公用欄目


Join the forum, it's quick and easy

公用欄目

TKB:SD di HK(21)【代貼】

向下

TKB:SD di HK(21)【代貼】 Empty TKB:SD di HK(21)【代貼】

發表  ymchen 24.03.15 15:41


【代貼】

SUKA DUKA DI HONGKONG-Revisi
(在香港的苦與樂-修訂版)






Bagian ke dua(1988 -1997)


SUKA DUKA DI HONGKONG. (1997)-Revisi

(Seri ke-21)

Penulis : Thio Keng Bou (張慶茂)
(Mar. 2015)



(1) Dalam setengah jam lahir lagu Nostalgia Alumni
(校友情)


Pada harian Medio Musim Rontok (中秋节Tiong Tjhioe) di Hongkong, Li Yung Zhang mengajak beberapa teman akrabnya termasuk saya, untuk pesiar di pelabuhan Victoria naik kapalnya, dia sudah pesan sate ayam dan Indonesian Food dari Warung Malang di Causeway Bay yang terkenal sedapnya.

Ketika itu sudah ada benih2 perpecahan dalam perkumpulan Alumni Ba Zhong, sudah ada surat terbuka yang menyerang dengan menyebut nama Li Yung Zhang, Liang Gan Ji dan Rao Yao Wu, Boss Bank Danamon Jakarta. Saya sudah berusaha minta kepada 25 kawan yang menandatangani surat terbuka itu, untuk menarik kembali surat itu serta minta maaf atas serangan yang bersifat pribadi kepada 3 orang pimpinan Ba Zhong Alumni  Alasan saya adalah kontradiksi intern dalam perkumpulan wajar2 saja, tetapi penyelesaian kontradiksi ini harus dilakukan di atas meja, dengan bicara dari hati ke hati, bukan dengan cara saling ganyang secara terbuka.  Dua penandatangan yang saya kenal baik (tidak usah menyebut namanya), saya jelaskan bahaya perpecahan dan perang saudara melalui surat selebaran dalam Ba Zhong Hongkong, jika masing2 tidak mau menghentikan saling menyerang ini.

Namun usaha saya menemui jalan buntu, karena benih2 yang tertanam dalam Ultah 1995, gara2 Yu Wen Chong menolak diadakan rapat penyimpulan panitia ultah ke-50 Sekolah Ba Zhong , akhirnya telah menjadi bom waktu dan meledak pada tahun 1997.

Dengan latar belakang sejarah ini saya bikin satu sajak pendek yang isinya adalah:

满栽团结友谊船   奔向维多利亚港
满怀当年校友情   歡樂歌聲传四方
東方之珠海港     飞船奔向前方
祝福校友团结友谊  深如海洋万年長


Terjemahan bebas dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

Kapal persahabatan yang sarat rasa persatuan
melaju menyusur Bandar Victoria
Keakraban lampau memenuhi rongga dada
suara merdu menjulang ke angkasa

Di Bandar Mutiara Timur Jauh
kapal kita melesat maju
Kekal abadilah
persahabatan dan persatuan kita


Dalam otak saya yang sudah penuh dengan ribuan melodi dan puluhan irama, dalam tempo setengah jam sudah lahir lagu yang segar, merdu dan mudah dinyanyikan.  Lagu ini ketika saya kirim ke Jakarta, lantas dipuji oleh paduan suara Ba Zhong Jakarta dibawah pimpinan Irawaty, mereka segera pelajari dan akan nyanyikan pada pertemuan re-unie Angkatan 57 Ba Zhong di Shao Qing. Dinyanyikan dalam pergelaran Musik di Mirador Mansion, aula Universitas Ji Nan pada 2004, kemudian dinyanyikan lagi pada 2005 dalam pesta ultah ke 60 Ba Zhong di Jakarta. Dinyanyikan lagi di siang re-unie Ba Zhong di North Point pada 2008. Dinyanyikan lagi pada Thio Keng Bouw & His One Man Orchestra In Concert 2009, Thio Keng Bouw In Concert pada 11-11-2011,  oleh paduan suara Tasikmalaya. Pada tahun 2013, ketika ultah ke-109 sekolah Sin Hoa Pasar Baru, ini yang saya ingat saja.

Semua yang mendengar memuji lagu ini, kuat isinya singkat padat dan merdu melodinya. Ketika itu saya nyanyikan dengan irama quick waltz. Belakangan saya ubah dengan irama paso dobel, ternyata hasilnya lebih bagus. Tam Mei Lan begitu mendengar lalu minta iringan musiknya untuk dia nyanyikan  di Guangzhou dalam re-unie di Ba Zhong pada tahun 2012, saya tidak ikut karena jatuh sakit matanya gurem, mesti dituntun jalannya.

Lagu ini sengaja saya tidak sebut nama Ba Zhong, agar bisa dinyanyikan oleh semua perkumpulan Alumni di Indonesia maupun di Hongkong.

