公用欄目


Join the forum, it's quick and easy

公用欄目

TKB:SD di HK(20)【代貼】

向下

TKB:SD di HK(20)【代貼】 Empty TKB:SD di HK(20)【代貼】

發表  ymchen 19.03.15 21:18


【代貼】

SUKA DUKA DI HONGKONG-Revisi
(在香港的苦與樂-修訂版)






Bagian ke dua(1988 -1997)


SUKA DUKA DI HONGKONG. (1996)-Revisi

(Seri ke-20)

Penulis : Thio Keng Bou (張慶茂)
(Mar. 2015)



(1) Jalan2 ke Peking-Tientsin-Shanghai-Hangchou


Setelah ber-turut2 ke USA dan Eropa yang paling banyak makan ongkos, maka tahun ini kami putuskan pesiar ke yang dekat saja yang agak murah beayanya, yaitu ke utara, Peking, Tientsin, Shanghai dan Hangchou. Kami ikut travel saja agar tidak usah pusing2 cari taxi dan cari objek turis, meskipun dalam soal bahasa tak menjadi soal buat kami berdua, dan biasanya ongkosnya malah lebih murah ketimbang pergi sendiri, sebab ikut travel banyak diskonnya, terutama ticket plane dan hotelnya. Juga makannya sudah diatur, tak usah pusing2 cari restoran.

Objek pertama adalah Peking. Terakhir saya ke Peking pada 1993, jadi belum lama berselang, tapi kabarnya Peking setiap tahun terus berubah, begitu pula kota2 lainnya di Tiongkok.

Di Peking kami tinggal di hotel bintang 4, cukup lux hotelnya, hanya letaknya di pinggran kota, tak apalah, kamipun tak ada tempo bikin acara sendiri, karena acara travel siang malam cukup padat.

Istana kuno Tian An Men adalah objek utama,betul2 besar dan mega istana kerajaan Man Ching (Manchuria) ini, sayang warna ke-merah2an agak menusuk mata, lebih bagus warna istana di Eropa, atau gedung putih di Washington. Ya begitulah kepercayaan kaizar Tiongkok, warna merah merupakan lambang kebesarannya, begitu pula warna kuning. Lihat saya bendera RRT dasarnya merah dengan bintang lima warna kuning. Ini adalah kebudayaan Tiongkok yang tidak boleh ditawar lagi. Kalau diganti mungkin menimbulkan banyak protes dari para pakar budayawan atau politikus.

Kemudian melihat makam Mao Tjetung, sebenarnya kami malas ke situ, tapi setiap travel diharuskan pergi ke situ, tak ada pilihan lain, terpaksa ikutin saja deh. Kemudian pergi ke Tien Tan, Tembok Besar dan Yi He Park (Yi He Yuan) yang tersohor besar dan indah itu, tempat pesiar ibusuri Tzu Sih , Ratu Manchuria yang secara riil pegang kekuasaan pada tahun2 terakhir kerajaan Manching.

Malam harinya kami diajak ke food street di dekat Wang Fu Jing, banyak penjual makan mateng di sepanjang jalan, martabak asin, sate Sinkiang , bakpao, bakmi, sop kambing dan lain2.  kami cuma lihat2 saja, sebab perut sudah kenyang makan di restoran.

Kalau ke Peking pasti diajak makan Bebek Peking yang tersohor, ini untuk kedua kalinya saya makan Bebek Peking, yang pertama pada tahun 1965, ketika jadi tamu Negara, kini yang kedua, maka rasanya enak sekali, karena sudah lama tidak mencicipi makan lezad yang khas Peking itu.

Kota kedua adalah Tientsin, kota terbesar kedua di utara.  Masih ada bangunan2 Eropa, karena dulu Tientsin dan Shanghai terdapa daerah konsesi negeri Barat, seperti Inggeris, Perancis, Jepang, Jerman,  dan lain2, yang merupakan Negara dalam Negara, punya polisi sendiri, pengadilan sendiri dan mendirikan bangunan style Eropa yang masih terpelihara baik sampai sekarang. Makanan Tientsin yang terkenal adalah Gou Bu Li, semacam bakpao yang isinya dagin babi cincang, yang beda dengan bakpao di selatan, enak sekali rasanya, entah pakai bumbu apa dibikinnya.

