公用欄目


Join the forum, it's quick and easy

公用欄目

TKB:SD di HK(23)【代貼】

向下

TKB:SD di HK(23)【代貼】 Empty TKB:SD di HK(23)【代貼】

發表  ymchen 03.04.15 20:51


【代貼】

SUKA DUKA DI HONGKONG-Revisi
(在香港的苦與樂-修訂版)






Bagian ke tiga (1998 -2007)


SUKA DUKA DI HONGKONG. (1999)-Revisi

(Seri ke-23)

Penulis : Thio Keng Bou (張慶茂)
(Mar. 2015)



(1) Dr Gan Heng Ngo
ketua Old Man Club Hongkong


Pertama kali bertemu muka dengan Dr Gan Heng Ngo adalah pada tahun 80-an, ketika mengantar Dr Lie Tjwan Sien dan isteri ke rumah Dr Gan di Aberdeen, sebelah selatan pulau Hongkong. Ketemu2 lagi pada pertemuan di Ba Zhong ketika ada laporan mengenai situasi Indonesia setelah peristiwa terror rasialis 1998.  Dr Gan masih ingat saya yang mengantar Dr Lie Tjwan Sien ke rumahnya. Dia memberi nomer tilpon dan sayapun demikian.

Pada suatu hari Dr Gan tilpon saya :

“Keng Bouw, apakah ada minat untuk kumpul2 bersama teman2 saya, untuk saling tukar informasi mengenai situasi Indonesia dan saling tukar pendapat?”

Saya menyanggupi, dan merasakan kebaikan untuk kumpul2 bicara soal politik dan saling tukar info dan pendapat mengenai Indonesia.  Teror rasialis 1998 memang sangat mengejutkan teman2 di Hongkong, dan banyak yang merasa perlu berkumpul untuk berdiskusi.

Pertemuan pertama diadakan di rumah Dr Gan sendiri, di situ saya mendapat banyak sahabat baru, seperti Thung Kin Nyan anak Jakarta, Seet Hong Hoa asal Jambi, Kho Thiam Goan dan Tan Jong Hian asal Semarang, Chai Bing Fu asal Bandung, Yang Ping asal Pasuruan, Willem Oey cucu Oey Tiong Ham asal Semarang, dan lain2 yang sudah agak lupa namanya karena jarang datang lagi.  Setiap kali kumpul2 di rumah Dr Gan selalu ada hidangannya, soto ayam, kroket, risoles, lemper dan minuman kopi atau teh panas. .

Belakangan pertemuan diganti di Warung Nasi Indonesia di Causeway Bay, kadang2 di Mac Donald, atau Kentucky Fried Chicken, Sambil ngobrol, sambil minum kopi atau teh, makan nasi soto, masing2 bayar sendiri. Ini lebih baik, kalau tidak, sangat merepotkan Dr Gan sebagai ketua Old Man Club ini. Pengetahuan saya tentang situasi Indonesia menjadi lebih luas, karena banyaknya teman yang berdiskusi disitu seminggu sekali. Biasanya diadakan pada hari Sabtu siang.



(2) Ibu Sri, ibu Ida, pak Bambang
dari KJRI Hongkong


Ibu Sri adalah petugas Bakin di KJRI Hongkong, saya diperkenalkan oleh Yang Ping, sekretaris HKSIS (Hongkong Society For Indonesian Studies), setiap Dr Gan mengundang pertemuan Old Man Club hari Sabtu siang, Ibu Sri selalu diundang, termasuk yang agak sering hadir, mungkin juga memang tugas dia sebagai orang Bakin, untuk menyelidiki apa saja yang dibicarakan oleh Hoakiao asal Indonesia di Hongkong , kamipun tidak merasa takut akan kehadirannya, sebab dalam setiap pertemuan kami bicara dengan leluasa tanpa tedeng aling2, berani mengkritik Parpol di Indonesia, berani mengkritik Gus Dur, Megawati, ABRI apalagi Suharto dan Golkarnya. Yang bicara tidak berdosa, yang mendengar patut waspada. Inilah motto Old Man Club dalam menyatakan pendapat mengenai situasi Indonesia.

Saya pernah dimintai pendapat mengenai jatuhnya Gus Dur, naiknya Megawati dan tambah kuatnya Golkar. Saya beri laporan tertulis panjang lebar, menyampaikan secara lisan 1 jam lamanya, semua yang hadir ada l.k 20 orang termasuk ibu Sri, dan setiap orang saya beri fotokopi pidato saya itu.  Kemudian Yo Seng Kim memberikan laporan mengenai peranan ABRI dalam dunia perpolitikan Indonesia.