Ini adalah lagu yang tercepat dalam ciptaan lagu2 saya selama 35 tahun sejak 1962, waktu itu saya membutuhkan waktu satu minggu lamanya untuk menciptakan sebuah lagu. Pengalaman mencipta lagu, pengetahuan teori dan seringnya mendengar lagu2 ciptaan orang lain dan kepandaian menganalisa membedah lagu2 ciptaan orang lain, merupakan lamdasan saya untuk menciptakan lagu dalam tempo pendek. Pada tahun 2015 saya sanggup dalam tempo 5 menit saja menciptakan sebuah lagu kanak2 sejenis lagu Burung Kakatua...



(2) Khouw Siang Hok mantan ketua PPI Pusat datang


Saya berkenalan kepada Khouw Siang Hok pada tahun 1957, ketika itu dia baru saja masuk jadi anggota PPI Jakarta, dia menjabat ketua seksi kesenian panitia Pekan Pemuda Jakarta, saya menjabat ketua seksi olahraga panitia Pekan Pemuda Jakarta, kerjasama ini dilanjutkan dalam rombongan kesenian PPI Jakarta, saya sebagai sekertaris Rombongan dan dia menjadi ketua seksi keseniannya.

Kemudian sama2 lulus SMA negeri, dia bagian B dan saya bagian C. Sama2 melanjutkan studi ke Bandung, dia masuk UNPAD (Padjadjaran) saya masuk Unpar.(Parahiyangan), sama2 juga dalam membentuk PPI Cabang Bandung, dia menjabat ketua Cabang saya menjabat wakil ketua I Cabang. Jabatan terakhir dia adalah ketua PPI Pusat (1964), saya ketika itu menjabat wakil ketua I PPI Jawa Barat.
Dalam PPI, saya dan Khouw Siang Hok termasuk paling lama bekerjasama dan menjadi salah seorang sahabat karib saya.

Pada September 1965, Khouw Siang Hok yang mengusulkan kepada PPI Pusat, agar saya diutus menjadi anggota Delegasi Front Pemuda Indonesia Pusat, sebagai wakil dari PPI Pusat, pergi ke RRT memenuhi undangan pemerintah Tiongkok.

Ternyata pada 1969 dia  pergi ke Singapura minta suaka politik kepada perwakilan Dagang RRT di Singapura, ketika itu Tiongkok cuma mengenal saya sebagai wakil resmi dari PPI Pusat, tidak mengenal siapa Khouw Siang Hok itu, ketika Tiongkok meriset kepada saya , saya sebutkan susunan anggota pengurus PPI pusat yang Ketua Umumnya Khouw Siang Hok itu, akhirnya dia diterima menjadi tamu Tiongkok. Hanya kami tidak pernah hidup bersama di Tiongkok, dia tinggal di Jiu Jiang sendirian, saya bersama 200 anggota PKI di Nan Chang, saya menghidupkan kegiatan kesenian di kalangan pelarian politik PKI, dan Khouw Siang Hok yang mempunyai keahlian sebagai penari tidak dapat mengembangkan kepandaiannya itu.  Belakangan dia menikah dengan gadis Shanghai pada tahun 1978, ketika larangan menikah diantara orang asing dengan gadis Tiongkok sudah dicabut. Dan suami isteri sama2 pindah ke Jerman, masuk warganegara Jerman. Melalui Hie Jin Fong saya mendapat tahu alamat dan nomer tilpon Khouw Siang Hok, kami sering tilpon2an  dan surat menyurat.  Maka ketika dia bilang mau ke Hong Kong, girangnya bukan main dan terus saya beritahu anak2 Pa Hoa, teman sekolah Khouw yang ada di Hongkong, antara lain, Gouw Tjeng San, Acun dan Ku Li Xia.

Khouw Siang Hok datang sendirian, isteri dan puterinya ditinggal di Jerman. Gouw Tjeng San mengajak Khouw Siang Hok tinggal di rumahnya di jalan Austin Road, rumah Gouw Tjeng San cukup luas 70 M pesegi, dan dia cuma tinggal seorang diri, belum menikah.

Saya tanya kepada Khouw, maukah berjumpa dengan sahabat karibnya dari PPI Jakarta dan Bandung.  Khouw Siang Hok menyebut lima nama, Lay Oen Kwie, The Gin Nio, Lim Tjoen Liat. Wong Kim Li dan Then Thoeng Khang. Saya interlokal mereka semua, hanya Then Thoeng Khang yang kebetulan berhalangan, lain2nya akan segera datang ke Hongkong bertemu dengan Khouw.

Setelah tamu2 dari Indonesia datang, saya atur malam re-unie dengan anak2 PPI dan Pa Hoa yang ada di Hongkong, mengambil tempat dekat rumah Gouw Tjeng San, di sebuah gereja dimana Gouw menjadi ketua gerejanya. Di situ tersedia piano yang biasa digunakan untuk acara kebaktian Kristen.

Pertemuan re-unie gembira itu berlangsung dengan meriah, saya mainkan lagu tari2an PPI tempo doeloe, pasangan Khouw dan Acun, pasangan Lay Oen Kwie dan The Gin Nio, pasangan  Lim Tjoen Liat dan Wong Kim Li kembali menarikan Tari Payung yang menjadi tarian favorit pada 1955-1957. kekurangannya hanya satu,  tidak ada penyanyi Minangkabau melancholik Sho Djie Thian yang sudah meninggal dunia di Padang.