Selanjutnya kami kunjungi kota Shanghai, kota terbesar di RRT. Betul2 besar kotanya dan banyak sekali bangunan pencakar langit yang baru disamping gedung2 tinggi lama. Kota Shanghai sering kami saksikan dalam film2 TV di Hongkong, yang menceritakan Shanghai tempo doeloe yang banyak gangsternya, sebelum berkuasa Chiang Khai Sek juga pernah jadi murid kepala gangster Shanghai, Huang Jin Yong.  Shanghai juga merupakan pusat pertarungan antara spionase dari seluruh dunia dengan agen rahasia Kuo Min Tang dan pekerja dibawah tanah PKT. Ketika 12 tahun bermukim di RRT (1965-1977), saya pernah 3 kali mampir dan pesiar di Shanghai, kini sudah besar sekali perobahannya, terutama gedung2 pencakar langitnya yang bertambah banyak, dan kotanya juga sudah melebar ke empat penjuru. Masakan Shangahi boleh juga, karena saya sering makan di Hongkong, terutama bakso kepala singa yang tersohor itu dan sop asam pedasnya.

Hangchou dengan danau Baratnya (Xi Hu)nya selalu menjadi impian orang Tiongkok, memang indah sekali pemandangannya, cocok untuk rumah tinggal, sayang sistim politiknya tidak cocok buat kami.  Kami beli oleh2 sutera Hangchou buat oleh2, ternyata murid dari Perancis yang saya berikan girangnya bukan main.



(2) Alex Fung anak Willy menjadi anak angkat saya


Oleh Sinshe kwamia terkenal di Hongkong, Alex Fung diramalkan harus mempunyai ayah dan ibu angkat, yang akan membawa kemajuan buat sekolahnya serta kariernya setelah lulus dan terjun ke dalam masyarakat.  Ayah dan ibunya cari ke sana ke sini orang yang cocok , artinya cocok dengan peji anaknya, peji itu adalah jam, hari, bulan dan tahun kelahiran. Tapi tidak ketemu yang cocok dengan peji anaknya.

Akhirnya tanya kepada saya apakah bersedia memperlihatkan peji kami berdua, dan kalau cocok apakah bersedia jadi ayah dan ibu angkat dari Alex Fung? Tanpa pikir panjang kami menyatakan kesediaan, karena memang Alex adah pianis yang berbakat dan selalu menjadi idola para murid piano saya,  dalam Piano Student Concert sejak 1992.  Setelah diperiksa oleh juru ramal tersebut, ternyata kami berdua adalah yang paling cocok dan akan membawa keberuntungan dan keberhasilan buat Alex Fung.

Maka dipilihlah hari baik dan bulan baik, dengan dihadiri oleh dua orang saksi yaitu Eveline Tjiauw dan Li Xin Zhen sahabat karib saya dari Bandung dan Gorontalo, di sebuah restoran di Wanchai, dilangsungkan upacara angkat anak memurut tradisi orang Tionghoa.

Setelah menjadi anak angkat kami, setiap Tahun Baru Imlek dan hari ulang tahun saya dan isteri, Alex selalu datang memberi selamat dan angpao kepada kami berdua, ini dilakukan terus sejak 1997 sampai 2015, sudah seperti anak kandung sendiri saja.

Dan ternyata Alex Fung studinya maju terus,  dalam 2 tahun (1999-2001) dia telah menyelesaikan pelajaran yang semestinya 4 tahun lamanya, yaitu sekolah musik tinggi di Boston, Berkelee School Of Music , yang merupakan sekolah musik paling top di dunia musik pop. Dan hasil ujian akhirnya semuanya A, cuma satu yang A-. Kemudian dalam praktek sebagai musician di Hongkong, terus mengalami kemajuan dan memperoleh kesempatan mengiringi, menciptakan lagu dan mengarasemen lagu  untuk para biduan top di Hongkong seperti Andy Lau, Kelly Chen, Twins, Zhang Xue You, Hui Chi On, Joey Yung, dan lain2.

Kini Alex Fung adalah produser musik termuda di Hongkong, yang lainnya semua berusia 40 tahun ke atas, cuma Alex saja yang dalam usia 29 tahun sudah menjadi produser musik.



(3) Ulang tahun ke-60 Thio Keng Bouw
di restoran Cinta


Menurut ramalan dari sinshe kwamia Tjong Ka Wong, saya harus mengadakan perayaan hari ulang tahun ke-60 ketika usia 59 tahun menurut penanggalan Imlek. Jika tidak melakukan, akan menemui bahaya luka parah yang berdarah.