Kadang2 Old Man Club mengadakan malam ramatamah di  Mirador Mansion, ada acara nyanyi dan tari2an Jawa, yang disumbangkan oleh TKW asal Jawa Timur. Sayapun ikut memberi sumbangan acara kesenian, dan teman2 saya yang suka nyanyipun saya undang untuk memberikan atraksinya.   Lagu I Love Hongkong yang saya ciptakan juga saya perdengarkan pertama kali di dalam Malam Ramah Tamah Old Man Club ini.

Setelah Ibu Sri selesai tugasnya di KJRI Hong Kong, Old Man Club mengadakan jamuan perpisahan di restoran Tuen Mun dekat rumah Dr Gan. Dan kami berjanji kalau ke Jakarta akan mencari dia lagi kelak.

Kemudian saya berkenalan dengan Ibu Ida asal Jogjakarta dan suaminya Pak Bambang asal Kebumen. Ibu Ida bekerja di KJRI Hongkong bagian kebudayaan, suaminya pak Bambang jaga rumah.

Dua2nya adalah diplomat yang ditugaskan oleh Departemen Luarnegeri NKRI, kadang2 Ibu Ida yang bekerja di kantor, pak Bambang bekerja di rumah, atau Pak Bambang yang bekerja di kantor, ibu Ida yang bekerja di rumah, sebab ada peraturan dari deparlu bahwa suami isteri tidak boleh dua2nya bekerja dalam satu instansi luar negeri, salah satu mesti jadi ibu rumahtangga, atau bapak rumahtangga.

Ibu Ida memiliki suara sopran yang bagus, katanya pernah belajar seni suara kepada Pranadjaja, juara bintang radio jenis seriosa seluruh Indonesia. Pak Bambang bisa main gitar, pernah belajar piano lagu2 pop kepada saya.



(3) Teman sekolah Ba Zhong
Leo Suryadinata(廖建裕) datang


Saya kenal Leo Suryadinata (Liauw Kian Djoe) ketika masih sama2 bersekolah di SD Sin Hoa, saya duduk sekelas dengan kokonya yang paling gede, Liauw Kian Bie namanya, kokonya yang nomer 2  Liauw Kian Seng sekelas dengan Leo, kelas 6 SD Sin Hoa. Di rumah, Leo adalah anak yang paling rajin belajar dan paling pintar sekolahnya. Ayahnya Liauw Ke Tjiang adalah pengusaha bahan bangunan rumah di Tanah Abang. Sedangkan rumah tinggalnya di jalan Balikpapan no. 20.. kenapa saya masih ingat betul alamat rumahnya? Karena disamping Ang Heng Kok, Oey Kim Ho, mereka tiga bersaudara adalah termasuk sahabat karib saya ketika itu, dan sayapun sering main di rumah Ang Heng Kok dan Liauw Kian Djoe yang ada pianonya. Meskipun tidak pernah belajar kepada guru piano manapun di Jakarta, tetapi saya senang main sendiri plentang plentung di dua rumah itu.

Liauw Kian Djoe termasuk yang kuat pengetahuan Bahasa Tionghoa dan bahasa Indonesianya, sering menterjemahkan cerita Indonesia ke dalam bahasa Tionghoa, dan dimuat di surat kabar Tionghoa Jakarta. Dia lulus di Ba Zhong pada tahun 1958, kemudian melanjutkan studinya ke Singapura, sedangkan saya lulus SMA Negeri pada tahun 1958 juga, kemudian ke Bandung. Liauw Kian Seng ke Australia. Liauw Kian Bie cuma sampai SMP saja, kemudian berhenti sekolah, membantu perusahaan bangunan ayahnya.

Ang Heng Kok pada tahun 1954 pergi ke Shanghai RRT, setelah lulus universitas terus jadi guru sekolah di Shanghai. Jadi belakangan yang sering saya kunjungi adalah rumah tiga bersaudara Liauw ini. Setelah saya ke Bandung, dan Kian Djoe serta Kian Seng juga sekolah ke luar negeri, kami sudah jarang ketemu lagi, tapi sedikitnya ada dua sampai tiga kali waktu liburan saya datang ke Balikpapan no, 20, terutama setelah mereka berdua lulus Universitas. Liauw Kian Djoe bekerja sebagai guru bahasa Inggeris di Ba Zhong.