Kemudian Ku Li Xia menyanyikan lagu favoritnya Ye Shang Hai, Gouw Tjeng San mainkan piano solo lagu Mozart dan Chopin. Terakhir Gouw Tjeng San mentraktir semua hadirin makan2 di restoran di sebelah gereja Kristen di Chatam Road itu.

Hari berikutnya saya menjadi guide mengajak tamu2 dari Jakarta dan Khouw Siang Hok pesiar ke Sen Zhen, pergi melihat Window Of The World dan Taman Kebudayaan Desa Tiongkok yang terkenal itu. Di sepanjang jalan kami ngobrol sepuasnya, mengenangkan tempo doeloe di PPI Jakarta dan PPI Bandung.

Kemudian saya mengajak Khouw Siang Hok mampir ke rumah saya di Ma On Shan, menikmati lagu2 ciptaan saya yang terbaru Nostalgia Alumni yang saya ciptakan dalam tempo setengah jam saja di atas kapal pesiar di pelabuhan Victoria Hongkong
.
Khouw Siang Hok juga memuji isi dan lagu tersebut,  mirip lagu waltz Viena.

Khouw Siang Hok  ketika di Bandung pernah belajar piano bersama saya, tapi dia cuma belajar 3 bulan terus berhenti, karena kesibukannya dalam organisasi.

Meskipun dia belakangan masuk kedalam PPI, tapi dia sepenuhnya mencurahkan waktunya untuk PPI, akhirnya terpilih jadi ketua Umum PPI Pusat pada 1964. Tapi  pacarnya Tan Po Tin direbut oleh Kwa King San gara2 tiga bulan lamanya dia tidak muncul2 di rumah pacarnya.

Khouw menpunyai seorang puteri dari hasil pernikahan dengan gadis Shanghai, puterinya pernah merebut juara perlombaan piano seluruh kota Bochum di Jerman. Luar biasa, keturunan Tionghoa bisa mengalahkan orang Jerman di negerinya sendiri. Belakangan puterinya ini menjadi conductor orkes Simfoni di Jerman, dan sudah menikah dengan bangsa kulit putih Jerman.



(3) Lay Oen Kwie mantan Sekretaris II PPI Pusat datang


Saya pertama kali berkenalan dengan Lay Oen Kwie pada tahun 1956. ketika itu Baperki Cabang Gambir mau mengadakan malam peringatan berdirinya Baperki di gedung kesenian jalan Theresia Kerk minta agar saya menyiapkan acara keseniannya, kami minta bantuan penari Pa Hoa Lay Oen Kwie dan The Gin Nio untuk menjadi guru tari anak2 PPI dan Baperki, saya sendiri dan Thio Boen Giok dari PPI Anak Ranting Tanah Abang  juga ikut menari tari Payung yang mereka berdua ajari.

Han Swie Tjong, Ketua Baperki Cabang Gmbir menyediakan rumahnya yang besar di jalan Tanah Abang IV, untuk tempat latihan tari menari itu, yang diajarkan adalah tari Payung dan Tari Tempurung. Setiap kali latihan Tante Han Swie Tjong menyediakan kuwe dan kopi panas dan air jeruk untuk yang berlatih, seperti yang dilakukan oleh tante Dr Tan Eng Tie di Mangga Besar.

Kemudian saya berhubungan erat dengan Lay Oen Kwie ketika Pekan Pemuda Indonesia di Surabaya, Ketika dalam 3 kali Kongres PPI dalam perjuangan menggulingkan Ban Po Khiong dari pimpinan PPI, sampai akhirnya Ban Po Khiong dipecat dari keanggotaan PPI.

Jabatan terakhir Lay Oen Kwie adalah Sekretaris II PPI Pusat(1964-1965). Setelah itu PPI dibubarkan, menurut Lay Oen Kwie gara2 PPI mengeluarkan pernyataan mendukung G30S, yang mengeluarkan adalah Tan Swie Ling yang jabatannya Sekretaris I PPI Pusat, Lay menentang pernyataan itu, tapi Tan Swie Ling berkeras mengeluarkan karena diinstruksi oleh atasannya, Sudisman, yang berakhir dipecatnya PPI dari keanggotaan Front Pemuda Indonesia. Belakangan Tan Swie Ling ditangkap, karena menyembunyikan sekjen PKI Sudisman, Sudisman dihukum mati, tapi Tan Swie Ling tidak dihukum mati, hanya ditahan selama 13 tahun lamanya, digebuki secara biadab oleh militer orba. Ya ini satu konsekwensi dari Tan Swie Ling yang berani mati, melindungi atasannya Sudisman.

Lay Oen Kwie hampir ketangkap, ketika militer yang datang ke rumahnya mencari Lay Un Koey, dia bilang LUK sudah lari ke Jawa Tengah, militer itu percaya lalu pergi, dan Lay Oen Kwie segera melarikan diri bersembunyi ke tempat lain.

