sakit menjenguk Suparna Sasteradiredja yang sudah tidak kuat jalan, Suhaimi yang mengantarnya dengan naik tram. Di rumah sakit Suparna girangnya bukan main bisa ketemu saya lagi, saya, Suparna, Suhaimi dan Bambang Sitepu adalah 4 serangkai penentang delegasi CC PKI yang meninggalkan RRT dengan tanggungjawab sendiri, berangkat meninggalkan desa STM ber-sama2, kemudian tinggal di guest house Kao An selama 2 bulan ber-sama2 pula.  Kemudian kami berpisah (November 1977), Bambang ke Swedia, Suparna dan Suhaimi ke Holland dan saya ke Hongkong. Bambang sudah 3 kali ke Hongkong ketemu saya, Suparna dan Suhaimi sering surat menyurat dengan saya selama belasan tahun ini.

Suparna sudah berusia 81 tahun, sudah sakit2an dan harus duduk di kursi roda. Setahun kemudian setelah saya kembali ke Hongkong, saya dikabarkan oleh Suhaimi bahwa Suparna telah meninggal dunia dalam usia 82 tahun..

Sehabis menengok Suparna, saya kembali lagi ke Hotel, isteri saya sudah menunggu, dia baru kembali mengikuti acara travel ke kincir angin, lambang Negara Holland, dan beli bakiak kecil warna warni buat oleh2.  Tak lama lagi Tini datang membawa mobilnya, dia menjemput kami untuk pergi ke rumah ayahnya, mantan dubes RI di Romania dan Vietnam, bapak Sukrisno. Setiba di rumah pak Krisno di Amstelveen, sudah menunggu Tati dan suaminya serta anaknya, pak Krisno dan isterinya serta Suryo, sudah siap pula makanan malam Indonesian food.  Ini masakan Indonesia yang kedua kalinya dalam perjalanan ke Eropa. Kami makan dengan lahap sekali, gado2, kari ayam, sambel goreng ati ampla, sate, rendang kerupuk udang, dan soto ayam. Semuanya dimasak oleh ibu Krisno. Kami ngobrol dan ambil foto kenang2an.  Ketika saya meninggalkan desa mau keluar Tiongkok, seluruh orang Indonesia dilarang mengantar saya naik mobil, tapi pak Krisno dan bung Surya melawan disiplin Partainya, ikut mengantar saya naik mobil, beliau termasuk kawan yang pemberani yang melawan disiplin yang aneh2 dari delegasi CC PKI. Momentum ini se-lama2nya tidak pernah saya lupakan.

Pak Krisno adalah wartawan senior Indonesia, pernah jadi wakil ketua redaksi kantor berita Antara, dan sahabat karib dari Adam Malik. PKI dan Murba bermusuhan, tapi Sukrisno PKI dengan Adam Malik Murba tetap menjalin persahabatannya sampai di hari tua. Inilah watak yang sangat saya hargai dari pak Krisno dan pak Adam Malik..

Malam itu juga Tini menyetir mobil mengantar saya kembali ke Hotel, sebelumnya puter kayun dulu  di kota Amsterdam,  lewat Bijlmer tempat banyak orang Indonesia bermukim, kemudian lewat daerah lampu merah Amsterdam, dimana terkenal dengan wanita tuna susilanya yang berpose di kaca etalage, seperti pajangan di etalage toko2 fashion.

Selesailah kunjungan di Holland yang cuma 1 hari, sebab besoknya hari ke-16 kami harus terbang ke Inggeris melanjutkan pesiar ke negeri yang menjajah  Hongkong selama 155 tahun lamanya (terhitung dari 1840-1995).

Hari ke-16, dan 17 seluruhnya meninjau Inggeris yang juga cukup banyak objek turisnya, istana Kerajaan di London Buckingham Palace, Oxford University, Cambridge University, rumah kediaman sastrawan besar Inggeris Sakespeare, Patung Lilin Madame Tousaud, Sungai Thames, dll.  Makanannya juga cocok dengan selera, karena makan Chinese Food yang kokinya dari Hongkong semua. Jadi sudah seperti makan di Hongkong saja

Hari ke-18, kami meninggalkan Inggeris kembali ke Hongkong,  selesailah Tour Eropa yang  sangat berkesan, melihat kemegahan kerajaan di Eropa, bertemu dengan kawan2 yang pernah sekampung di RRT, entah kapan lagi ada kesempatan jalan2 ke Eropa…….