Ya percaya saja tidak ada ruginya, mumpung banyak teman dalam pergaulan di Ba Zhong dan Bandung.  Pada genap usia 59 tahun, bertempat di Restoran Cinta Wanchai, saya mengundang 50 lebih sahabat karib untuk makan bersama Indonesian Food, merayakan ulang tahun ke-60 tersebut.

Yang datang adalah Li Yung Zhang Ketua Ba Zhong, Eveline Tjiauw wakil ketua Bandung,Lau Pak Lung Ketua Tasikmalaya,  paduan suara kecil Bandung dan Bazhong, Lin Hui Ching, Chung Ren Hu, Ang Heng Kok, penyanyi Ku Li Xia, Loury Fong, interpreter Yo Seng Kim, Li Xin Zhen, Setu Ta Sen, Yang Ying Hui, Yang Yu Phan, Yen Yuen Zhang, Yang Jing Lian, Zu Ye Hua, Pang Jing Lin, Phan Han Xiu, Tan Jin On, Willy Fung, isterinya Betty Mak, anaknya Alex Fung dan Kenny Fung, Tom Lee, Tony Li, dan lain2. Chen Shui Zu berhalangan datang, tetapi melalui Eveline Tjiauw memberi angpao sebesar 1000 HKD kepada saya. Yang lainnya rata2 memberi angpao antara 250 HKD sampai 500 HKD.

Pesta ulang tahun diramaikan dengan njanyi2 dari para biduan yang sering membantu kegiatan musik saya di Hongkong. cukup meriah acaranya.



(4) The Kim Kam, guru Bahasa Tionghoa di Sin Hoa


Oleh seorang teman dari Sin Hoa saya diberitahu bahwa The Kim Kan, guru bahasa Tionghoa yang pernah mengajar saya ketika di Sin Hoa (1948-1951), kini nyangkut di Guangzhou, karena tidak mendapat visa masuk ke Hongkong.

Guru yang pernah mengajar 3 tahun ber-turut2 adalah guru yang paling lama mengajar saya, tentu tidak akan terlupakan seumur hidup, apalagi guru ini termasuk guru yang nakal.

Bagaimana nakalnya?

Karena saya warganegara Indonesia, maka The Kim Kan pernah menulis di papan tulis Keng Bouw Thio, katanya orang Indonesia nama marganya ditulis di belakang. Ini sih tidak apa2. Tapi yang menjengkelkan dia pernah menulis Kucing ijo yang panjang dalam bahasa Tionghoa Zhang diganti dengan huruf Chang panjang, Qing diganti dengan huruf Qing ijo, dan Mao diganti dengan huruf Mao kucing.  Entah guyon entah apa, gara2 dia menulis begitu, banyak teman sekelas yang panggil saya kucing ijo panjang.  Saya sering terlambat datang ke sekolah, karena harus membantu pekerjaan ke pasar dan masak di rumah, maka terpaksa berdiri di depan pintu kelas, sambil menunggu diizinkan masuk ke dalam kelas. Lalu The Kim Kan ini secara guyon bilang kepada para murid, katanya:

“Siapa yang punya uang kecil, ada pengemis di depan pintu.”

Gara2 ucapan guyon ini seluruh kelas panggil saya si pengemis, Qi Gai. Ini masih tidak apa, namanya juga guyon.

Yang saya tidak bisa tahan adalah soal gerakan sumbangan 5 sen untuk membangun aula Sin Hoa. The Kim Kan di depan para murid bilang, ada murid yang pelit tetap memberi uang sumbangan 5 sen, padahal yang lain sudah memberi sumbangan 10 sen sampai 25 sen. Saya merasa tersinggung, tentu sindiran ini ditujukan kepada saya yang memang selalu memberi sumbangan 5 sen. Ketika itu ukuran tubuh saya termasuk paling pendek, maka duduk di baris terdepan, saya terus memandang ke  arah The Kim Kan, tiba2 dia berteriak, : “Qing Mao, berdiri!”

Saya terus berdiri sambil mengerumel: “Namanya kan sumbangan 5 sen, apa salahnya memberi sumbangan sebegitu?”

Mendengar bantahan saya, The Kim Kan jadi naik pitam, mengayunkan tangannya untuk menggampar saya.  Memang The Kim Kan ini terkenal sebagai guru yang main pukul bahkan main tendang kepada muridnya, kaya kenpeitai Jepang saja lagaknya.  Saya segera mengambil tas dan buku2 sekolah, terus keluar pulang ke rumah, memberitahukan ibu saya atas peristiwa barusan itu.