Lay memang menentang G30S, dan menentang PPI melibatkan diri dgn memberi dukungan kepada G30S, tapi apa daya temannya Tan Swie Ling menjerumuskan PPI, maka mau tak mau daripada konyol masuk penjara tanpa dosa, lebih  baik lari bersembunyi.

Saya bilang,  “Betul kau lari bersembunyi. Sayapun kalau ketika itu ada di Indonesia, tanggal 3 Oktober 1965 sudah melarikan diri, sebab Khouw Siang Hok pada 1963 sudah memperingatkan bahaya mengancam golongan kiri Indonesia jika satu hari PKI dan Angkatan Darat bentrok secara terbuka.”

Waktu kejadian G30S, saya berada di RRT, dan setiap hari dibujuki oleh wakil ketua Front Pemuda Fahrurozi dari Pemuda Anshor, agar pulang ke Indonesia, dan dijamin aman katanya. Nama Fahrurozi masih saya ingat betul, orangnya tampan dan simpatik, tapi siapa tahu isi hati yang sesungguhnya.  Saya tidak boleh main2 dengan bahaya yang mungkin terjadi, maka memilih minta suaka politik di RRT, ketimbang masuk tahanan seperti Siauw Giok Tjhan, tanpa ada bukti apa2 ditahan sampai 13 tahun lamanya.

Kemudian saya jelaskan lagi, PPI dibubarkan bukan karena kesalahan Tan Swie Ling, melainkan kesalahan seluruh  pengurus PPI Pusat sejak 1960 mulai  masuk ke dalam blok kiri di Front Pemuda, selalu bahu membahu dalam statement yang ke-kiri2an yang dikeluarkan oleh Front Pemuda Indonesia Pusat, sejak itu PPI sudah masuk les hitam AD , yang akan dibubarkan jika PKI tamat riwayatnya di Indonesia.

Waktu jaman Kwa Sien Biauw, Kwik Kian Gie dan Tan Kwat Tiam, PPI tidak ikut2an politik, melainkan mengurus kesenian doang, dan mengambil jarak dengan Pemuda Rakyat (Pemuda PKI). Bahkan lebih dekat dengan Perkumpulan Pemuda Kristen. Sejak 1960, banyak anggota baru yang pandangan politiknya pro Komunis yang masuk dan merebut pimpinan PPI Pusat, sejak itulah PPI sudah naik ke kereta PKI yang membawa kehancuran PPI pada tahun 1965.

Belakangan Lay Oen Kwie ganti nama dan jadi pengusaha yang lumayan sukses bisnisnya, tidak pernah konyol masuk tahanan orba.



(4) Beli apartmen di Guangzhou seharga 450 ribu HKD


Setelah dua tahun ber-week end di Tang Xia, ada satu kekurangan yang penting, di Tang Xia tak ada famili dan kenalan, juga letak pasarnya jauh, rencana dari pemilik real estate untuk membuka toserba dan pasar ternyata cuma ngibul saja, sampai tahun 2015 masih belum terlaksana.

Pikir punya pikir coba2 beli rumah di Guangzhou, di sana ada Ko Dolih sekeluarga, ada teman2 dari Bazhong, Bandung, dan Guangzhou kotanya ramai dan banyak toserba yang besar2 dan lebih komplit ketimbang Tang Xia yang merupakan kewedanaan.

Pilih punya pilih akhirnya membeli Tian He Guang Chang yang luasnya 78M meter pesegi, hampir sama dengan Tangxia,  ada 2 kamar tidur, lebih besar daripada kamar di Tangxia,  tapi toiletnya hanya satu, namun ruang tamunya besar sekali. Dan di sekelilingnya banyak pasar dan toko2, warung nasi dan warung bakmi, restoran kecil. jadi tidak usah naik mobil untuk membeli kebutuhan se-hari2.

Harganya agak mahal, tapi memang bangunannya jauh lebih bagus ketimbang yang di Tangxia itu, begitupula lingkungannya. Letaknya di tepi jalan raya besar yang ramai dan banyak lin bis umumnya. Ada bis yang langsung ke Shatin dekat rumah kami di Hongkong, jadi pulang pergi Guangzhou Hongkong leluasa sekali. Meskipun mesti mengodol 45 ribu HKD, diangsur selama 10 tahun. Kami beli juga, kemudian dipasang pintu besi dan jeruji keamanan di semua jendela.

Kemudian minta bantuan mobil kepolisian Guangzhou, anaknya ko Dolih si Souw Bwee jadi polisi di Guang Zhou, dia dan suaminya serta seorang supir membantu angkut barang2 dari Tang Xia ke Guang Zhou, Televisi, kulkas, pakaian, buku2, selimut, seprei dan perabotan dapur dan lain2 di Tang Xia semua diangkut ke Guangzhou. apartment di Tangxia kami tidak mau tinggali lagi, lebih baik disewakan kepada penduduk setempat, dan uang sewanya buat bayar ongkos pemeliharaan di Tangxia dan bayar ongkos pemeliharaan apartemen baru di Guangzhou ini.

Enci piauwnya Isteriku Chen Mei Yu juga diajak tinggal di rumah baru ini, dia senang sekali bisa tinggal di rumah yang lebih bagus dan ramai di Guangzhou.