(2) Beli apartemen di Tang Xia (塘厦),
seharga 200 ribu HKD


Harga apartment di Hongkong sangat mahal, tapi di seberang sungai Senzhen, 35 KM sebelah utara setasiun Kereta Api Senzhen, harganya murah banyak, akhirnya mendorong kami coba melihat perumahan di situ, letaknya di mulut kewedanaan Tang Xia, Kabupaten Dong Goan.  Apartemen ukuran 80 M pesegi. harganya cuma 200 ribu HKD, namanya Feng Huang Cheng.  Terdiri dari satu ruang tamu, satu dapur besar,  dua toilet besar, dan 3 kamar tidur. Luasnya hampir 2 kali apartmen kami di Ma On Shan Hongkong,  Kalau di Hongkong ketika itu harganya sudah mencapai 1,5 juta HKD.  Setelah berunding dengan isteri, akhirnya isteriku mengeluarkan uang tabungannya lagi 200 ribu HKD cash, dibelilah apartment di Tang Xia itu. Ketika itu harga makanan di Tang Xia pukul rata sepertiga harga di Hongkong.

Kemudian kami panggil orang yang mengapur, mengganti jubin kayu menjadi jubin keramik, memasang jeruji besi keamanan, dan pintu besi keamanan.  Membeli perabotan sederhana, tiga ranjang (tiap kamar satu),  3 lemari pakaian, selimut tipis dan tebal, tikar, satu lemari buku, satu sofa berikut mejanya, kulkas, pesawat TV, meja makan dan 4 kursinya, rak untuk taro alat2 dapur dan piring mangkok, dan alat2 dapur untuk masak nasi dan sayur, pot2 bunga dan pohon2 kecil buat pajangan di teras depan ruang tamu. Pendek kata semua yang dibutuhkan untuk berumah tangga.

Minggu berikutnya, kami angkut sebagian pakaian ke situ,  dan coba bermalam di situ untuk merasakan rumah baru tempat weekend. Kalau di Jakarta orang2 week end di Puncak, maka kami week end di Tang Xia.

Ada mobil gratis tiap 2 jam untuk mengantar kami pergi ke toko dan pasar, ketika itu barang2 keperluan se-hari2, sayur mayur, daging dan buah2an cukup banyak dan murah sekali harganya, begitulah tiap minggu kami menginap di situ, masak sendiri seperti di Hongkong. Kadang2 kami makan di restoran di Tang Xia, makannya cukup lezad, yang penting harganya cuma sepertiga dari Hongkong. Kemudian seluruh kompleks dijaga oleh satpam sekuriti 24 jam non stop, jika tidak ada surat keterangan penghuni kompleks, semuanya dilarang masuk, maka keamanan dalam komplek terjamin, belum pernah terdengar ada rampok atau pencuri.

Isteri saya ketika jadi petani di Komune Rakyat Moyan, pernah berhutang budi kepada Chan Mei Yu, enci piauwnya, mendengar penghidupan Chen kurang begitu baik, maka dia tulis surat dan panggil Chen untuk tinggal di Feng Huang Cheng, apartment kami ini, sambil menjaga dan membersihkan rumah, juga bantu2 ke pasar dan masak jika kami ber-week end di situ. Tiap bulan kami beri uang saku 2000 Yuan (RMB) untuk uang belanja dia, selebihnya dia boleh ambil buat tabungan pribadinya. Dia merasa uangnya terlalu banyak, rata2 dia bisa menabung 1600 RMB sebulan.

Jadi setiap kali kami datang ke situ, lantai, jendela dan semua ruangan menjadi bersih mengkilat, seperti rumah baru saja. Kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng kecap, garam, gula, telor ayam, kacangtanah, kacang hijau, dan bumbu dapur semuanya kami yang beli, dia tinggal beli sayur mayur segar, buah2an, daging saja, untuk makan se-hari2. Rekening listerik, air ledeng, gas, tilpon, TV dan rekening buat kantor Feng Huang Cheng (buat menggaji satpam sekuriti, tukang kebon, tukang membersihkan seluruh kompleks, ongkos kendaraan ke pasar) semuanya kami yang bayar.