Ibu saya marah sekali, segera mengajak saya kembali ke sekolah, melaporkan soal ini kepada Ye Jing Zhong, wakil kepala sekolah.  The Kim Kan masih membela diri bilang saya kurang ajar.

Ibu saya melawan, “sekarang sudah bukan jaman Jepang, mana boleh guru main pukul murid?  Kalau anak saya salah harus beritahu orang tuanya, saya akan memukul anak saya, bukan pak guru yang memukul muridnya.”

Akhirnya The Kim Kan minta maaf atas kesilapan dia katanya, dan berjanji tidak akan terulang peristiwa seperti itu lagi.  Biasanya kalau murid dipukul tak ada yang berani lapor kepada orang tuanya, atau barangkali orangtuanya tidak mau ambil pusing, karena menyalahkan anaknya yang nakal,

Kali ini The Kim Kan kebentur oleh ibu saya yang galak. Dan memang ibu saya sudah tidak senang anaknya dijuluki pengemis dan kucing hijau serta namanya dibalik menjadi Keng Bouw Thio.

Dalam interlokal Hongkong Guangzhou saya menyalami The Kim Kan, tanya kenapa tidak bikin visa dulu di Jakarta, karena The adalah warganegara RRT, jadi pegang paspor stateless Indonesia, tanpa visa tidak diizinkan masuk ke Hongkong.

Ngomong2 dalam interlokal, saya tanya kepada beliau, apakah masih ingat akan peristiwa yang saya ceritakan di atas itu?  Dia bilang, apa iya saya begitu jahat? Saya bilang Laose bukan jahat melainkan anak nakal, dia menjadi tertawa terpingkel2.mendengar saya bilang beliau anak nakal, padahal usianya ketika itu sudah 77 tahun.

Tak apa kata saya, ini menjadi kenang2an saya, dan saya juga menjadi guru sekolah, tapi tak pernah memberi ejekan atau sindiran kepada murid saya, apalagi memukul murid. Main pukul adalah peninggalan feodal yang sudah tidak cocok dengan jaman sekarang.

Saya berjanji akan menjenguk beliau yang katanya sudah pindah ke Bogor, beliau memberikan nomer tilponnya kepada saya. Namun sebelum saya pulang ke Indonesia, beliau sudah meninggal dunia……



(5) Wu Qi Nan, guru sejarah dunia di Sin Hoa


Dalam alumni Ba Zhong, banyak yang berasal dari sekolah Sin Hoa Pasar Baru, karena sekolah Sin Hoa cuma dariTaman Kanak2 sampai SMP saja, jadi setelah lulus SMP mereka berpencaran, ada yang ke Ba Zhong, ada yang ke Hoa Zhong dan ada yang ke Pa Hoa atau langsung ke sekolah Indonesia setelah WNI (Warga Negara Indonesia) dilarang sekolah Tionghoa lagi.

Ada yang beritahu saya, bahwa Wu Qi Nan yang pernah mengajar sejarah dunia kelas enam, belakangan jadi kepala Sekolah Sin Hoa Pasar Baru ada di Hongkong.  Pelajaran sejarah adalah pelajaran yang paling saya sukai sejak kecil, maka gurunya juga saya ingat betul2 orangnya, termasuk semua guru sejarah di Ba Zhong dan di SMA KRIS (bapak Basuki) ,

Saya ambil waktu untuk anjangsono ke rumah Wu Qi Nan di Tai Koo Shing, berkenalan dengan isterinya yang konon mantan murid Sin Hoa juga.  Dia sekarang sudah menjadi pedagang, atas bantuan mantan muridnya yang menjadi anak Lim Sui Liong (Sudono Salim) orang terkaya di Indonesia ketika itu. Wu Qi Nan juga masih ingat kepada saya yang angka sejarahnya selalu mendekati angka seratus dalam setiap ulangan dan ujian. Juga kenal baik dengan adik saya Zhang Qing Hu yang sekolah di Sin Hoa sampai lulus SMP. Setelah itu entah berapa kali sering ketemu Wu Qi Nan di malam ramahtamah Alumni Ba Zhong atau Hoa Zhong, yang selalu mengundang Wu Qi Nan ini. Sekolah Sin Hoa termasuk sekolah yang berafiliasi ke RRT, guru bahasa Tionghoanya The Kim Kan dan guru sejarahnya Wu Qi Nan juga sangat pro Komunis , maka pengaruh mereka berdua terhadap paham politik saya di kemudian hari sangat besar, dan sering menjadi perdebatan sengit dengan Papa saya yang lebih condong ke PSI (social democrat seperti Partai Buruh Inggeris), yang beda paham politiknya dengan saya yang selalu diindoktrinasi paham Komunisme oleh guru2 pro Komunis di Sin Hoa dan Ba Zhong seperti Hoang Tian Mei, Cao Hui Xian dan Liang Ying Ming. Belakangan saya baru tahu bahwa para guru sekolah Tionghoa yang pro Komunisme itu juga pengetahuan Komunisme juga miskin, dan kedok kebobrokan Negara Komunis ketika itu juga belum terbongkar, baru setelah Mao Tjetung mencetuskan RBKP, setelah mantan kepala Sekolah Sin Hoa Yang Xin Rong diganyang oleh garda merah di Tiongkok, barulah mereka sadar akan kepalsuan propaganda komunisme dari RRT melalui buku2, film2, dan majalah2 RRT yang diekspor ke Indonesia.