Jadi setiap minggu kami ber-week end di Guang Zhou, sebagai gantinya di Tang Xia.

Di Guangzhou ini kami mencari teman ngobrol,  interpreter Wang Tian Wen dan Huang Ren Zhang. Wang adalah lulusan sekolah Hoa Chung Jakarta, dan Huang satu angkatan dengan saya angkatan 57 Ba Zhong, kemudian mencari juga teman2 satu angkatan di Ba Zhong yang lumayan juga jumlahnya di Guang Zhou. Toserba di sini jauh lebih besar dan komplit barang2nya, lumayan juga kalau melewati hari tua di sini pikir kami ketika itu.



(5) TKB One Man Orchestra
dan paduan suara 100 orang
(張庆茂单人交响乐伴奏暨南大学校友会百人大合唱)


Awal tahun 1997 ini saya ditilpon oleh Eveline Tjiauw, katanya perkumpulan Alumni Ji Nan di Hongkong sedang mencari seorang pemain keyboard untuk mengiringi paduan suara 100 orang yang direncanakan untuk menyambut kembalinya ke pangkuan ibu pertiwi dari Hongkong pada 1 Juli 1997.

Saya sanggupi dan beberapa hari kemudian datang Li Zao Yu dan Zhao Shan Hoa, ketua perkumpulan dan dirigen paduan suara Ji Da. Mereka diperkenalkan oleh Eveline Tjiauw yang sudah seringkali saya bikinkan iringan musik dengan style One Man Orchestra.

Menurut Li dan Zhao, paduan suara 100 orang itu hampir bubar, karena tidak puas diiringi oleh piano dan akordeon, yang tidak bisa membawa semangat dari lagu Zu Guo Song(祖国颂) yang akan dinyanyikan menyambut hand over Hongkong 1 juli 1997.  Saya perdengarkan suara dari Music Work Station saya, mereka terkejut juga, mendengar suara yang mirip simfoni orkestra yang belum pernah mereka dengar melalui keyboard biasa. Li Zao Yu adalah pemilik restoran Cinta di Wanchai, yang memakai band Filipina, dia bilang orang Filipina itu tak bisa memproduksikan suara seperti yang saya mainkan dengan Music Work Station Korg ini, langsung dia menyatakan minta bantuan saya untuk mengiringi paduan suara 100 orang itu dengan iringan One Man Orchestra ini.

Setelah itu mereka ajak saya ke tempat latihan, di gedung perkumpulan Ji Da Xiao You Hui, Mirador Mansion,  paduan suara yang hampir bubar itu, setelah saya iringi dengan keyboard Korg ini, lalu menjadi bersemangat dan para anggota yang sudah tak mau datang, semuanya pada datang mendengar ada pengiring baru yang jempolan kata mereka.

Memang untuk mengiringi lagu Zu Guo Song ini agak sulit, saya belum pernah menerima pekerjaan yang begitu rumit lagunya, dengan tuntutan yang tinggi dari dirigennya Zhao San Hoa, di mana harus keras, di mana harus lembut, di mana harus andante, dimana harus allegreto, dimana harus allegro, di mana harus ritartando, di mana harus accelerando, di mana harus crencendo dan di mana harus diminuendo, di mana harus pp, p, mp, mf dan f serta ff. Pendek kata bukan seperti mengiringi lagu2 biasa yang cuma pakai satu tempo (kecepatan) dan satu volume suara.

Setelah saya siapkan selama satu bulan lamanya akhirnya jadilah iringan musik untuk lagu Zu Guo Song itu, Li Zao Yu dan Zhao San Hoa merasa puas sekali dengan iringan musik saya itu, se-olah2 diiringi oleh sebuah orkes simfoni sungguhan yang terdiri dari puluhan orang. Ketika ditanya berapa ongkosnya, saya cuma minta 5000 HKD saja, padahal saya menggunakan waktu yang lama sekali, semestinya minta 15 rubu HKD, jika lain kali ada yang minta bikin iringan musik seperti itu lagi.

Jika orang biasa yang mendengar, dikira itu adalah rekaman dari orkes Simfoni Peking yang professional, tidak ada yang percaya jika dibilang Thio Keng Bouw satu orang yang bikin.

Semuanya ini saya hasilkan melalui self studi dan latihan yang ulet dan tekun, sementara ini dari 300 ribu Hoakiao Indonesia di Hong Kong, saya adalah satu2nya yang sanggup membikin iringan musik Zu Guo Zong(祖國頌)  seperti itu, belum saya temui orang keduanya. Eveline Tjiauw, Chan Chang Hai, Kuo Hung dan lain2 penyanyi kelahiran Indonesia yang terkemuka di Hong Kong, selalu datang ke rumah saya untuk minta dibikinkan iringan musik untuk mereka menyanyi, Karena tidak begitu rumit seperti Zu Guo Song, maka saya cuma pungut ongkos bikin 500 HKD per lagunya. Ini sudah sangat murah sekali, ketika saya tanya Alex Fung anak angkat saya, berapa dia minta ongkos bikin iringan musik seperti ini, dia bilang tarifnya adalah 30 ribu HKD, 60 kali lebih mahal daripada saya, pantesan dompetnya tebal terus, karena dia bikin untuk biduan professional yang sekali nyanyi di pentas dapat honorarium 500 ribu HKD, maka uang 30 ribu HKD itu sudah dianggap murah, sedangkan Eveline Tjiauw, Chan Chang Hai dan Kuo Hung kalau menyanyi tidak dapat bayaran satu sen pun, cuma saya yang pernah memberi honorarium 2000 HKD  pada Christmas Party tahun 1995 yang lampau.