Kami ada fikiran, kalau kelak suatu hari sudah pensiun akan melewati hari tua di sini.



(3) Thio Keng Bouw student piano concert ke -4


Yang ikut dalam concert piano kali ini tidak sebanyak tahun 1994, tetap masih ada murid bulenya yang ikut concert, juga mengambil ruang concert yang sama di Shatin



(4) Bagian Kesenian Ba Zhong
(巴中校友會文藝部)


Bagian kesenian Ba Zhong Xiao Hui adalah berlandasan  sukses yang dicapai pada re-unie tahun 1993, empat serangkai Zhou Yun Zhen, Zhang Ru Jun, Wu Su Ngor dan Zhang Qing Mao merupakan poros terkuat dalam sejarah bagian kesenian Ba Zhong, semuanya terdiri dari pemusik yang berpengalaman selama puluhan tahun.  Dalam rangka menghadapi ulang tahun ke 50 Sekolah Ba Zhong, bagian kesenian mendapat tugas untuk mempersiapkan acara yang menarik yang akan dipentaskan dalam gedung kesenian paling besar di Hongkong yang muat 2000 penonton di Tsim Sha Tsui, dan dalam jamuan makan yang mengundang 2000 tamu dari seluruh dunia, di night club terbesar di Hongkong, yang letaknya 200 meter dari gedung kesenian tersebut. Juga mengundang Musik Band Xu Rui Hoa and Brothers dari Ba Zhong Jakarta, dan Willy Fung and Son untuk membikin meriah pesta seni yad itu.

Paduan suara Ba Zhong yang sudah menampilkan diri pada tahun 1993, diperkuat dan mengadakan latihan 1 tahun di muka dengan lagu ciptaan Johann Straus:《The Beautiful Blue Danube》, tiap minggu latihan di aula club Hoa Zhong, sebab Ba Zhong sendiri belum punya gedung perkumpulan. Saya mendapat tugas untuk mempersiapkan acara musik band Ba Zhong, dengan 3 pemain gitar Phan Han Xiu, Pang Jing Ling dan Liang Guo Xiong, serta diperkuat oleh peniup saxophone Tan Jin On kelahiran Jogjakarta, kemudian paduan suara kecil Ba Zhong.  Yang paling banyak makan waktu adalah paduan suara Blue Danube, karena untuk penyanyi amatir sangat sulit menyanyikan dengan 4 suara, sopran, alto, tenor dan bass.  Paduan suara dipimpin oleh Zhou Yun Zhen dan iringan piano oleh Wu Su Ngo.

Bagian tari2an dipimpin oleh Chen Shui Zhu陈瑞珠 juga mempersiapkan tarian Tiongkok dan Indonesia, Tari Payung dan Tari Bung Nuri.



(5) Ultah ke-50 Sekolah Ba Zhong
(巴中成立50周年)


Ulang tahun Sekolah Ba Zhong Jakarta ke-50 akhirnya berhasil dibuka pada tanggal 1 November 1995, jumlah anggota panitia ada 140 orang, ketua dan wakil ketua panitia ada 6 orang, yaitu Yu Wen Chong, Li Yung Zhang, Yang Ying Hui, Li Xin Zhen, Chen Shui Zhu dan Yuan Yen Zhang.

Pesta dilakukan pada siang hari di gedung kesenian Tsim Sha Tsui yang muat 2000 penonton, dan malam harinya di Night Club New World Tsim Sha Tsui, yang berdekatan dengan gedung kesenian itu,

Pagi2 semua pemain yang ikut acara di gedung kesenian sudah berkumpul di panggung gedung kesenian, karena pagi itu dilakukan generale repetisi untuk acara siang harinya.  Semuanya bersemangat dan bergembira , melalui latihan keras  setahun lamanya, akhirnya hari ini akan naik ke atas pentas, disaksikan oleh 2000 tamu dari Hongkong dan anak Ba Zhong dari 4 penjuru dunia yang sudah berdatangan dua hari sebelumnya dan menginap di beberapa hotel di Tsim Sha Tsui. Yang paling banyak adalah tamu dari Jakarta ada 300 lebih, dari berbagai angkatan.  Kemudian tamu dari Tiongkok daratan, ada seratus lebih.