(6) Tan Kwat Tiam, mantan ketua PPI Pusat datang


Tan Kwat Tiam, mantan Ketua PPI Pusat yang diangkat dalam Kongres ke-1 PPI di Prigen Jawa Timur, datang ke Hongkong dan mencari saya. Saya dan Tan sama2 jadi pimpinan PPI Pusat pada 1958, tapi Tan Kwat Tiam cuma namanya saja jadi ketua pusat, tapi karena bossnya Kwa Sien Biauw menentang dia aktif di PPI, bahkan mengusulkan agar PPI dibubarkan, makaTan tidak berani melawan perintah bossnya itu, jadi yang di PPI Pusat ketika itu praktis cuma Ban Po Khiong (wakil ketua) dan saya (bendahara) yang menjalankan pekerjaan se-hari2 PPI Pusat. Untuk urusan PPI pusat saja saya 4 kali ke Surabaya dan Malang, juga Ban Po Khiong 2 kali ke situ. Belakangan setelah saya pindah ke Bandung (September 1958), saya baru meletakkan jabatan dari PPI Pusat, Tapi Ban Po Khiong terus aktif sampai Maret 1959 dia dicopot jabatan wakil ketua PPI Pusat, cuma menjabat ketua seksi luarnegeri saja.

Tan Kwat Tiam meskipun jarang datang rapat PPI Pusat, tapi persahabatan dengan saya cukup baik, ketika sepeda saya dicuri orang di kantor percetakan Persatuan, karena mengurus percetakan majalah PPI Pusat , Tan Kwat Tiam memberikan sepedanya untuk saya pakai se-hari2 sampai belakangan dibawa ke Bandung, selama saya belum mampu beli sepeda baru. Saya ajak dia mampir ke Ma On Shan, menyaksikan saya main piano dan organ serta One Man Orchestra, dia ter-heran2 juga, karena ketika di Indonesia dia tak pernah melihat saya main piano atau memberi pertunjukan piano di atas pentas PPI yang selalu dia datang menghadirinya. Kemudian saya ajak dia dan isterinya makan2 di restoran Ma On Shan, dan ngobrol ke Barat dan ke Timur.  Dia bilang setelah Kwa Sin Biauw berhenti dari harian Warta Bhakti (jabatannya diganti oleh A. Karim DP yang terkenal), Kwa Sien Biauw membuka pabrik Aqua, air minum botolan yang pertama di Indonesia, diapun diajak menjadi pegawai tingginya , terus sampai Tan Kwat Tiam meninggal dunia. Pekerjaan seumur hidup ini dijabatnya terus, , karena Tan memang paling dengar kata Kwa Sien Biauw.



(7) Yo Eng Bu pianis Bandung datang


Yo Eng Boe atau lebih dikenal dengan nama akrabnya ko Abe, adalah pianis yang sering mengiring nyanyi dan tari di Bandung, Tenyata dia adalah saudara seperguruan dengan saya, sama2 belajar piano kepada Becalel.

Dalam rangka perayaan ulang tahun Perkumpulan Alumni Bandung, dia dan 2 orang murid keyboardnya datang untuk memberi pertunjukan. Dia butuh keyboard untuk tampil di pentas, memang sudah mendengar bahwa saya punya banyak keyboard di rumah, maka tidak membawa banyak keyboard, cuma bawa satu, yang dua lagi akan pinjam keyboard saya. Dengan senang hati saya meminjamkan keyboardnya, dan sebagai tanda terima kasih, dia memberikan buku musiknya yang berisi catatan dari lagu2 yang pernah diaransemen oleh dia, dia juga termasuk pemain One Man Orchestra terkenal di Bandung profesinya sama dengan saya. Banyak penyanyi di Bandung yang minta diiringi musiknya oleh ko Abe ini. Dalam rombongan Bandung ini, terdapat seorang guru menyanyi di Sekolah Sin Chung, namanya He Yin Phing, dulu saya tidak kenal dia, karena setelah saya pergi ke RRT, dia baru masuk ke Sin Chung, menggantikan saya jadi guru nyanyi di situ.