(6) Ultah ke-40 Angkatan 57 Ba Zhong
di Shao Qing RRT


Angkatan 57 berarti lulus SMA di Ba Zhong pada tahun 1957, saya yang pada tahun 1955 sudah meninggalkan Ba Zhong dimasukkan ke dalam angkatan 57, karena semua teman sekelas saya berada di situ.

Angkatan 57 Ba Zhong Jakarta memutuskan untuk merayakan secara besar2an ultah ke 40 dari Angkatan 57, mereka memilih Shao Qing, propinsi Guangdong (Kwang Tung), yang terkenal dengan pemandangan danau dan gunungnya yang indah. Juga untuk memudahkan teman2 dari RRT bisa sebanyak mungkin ikut serta.

Memang kalau ditinjau dari segi kekuatan ekonominya, teman2 di Indonesia umumnya termasuk lebih tebal dompetnya ketimbang yang di Hongkong atau di RRT, maka mereka selalu mengeluarkan uang paling banyak setiap ada pesta angkatan 57 baik di Hongkong, Indonesia maupun di RRT.

Yang datang ke Shao Qing tahu2 ada 280 orang, luarbiasa banyaknya, kalau di Hongkong paling2 cuma 50 sampai 60 orang saja yang datang.

Saya datang satu hari di muka, karena harus menyelesaikan sewa drum untuk band musik Xu Rui Hoa and Brothers dari Jakarta, kalau di Hongkong gampang saja, sewa drum dari Tom Lee, tapi di Shao Qing saya tak tahu kemana harus sewa, ternyata ada juga yang menyewakan drum di Shao Qing ini. Maka legalah hati saya bisa menyelesaikan tugas dari Jakarta ini.

Mendadak Xu Rui Hoa mencari saya: “Qing Mao, celaka gue nih, keyboardnya mendadak rusak, tidak ada suaranya!”

“Kapan elu penghabisan main keyboard itu?”

“Terakhir waktu mau berangkat dari Indonesia, apa ada yang bisa reparasi keyboard di sini?”

“Kaga tahu ya, gue juga baru pertama kali datang ke sini.”

“Wah kalau keyboardnya enggak bunyi, habislah acara kita dari Jakarta ini, semuanya jadi batal, mana bisa nyanyi tanpa musik, masak cuma diiringi oleh drum dan gitar bass doang?”

“Entar gue lihat dan periksa dulu, kenapa mendadak kaga bunyi.:”


Saya segera pergi ke kamarnya dan coba lihat2 dulu apa mungkin saya mampu memperbaiki, kalau sampai gagal baru minta bantuan Hotel untuk cari tukang reparasi keyboard, sebab saya lihat di panggung pertunjukan tadi, ada 3 keyboard yang canggih, termasuk Music Work Station yang menjadi kebanggaan saya juga ada di panggung. Pasti di Shao Qing ada tukang reparasi keyboard.

Setelah coba sana coba sini dan periksa dengan teliti, akhirnya ketemu juga penyakitnya. Ternyata ada sesuatu yang menyumbat lobang untuk pasang headphone nya. Lalu saya minta pegawai hotel bawa tang kecil, kemudian saya cabut barang yang menyumbat dalam lobang itu, baru ketahuan, ternyata ketika mereka latihan di Jakarta, terburu2 mencabut headphonenya, ujung jacknya putus dan ketinggalan dalam keyboard, maka keyboard itu tidak bunyi suaranya. Sebab kalau kita pakai headphone, suara keyboard pindah via headphone, loudspeakernya tidak ada suaranya, ini sering saya lakukan kalau latihan pada malam hari di rumah, supaya tidak mengganggu tetangga kiri dan kanan.

Xu Rui Hoa  luar biasa girangnya begitupun dua adiknya Wang Hoa dan Kuang Hua.  Ya untung bukan rusak onderdil dalamnya, kalau dalamnya rusak sayapun tak bisa betulin.

Kami semua bermalam di Hotel Bintang 5, yang paling besar dan paling mewah di Shao Qing, makan di situ dan bikin pertunjukan kesenian juga di situ, acara keseniannya adalah kombinasi antara Jakarta dan Hongkong, dari RRT tak ada acara apa2. Sukses yang saya capai dalam mengiringi paduan suara 100 orang itu saya kembangkan di Shao Qing, dengan mendemonstrasikan lagu Zu Guo Song dengan One Man Orchestra (OMO). Selesai pertunjukan ketika saya tanya kepada banyak pendengar, mereka tidak percaya itu musik yang dibikin oleh satu orang (One man), mereka bilang itu rekaman dari CD yang dibikin oleh Orkes Simfoni Peking. Ya tidak apa deh, sebab mereka masih buta dalam pengetahuan musik modern yang sudah berkembang pesat di seluruh dunia, pegawai Tom Lee sendiri bilang, untuk mencari guru yang mengajar OMO ini harus pergi ke Jepang dan USA, kini tak usah jauh2, belajar kepada Thio Keng Bouw saja, murid saya Alex Fung sudah sanggup membikin iringan musik seperti saya itu. Diapun sanggup menjadi gurunya asal kuat saja bayar uang lesnya 1000 HKD per jam.