Acara di gedung kesenian dimulai pukul 2 tepat, dibuka oleh acara paduan suara yang membawakan lagu The Beautiful Blue Danube. Kemudian Willy and Son menyampaikan 3 lagu (mula2 cuma dua, karena ada permintaan tepuk tangan riuh dari para penonton akhirnya tambah satu lagi menjadi 3 lagu), yaitu lagu Fraulein, El Con dor Pasa dan Jamaica Farewell.  Zhang Ru Juin juga menyampaikan lagu O Sole Mio dan Troika Rusia), dan Wo Ai Ni Zhong Guo. Peng Jing Ling dan Zhu Ye Hoa menyampaikan  lagu Bandar Jakarta dengan iringan Clavinova Piano orchestra Thio Keng Bouw, paduan suara kecil menyampaikan lagu Lenggang Jakarta, musik band menyampaikan lagu La Paloma, dan Maluku Medley, semua oleh Clavinova Yamaha Thio Keng Bouw.

Selesai acara dari Willy and Son, ada penonton dari Jakarta yang nyeletuk, wah bagus sekali acara ini.

Selesai pertunjukan, semua pemain langsung jalan kaki ke Night Club terbesar di Hongkong yang letaknya di New World Centre. Seluruhnya ada 200 meja makan, tiap meja ada 12 orang. Ini merupakan rekor tertinggi dari malam re-unie uyang diselenggarakan oleh perkumpulan alumni Hoakiao asal Indonesia di Hongkong. Saya sendiri karena membawa alat2 musik, maka meskipun dekat, naik mobil yg sudah dipesan sebelumnya.

Di pintu masuk sudah banyak tamu yang datang dan membeli kaset peringatan ultah ke-50 Ba Zhong yang saya mainkan dan dicetak di perusahaan rekam Hongkong. 30% dari hasil penjualan kaset (HKD 9000,-) disumbangkan untuk panitia Ulang Tahun. Acara malam berlainan dengan acara siang hari, banyak diisi oleh acara kesenian para tamu dari Indonesia (Xu Rui Hoa and Brothers), dari Taiwan, dan dari Hongkong,  Juga menyanyikan lagu Ba Zhong Xiao Ge dan Ba Zhong Xue Sheng dengan iringan musik One Man Orchestra dari Thio Keng Bouw. Untuk pertama kalinya lagu Bazhong Xiao Ge berkumandang dengan suara orkes simfoni computer, biasanya cuma dengan iringan piano saja.

Dalam malam kesenian terjadi peristiwa yang tidak menyenangkan, karena acara yang semula disusun ada acara nyanyian tunggal dari soprano utama Jakarta, Yu Qun Zhen, tapi tanpa diberitahu kepada yang bersangkutan acara itu dicoret oleh Wu Su Ngo, maka keesokan harinya ketika angkatan 57 kumpul2 di Hongkong, Yu Qun Zhen ngamuk dan maki2 Wu Su Ngo yang tidak muncul pada pagi itu, karena kecapean rupanya.  Kemudian pada malam berikutnya Yu Qun Zhen ngamuk2 lagi, tapi berhasil didamaikan, dan diberi kesempatan menyanyi di restoran Xin Guang di North Point.

Pesta makan2 berlangsung selama 5 hari ber-turut2, disamping yang diselenggarakan oleh panitia, juga tiap angkatan mengadakan pesta secara terpisah, saya, Willy and Son, Xu Rui Hoa and Brothers sibuk terus setiap hari untuk memenuhi undangan dari berbagai angkatan, seperti angkatan 57, angkatan 61.