Juga ada penyanyi Hiu Kwet Hin, mantan anggota koor PPI Bandung, yang sudah melejit jadi penyanyi tunggal.

Ko Abe ini adalah adik kandung dari Yo Eng Boen, yang mengurus isteri saya pulang dari Bandung ke Hongkong pada tahun 1984, papanya adalah ketua Yo Sie Lian Gie Hui di Bandung.



(8) Student & Thio Keng Bouw’s Friends In Concert


Tanggal 29 Desember 1996, concert anak murid piano saya digabung dengan Nostalgy Music Concert, jadi acara dalam satu malam dibagi 2 bagian,  bagian pertama 13 murid yang mainnya bagus tampil memberikan hasil belajarnya selama tahun ini, dan setelah istirahat disambung dengan  Nostalgy Music  Concert yang acaranya seluruhnya diisi oleh teman2 saya.

Acara dari Thio Keng Bouw’s & Friends adalah sebagai berikut:

1. Piano Solo dari Alex Fung, membawakan lagu2 Theme From Mission Imposible, lagu dari Film tersebut dengan gubahan dari Alex Fung sendiri dengan piano tunggal, disini tampak bakat musik dan daya cipta dari Alex Fung, setelah nonton film tersebut, dengan daya kreasi musiknya yang luarbiasa dia ciptakan partitur piano tunggal dengan bagus sekali.

2. Kemudian dia nyanyi tunggal lagu How Deep In Your Love dengan iringan piano sendiri.

3. Nyanyian tunggal dari Raymond Chou dengan lagu Unchained Melody dan Love Is A Many Splendord Thing dengan iringan music dari CD.

4. Music Work Station Recital dari Thio Keng Bouw dengan lagu2 Matinatta (Italia), Indonesian Medley Song dan Ge Chang Zu Guo (歌唱祖国).

5. Nyanyian Tunggal dari Willy Fung dengan iringan musik dari Alex Fung dengan lagu2 El Condor Pasa, Fraulein, Jamaica Farewell, Don’t Forget To Remember, Rhinestone Cowboy dan Lagu Hongkong , Do You Still Love Me Tomorrow.

6. Nyanyian Tunggal dari Eveline Tjiauw dengan iringan musik oleh Thio Keng Bouw dengan lagu2 sebagai berikut:  Hati Memuji, Habanera from Carmen, Come Back To Sorentto, Siboney dan Long Long Grat Wall(长城长.)

7. Paduan suara gabungan Ba Zhong dan Bandung dengan lagu2 Chinese Folks Song Medley, The Happy Wanderer dan Keroncong Kemayoran, dengan iringan musik oleh saya sendiri.

Malam concert berlangsung dengan lancar dan ruangan diisi oleh 280 penonton dari berbagai kalangan teman2 saya yang suka musik tempo doeloe dan para orang tua murid piano saya sendiri. Ini adalah untuk pertama kalinya saya menggabung murid2 piano terbaik dengan nyanyian tunggal dari teman2 baik saya di Hongkong, suatu acara yang serba baru dan serba segar, berjalan dengan lancar dan sukses.

Alex Fung sejak ini selalu menjadi pengatur sound system,  saya beri kesempatan dia praktek, yang ternyata beguna buat studi dia di Boston kelak, dan karier dia di dunia musik pada abad ke 21.

Sehabis Concert, sekalian merayakan Tahun Baru 1 Januari 1997,  saya adakan Qing Gong Yan (pesta merayakan jasa2) sebagaimana biasa kami adakan setiap habis pertunjukan kesenian di Hongkong. Qing Gong Yan berlangsung di aula Hoa Zhong dimana para peserta yang ikut bekerja juga boleh nyanyi karaoke dengan sepuasnya. Makan nasi campur Indonesia, kuwe2 Indonesia dan fruit cocktail dan kopi.


【第二十集結束】

【請續看下一集】








ymchen

文章數 : 667
注冊日期 : 2012-11-08

回頂端 向下

回頂端


 
這個論壇的權限:
無法 在這個版面回復文章