Pada suatu hari, saya diberitahu oleh Setu Ta Sen, bahwa Liauw Kian Djoe dari angkatan 58 Ba Zhong datang dari Singapura ke Hong Kong, akan memberi ceramah tentang masalah Hoa Kiao di Indonesia.

Dalam ceramah itu, Liauw Kian Djoe kenalin saya, “Keng Bouw, kamu ada di Hong Kong!”.  Memang dia tidak tahu saya ke RRT dan kemudian pindah ke Hong Kong, maka tiba2 ketemu di gedung ceramah itu dia heran juga, kenapa WN Indonesia ini ada di Hongkong, kan dulu sekolah di UNPAR Bandung. Ya,  yang seperti saya, bekas pemegang paspor Indonesia kini bermukim di Hongkong memang dapat dihitung dengan jari, yang saya ketahui tidak lebih dari 4 orang saja. Yang ratusan ribu lainnya memang sejak di Indonesia sudah menjadi WN RRT, kemudian ber-bondong2 sekolah ke RRT, kemudian ber-bondong2 pula hijrah ke Hongkong.

Ceramah soal Hoa Kiao di Indonesia ini memang menarik sekali, karena baru saja terjadi peristiwa teror rasialis 1998, banyak yang datang mendengar, baik yang dulu sekolah di Ba Zhong, maupun dari sekolah2 lainnya.

Liauw Kian Djoe menjelaskan, istilah Hoakiao sudah tidak tepat lagi, sebab Hoakiao itu adalah warganegara Tiongkok yang bermukim di luar Tiongkok, sedangkan Hoakiao di Indonesia sebagian besar sudah naturalisasi menjadi warganegara Indonesia, maka lebih tepat disebut etnis Tionghoa di Indonesia.

Setelah Suharto turun dari panggung kekuasaan, perkumpulan dari etnis Tionghoa bermunculan di mana2, bahasa Tionghoa dipelajari lagi secara terang2an, tidak sembunyi2 lagi seperti dulu. Ini adalah kemajuan zaman yang tak dapat dibendung. Tapi perjuangan etnis Tionghoa di Indonesia masih panjang, untuk persamaan hak dan kewajiban.

Saya masih teringat kepada Baperki dimana saya menjadi anggotanya, yang juga berjuang demi persamaan hak dan kewajiban, melawan ras diskriminasi. Tetapi perjuangannya gagal dan Baperki dibubarkan oleh penguasa orba. Saya yakin Baperki dalam baju baru dengan nama baru pasti akan lahir lagi di Indonesia.  Yang saya kenal saja ada dua perkumpulan, yang satu adalah Paguyuban dan satu lagi Inti.Banyak teman2 lama saya yang dulunya anggota PPI, kini masuk di dua perkumpulan itu dan ada yang menjadi anggota pengurusnya.



(4) Tan Swie Ling mantan Sekjen PPI Pusat datang


Tan Swie Ling mula2 menjadi ketua PPI Cabang Pekalongan, pada tahun 1964 terpilih sebagai sekretaris I PPI Pusat. Dia telah mengalami penderitaan yang luar biasa dalam tahanan orba selama 13 tahun, kesalahannya cuma satu, menyelamatkan Sudisman, sekjen CC PKI yang sedang di-kejar2 oleh orba.

Kabar dia datang saya terima dari HKSIS, bahwa Tan Swie Ling diundang untuk memberi ceramah di Universitas Ji Nan di Guang Zhou, dari Guangzhou akan mampir di Hongkong, kemudian pulang ke Indonesia lagi.

Saya segera menyusul dia ke Guang Zhou, bertemu dengan dia di Ji Nan, dia menginap di Hotel, dan saya sendiri punya flat apartemen di Guangzhou, jadi tak usah nginap di Hotel. Selesai ceramah di Guangzhou saya mengantar dia ke Hongkong, naik kereta api ke Sen Zhen, kemudian dari Lowu pergi ke Hongkong.

Selama dalam perjalanan, saya banyak tukar pikiran dengan dia mengenai soal PPI, soal Baperki dan soal PKI. Banyak persamaan pendapat tapi tak sedikit ada perbedaan pendapat. Tak apa, ini wajar2 saja, pengalaman berbeda. Lingkungan masyarakat berbeda, maka wajarlah bisa timbul perbedaan pendapat, terutama dalam menyimpulkan sejarah PKI.