(6) Sukinah mantan anggota Gerwani
datang ke Hongkong


Sukinah, isteri almarhum Pak Mamat, adalah salah seorang yang masih bermukim di RRT dan sudah masuk menjadi warganegara Tiongkok, saya ketika itu sering tilpon ke Nan Chang tempat mereka bermukim, jadi mengetahui kesehatan Sukinah akhir2 ini mundur banyak.  Saya tanya:

“Bu Kinah apakah kangen sama anaknya di Jakarta?”
“Ya, saya sering mimpi ketemu anak saya, entah kapan bisa bertemu muka sebelum saya menghembuskan nafas yang penghabisan.”  Jawab Bu Kinah.

Kemudian saya berunding dengan interpreter zus Chen asal Jogjakarta, agar mengatur dan mengantar bu Kinah pulang ke Jakarta untuk bertemu dengan anak kandungnya,.

Pada suatu pagi saya diinterlokal oleh Zus Chen dari Jakarta, katanya bu Kinah besok akan ke Hongkong. Saya kaget juga, kok begitu cepat kumpul2 dengan anak kandung menantu dan cucu2nya di Jakarta?  Saya menjemput bu Kinah di airport, dan ajak menginap di apartment saya di Ma On Shan, dalam bis dari airport, bu Kinah bercerita, bahwa dia cuma 2 minggu di Jakarta dan terus menerus dikurung dalam rumah, anaknya tidak berani mengajak ibunya ke-mana2, cuma pada hari terakhir mengajak ke Taman Mini dua jam lamanya.  Kepulangan mendadak ini karena keponakan dari anaknya tahu bahwa Bu Kinah adalah kader Gerwani Surabaya, dan mengancam anak Bu Kinah akan lapor ke militer, jika tidak diberi pinjam uang dalam jumlah agak besar, maka anak bu Kinah memutuskan minta zus Chen mengantar bu Kinah pulang lewat Hongkong, jalan2 di Hongkong, toh sudah 2 Minggu bertemu dgn dia sekeluarga. Kelak ada tempo mereka akan ke RRT, ke Nan Chang untuk menjenguk Bu Kinah di sana.

Selama di Hongkong, saya menganggap bu Kinah sudah seperti ibu kandung sendiri, mengajak beliau jalan2 dan makan2, selama seminggu lamanya. Sebelum berangkat ke Nan Chang, saya  berikan uang kontan 3000 HKD untuk bu Kinah beli kulkas karena katanya perlu sekali untuk menyimpan makanan mateng dan sayur2 serta buah2an.  Setelah itu bu Kinah kesehatannya membaik terus, sampai memori ini ditulis, bu Kinah sudah berusia 97 tahun dan sudah agak pikun tapi masih lumayan kesehatannya, termasuk mantan anggota PKI yang paling panjang usianya di luar Indonesia. Setahun sekali saya tilpon untuk mengucapkan selamat ulang tahun dan panjang usia.



(7) Christmas Party pertama
pakai 3 live band di Hongkong
(香港首创由三个乐隊伴奏的舞会)


Sepanjang pengetahuan saya, selama ini setiap diadakan Dancing Party oleh Hoakiao asal Indonesia di Hongkong, selalu menggunakan kaset atau CD untuk mengiringinya, belum pernah menggunakan live band yang ongkosnya agak mahal.  Yang ikut kebanyakan sudah berusia 50 tahun ke atas, umumnya sudah pensiun dan sudah jadi Opa dan Oma.

Karena sering nonton film yang dancing partynya selalu diiringi oleh live band, maka timbul ide saya untuk membikin Dance Party yang pertama dengan menggunakan live band, sebagai ganti kaset musik atau CD musik.

Untuk itu saya ajak Willy And Son yang merupakan One Man Band,  dan saya sendiri yang juga sanggup main One Man Band, kemudian mengajak pula musik band dari perkumpulan Alumni Surabaya. Sebetulnya kepandaian Alex Fung dan saya jauh lebih tinggi ketimbang band manapun di kalangan Hoakiao Indonesia, namun karena One Man Band kurang ramai tampaknya,  saya minta juga band Surabaya untuk tampil main 5 buah lagu saja,  serta control sendiri latihannya di Chung King Mansion tempat mereka berlatih serta memberi bimbingan, saya sendiri sudah sejak tahun 1962 sudah membentuk band musik di Bandung, kemudian di RRT juga punya band musik sendiri, jadi sudah berpengalaman.