Paduan suara dari Ba Zhong Jakarta dibawah pimpinan Yu Qun Zhen membawakan lagu yang baru saya ciptakan, yaitu ‘Nostalgia Alumni” atau 校友情.

Di Shao Qing ini diadakan dua kali pesta makan, yang kedua diadakan di Hotel bintang 4 yang dibuka oleh salah seorang pengurus Alumni Ba Zhong Hongkong, dari angkatan 68.  Ketika diputar lagu2 dari kaset yang saya jual pada tahun 1995 di Hongkong, lantas ada 5 orang dari anggota Ba Zhong yang bermukim di Tiongkok daratan yang tidak datang ke Hongkong pada ultah ke 50 Ba Zhong , tanya kepada saya: “Qing Mao, di mana bisa beli kaset musik ini? Untung ketika itu saya ada bawa lebih kasetnya meskipun tidak banyak, akhirnya mereka borong semuanya  dan merasa lagu2 yang saya bikin dengan kaset itu bagus sekali, belum pernah mereka mendengar kaset Indonesia yang begitu bagus. Apalagi dalam kaset musik saya  itu ada 2 lagu Ba Zhong Xiao Ge dan Ba Zhong Xue Sheng yang biasanya mereka dengar melalui permainan piano tunggal atau paduan suara yang diiringi oleh piano atau keyboard sederhana. Mereka tidak tahu bahwa pegawai konsulat Indonesia Hongkong yang mengerti musik pernah bilang, kalau saya pulang ke Indonesia, saya akan menjadi pemain One Man Orchestra yang Top Ten di sana. Artinya salah satu dari 10 pemain terbaik seluruh Indonesia.

Tidak sia2lah jerih payah saya selama menekuni dunia musik selama puluhan tahun ini. Guru saya Sudharnoto pasti senang hatinya melihat muridnya yang lebih hebat daripada gurunya.



(7) Xu Rui Hoa And Brothers Music Band
main di Hongkong


Xu Rui Hoa And Brothers Music Band membawa suasana Re-unie Angkatan 57 di Shao Qing tambah meriah, dua kali mementaskan acaranya, pertama pertunjukan kesenian resmi di hotel Bintang 5, kedua malam gembira santai di hotel Bintang 4 milik Liao Zhi Jian dari angkatan 68 Ba Zhong.

Dari Jakarta mereka membawa seorang pemain keyboard, seorang pemain gitar bass, dan seorang pemain drum, kemudian Xu Rui Hoa, Xu Wang Hoa dan Xu Kuang Hoa bergantian menjadi biduannya, mereka bertiga masing2 memiliki jenis suara yang berbeda dan spesifik, yang paling merdu adalah suara Xu Kuang Hoa, yang paling bungsu.

“QingMao , kita bawa music band dari Jakarta pakai ongkos besar, kalau cuma main di Shao Qing sayang sekali, bisa nggak usahakan main di Hong Kong dalam perjalanan kami pulang ke Indonesia?”  Xu Rui Hoa minta pendapat saya.

Saya sanggupi permintaan dia ini, sebab Hongkong juga memerlukan acara kesenian semacam ini, sekalian menjadi jembatan untuk mempersatukan keretakan dalam Ba Zhong Xiao You Hui. Tetapi pertunjukan ini membutuhkan biaya untuk sewa tempat, membutuhkan anggota Bazhong yang datang menonton, membutuhkan panitia yang mengurus segalanya ini, bagaimana dipecahkan dalam waktu 4 hari saja?

Ternyata pengalaman selama puluhan tahun mengorganisasi pertunjukan kesenian di Indonesia, RRT dan Hongkong tidak sia2. Sebentar saja saya sudah mencari akalnya, membentuk panitia penyelenggara via interlokal dari Shao Qing.

Segera saya interlokal kepada Li Yung Zhang, Ketua Umum Ba Zhong Hongkong  yang paling kaya, menjelaskan tujuan Xu Rui Hoa ini yang kira2 membutuhkan biaya minimal 8000 HKD. Li Yung Zhang segera menyanggupi akan mengeluarkan uang 8000 HKD untuk sewa tempat dan sewa sound system serta drum. Masalah tempat, saya interlokal Zhong Ren Hu untuk pergi ke Aula China Bank di Central, untuk sewa tempatnya.

Setelah masalah biaya dan tempat sudah selesai, saya interlokal Li Lung Fang untuk membentuk panitia penyelenggara, untuk merealisasi pertunjukan ini, serta minta agar dia kontak Willy Fung, Eveline Tjiauw, dan Raymond Chou untuk ikut meramaikan pertunjukan Xu & Bros ini. Mencetak undangan dan menyebarkannya dengan secepat mungkin.

Li Lung Fang juga sudah berpengalaman dalam pekerjaan semacam ini, maka tenanglah saya dan permintaan Xu Rui Hoa sudah terpenuhi.

Pada hari yang ditentukan, mengambil tempat di aula Bank Of China yang besar, bisa untuk dansa 200 orang, berkumpullah anggota Ba Zhong yg tergabung dalam berbagai club dansa Ballroom dan Latin, juga para biduan dari luar Ba Zhong yang diundang itu. Ini adalah acara yang paling meriah dan diselenggarakan dalam waktu 4 hari saja, bentuk panitia via interlokal, dan memang dibantu oleh orang2 yang berpengalaman seperti Li Lung Fang, Zhong Ren Hu, Liao Da Liang, Yang Jing Lian, Zhu Ye Hoa dan lain2.

Acara Singing and Dancing ini makan waktu 4 jam lamanya, dari pukul 6 sore  sampai pukul 10 malam. Dansa diiringi oleh band Xu Rui Hoa, dengan penyanyi2nya Xu Rui Hoa,  Xu Wang Hoa, Xu Kuang Hoa, juga diiringi oleh One Man Orchestra saya sendiri,  kemudian Willy Fung tetap diiringi oleh anaknya Alex Fung, sedangkan Eveline Tjiauw, Raymond Chou dan Irawaty (Yu Qun Zhen) diiringi oleh keyboard saya.

Semua merasa puas, saya ikut menyumbang 4000 HKD untuk beli minuman dan makanan kecil, waktu itu cari duitnya agak gampang, maka sumbangan 4000 HKD ini tak berarti banyak buat saya, pokoknya kita semua bisa sama2 happy.

Tapi tetap tidak berhasil mengurangi keretakan dalam tubuh Ba Zhong, karena Yu Wen Zhong dan sobat2 kentelnya yang masih kuat semangat faksinya mogok tidak mau datang, alasannya dalam surat undangan cuma disebut nama Li Yung Zhang, tidak menulis nama dia.

Saya cuma bisa meng-geleng2kan kepala saja, memang sukar sekali membersihkan racun BERONTAK ADALAH ADIL dari Fikiran Mao Tjetung. Li Yung Zhang kan menyumbang 8000 HKD, maka disebut namanya, saya yang menyumbang 4000 HKD sama sekali tak disebut namanya, kok kagak ribut2 mogok main.



(8) Anak, menantu dan cucunya
Dr Lie Tjwan Sien datang


Dengan tidak di-sangka2 anak, menantu dan cucunya Dr Lie Tjwan Sien datang ke Hongkong. Dr Lie Tjwan Sien dan isterinya Go Tjoe Nio yang lebih dikenal dengan nama Nyonya Dokter Lie Tjwan Sien sudah 3 kali ke Hongkong dan selalu minta saya yang jadi travel guidenya. Yang terakhir datang bersama puteri bungsunya dan mampir di apartemen saya di Ma On Shan dan memuji lingkungannya bagus sekali dikelilingi bukit2 yang rimbun pepohonannya, dan menghadap ke laut Tolo,  di depan apartmen banyak pohon2 dan kebun bunganya.

Lie Giok Tjing, Durmin dan Liming adalah teman sekampung ketika di STM Tjiangsi. Giok Tjing adalah pemain akordeon dalam band musik saya di RRT, dan Durmin adalah penyanyi tenor yang lumayan suaranya, dan Li Ming adalah anak yang paling muda usianya di kampung Indonesia, saya khusus bikin lagu 《Aku Supir Mobil》 untuk Li Ming, yang waktu kecil ditanya apa cita2nya, dia mau jadi supir mobil katanya. Lagunya enak dan sangat disukai oleh kanak2 yang saya ajari menyanyi dan bahasa Indonesia di STM. Tidak kalah dengan lagu ciptaan Pak Kasur dan Ibu Sud , Raja dan Ratu lagu kanak2 Indonesia. Sobron Aidit dan isterinya zus Wati sering memberikan sajaknya untuk saya bubuhi melodi, mereka bilang, Bouw lagu kamu tidak kalah merdunya ketimbang lagu Pak Kasur dan Ibu Sud. Sayang kamu tidak hidup di tengah2 masyarakat Indonesia, kau adalah penerus dari Pak Kasur dan Ibu Sud Indonesia.

Tapi lagu kanak2 yang saya bikin pada 1973-1977 tak lebih dari 10 lagu saja, karena saya kemudian pindah ke Hongkong dan tidak pernah bikin lagu kanak2  seperti itu lagi. Namun kini pada tahun 2015, saya sudah sanggup bikin lagu kanak2 yang merdu dalam waktu 5 menit saja, rekor tercepat dalam membikin lagu yang saya ketahui selama ini.




【第二十一集結束】

【請續看下一集】







ymchen

文章數 : 667
注冊日期 : 2012-11-08

回頂端 向下

回頂端


 
這個論壇的權限:
無法 在這個版面回復文章