Setelah itu saya minta bantuan sekretaris Ba Zhong Xiao You Hui, Yang Jing Lian namanya, untuk menulis pamflet propaganda dan disebarkan kepada teman2 di Hongkong yang saya kenal. Pamfletnya cukup menarik, ditambah ini adalah untuk pertama kali di Hongkong oleh Hoakiao Indonesia membikin Dance party dengan 3 live band. Dicantumkan juga nama penyanyi utamanya, seperti Eveline Tjiauw dari Bandung, Willy Fung dari Malang,  Ku Li Xia dari Jakarta, dan Loury Fong dari Surabaya yang sudah terkenal dikalangan Hoakiao Indonesia yang memiliki suara merdu. Sebagai selingan juga minta bantuan Pang Jing Ling, Zu Yue Hoa dan yang Jing Lian untuk menyanyi juga dengan iringan musik dari saya sendiri.

Apa yang saya perkirakan ternyata benar, karcis yang agak mahal untuk ukuran Hoakiao Indonesia, 80 HKD per orang, dalam waktu dua Minggu sudah terjual habis, 300 karcis kali 80 HKD, pemasukan mencapai 24 ribu HKD. Satu rekor untuk pertunjukan Hoakiao Indonesia di Hongkong. Masih banyak yang mau beli karxis, tapi apa boleh buat, tidak dapat memenuhi permintaan mereka.

Kami mengambil timing perayaan hari Natal 24 Desember 1995, mengambil tempat di gedung pertunjukan Sha Tin yang luas dan memiliki 300 kursi untuk duduk dan lapangan yang besar untuk dansa. Malam itu ruangan penuh sesak dengan penonton yang kebanyakan dari Jakarta dan Bandung serta Surabaya. Dari mula sampai akhir, selama 4 jam non stop, tidak menggunakan kaset atau CD untuk mengiringi tamu2 yang berdansa.  Semua tamu merasa puas, karena untuk pertama kalinya dance party yang tidak menggunakan kaset atau CD.  Kemudian iringan  musiknya juga ada penyanyi yang membawakan lagu2 dansa dengan irama  samba, rumba , cha cha, tango, jive, slow waltz, quick waltz, paso dobel, slow rock, slow fox, serta quick step dan rock en roll dan boogie woogie.

Selesai Dance Party ini, ternyata aada untung bersih 14 ribu HKD, setelah dipotong untuk sewa gedung, sewa sound system, sewa kendaraan dan beli lemper dan risoles serta minuman untuk 300 peserta.  Saya putuskan keuntungan itu dibagi-bagi kepada penyanyi utamanya serta band Surabaya.  Band Surabaya dapat 3000 HKD, Willy and Son dapat 3000 HKD,  Eveline Tjiauw 2000 HKD, Ku Li Xia 2000 HKD, Loury Fong 2000 HKD, sisanya 2000 HKD mengundang  10 anggota panitianya untuk makan2 di restoran Thailand di Kowloon City. Baik pengunjung maupun penyelenggara semua sama2 puas, terutama 4 penyanyinya yang tidak pernah dijanjikan mendapat angpao, tiba2 dapat angpao yang besar yang belum pernah diperoleh sebelumnya maupun sesudah itu.

Selanjutnya Dancing and Singing Party dengan musik band ditiru oleh perkumpulan alumni Hoakiao Indonesia,  Saya dan Willy and Son sering mendapat undangan untuk mengisi acara musiknya, dan band2 musik dari Hoakiao Indonesia \pun bermunculan kaya jamur di musim hujan, ada yang tiap minggu main di park2 Tuen Mun, Tsuen Wan dan diberbagai aula pemerintah yang tidak dipungut uang sewa tempatnya, ada pula yang menyelenggarakan sendiri dengan ditonton oleh anggota masing2.

 


【第十九集結束】

【請續看下一集】








ymchen

文章數 : 667
注冊日期 : 2012-11-08

回頂端 向下

回頂端


 
這個論壇的權限:
無法 在這個版面回復文章