Di Hongkong, saya mengundang Rastono dari Macau, Chan Chung Tak dari Hongkong untuk makan malam di restoran Solo dekat pelabuhan Hongkong-Macau, sambil makan malam sambil ber-bincang2 dengan Tan Swie Ling. Dia banyak menceritakan siksaan biadab dari militer di rumah tahanan, serta makanan se-hari2 yang sangat jelek dari penjara. Dia tidak pernah dibawa ke pengadilan negeri sebagai terdakwa, cuma dibawa ke pengadilan sebagai saksi. Namun dia terkenal sangat teguh menghadapi siksaan biadab orba, pantang menyerah dan tidak pernah mengkhianati kawan sendiri. Ini adalah sifat yang sangat saya hormati kepadanya, sangat berbeda dengan Tjoa Heng Kie, yang sudah mampus 5 tahun yang lampau.

Belakangan, setiap saya jalan2 ke Jakarta, saya selalu mencari Tan Swie Ling, ampir ke rumahnya di Ciputat, ternyata isterinya adalah lulusan sekolah Ba Zhong juga seperti saya. Di Indonesia dia menerbitkan majalah SINERGI, dua kali saya memberi sumbangan, donasi kepadanya, tidak banyak tapi sebagai tanda dukungan saya terhadap usaha yang sedang dia kerjakan demi perjuangan bangsa Indonesia.



(5) Alumni Tasikmalaya, Ciamis dan Banjar


Ada kira2 200 anggota Perkumpulan Alumni Bandung yang berasal dari Tasikmalaya, Tjiamis dan Bandjar.  Mereka ternyata mendirikan juga perkumpulan tersendiri, ketuanya adalah Lau Pak Lung, dan anggotanya banyak yang pernah membantu concert saya pada tahun 1994, 1996 dan 1998. perkumpulan Tamewang (Tamisban) ini setiap tahun mengadakan malam re-unie tersendiri, disamping mereka semuanya ikut malam re-unie dari perkumpulan alumni Bandung. Maka setiap ada malam re-unie sayapun selalu diundang sebagai tamu kehormatan, kadang2 saya ikut memberi sumbangan acara, atau membantu mereka merekam lagu2 yang mereka mau nyanyikan atau tarikan dalam malam re-unie itu. Mereka sangat suka kepada lagu Xiao You Qing yang saya ciptakan, dan khusus minta diajarkan lagu itu termasuk membikin rekaman iringan musiknya buat latihan.



(6) Jatuh terpelanting
dan patah pergelangan tangannya


Pada tahun 1987, tiba2 pintu kamar saya di Tsim Sha Tsui diketuk,  saya buka pintu, berdiri seorang laki2 muda bawa tas kantoran, dia memperkenalkan diri sebagai agen asuransi AIA, dia datang ke tempat saya atas perkenalan dari salah seorang murid saya yang telah membeli asuransi kepadanya. Katanya seorang guru piano seperti saya perlu membeli asuransi, jaga2 kalau ada kecelakaan, sehingga tidak bisa mengajar piano, ongkos rumahsakit akan diganti oleh perusahaan asuransi, juga ongkos penghidupan se-hari2. Dia banyak cerita tentang keuntungan beli asuransi. Akhirnya saya beli juga asuransi kecelakaan tak terduga..

Pada suatu hari punggung saya kesakitan, entah kenapa, saya panggil dia,. Namanya Emil Ma,  dan dia antar saya ke dokter AIA, setelah diperiksa, ternyata di punggung saya ada tulang tumbuh.  Dia bilang ini bukan disebabkan oleh kecelakaan, maka tidak mendapat ganti rugi dari perusahaan, semua ongkos berobat saya harus tanggung sendiri.

Awal September 1999, sudah lupa tanggal berapa, saya jatuh terpelanting dari bis, ketika mau turun bis dekat rumah saya,  ketika itu badan saya masih agak gemuk tangan kiri saya tergencet badan yang gemuk,”pletak”kedengaran suara berbunyi,, sakitnya bukan buatan, lalu saya tilpon Emil Ma, dia mengajak saya ke dokter bagian tulang di Jordan Road, setelah dirontgen (X-Ray), ternyata pergelangan tangan saya retak, harus dibedah di rumah sakit dan disambung. Menurut Emil Ma, ini termasuk kecelakaan yang tak terduga, maka perusahaan asuransi akan mengganti semua  kerugian yang saya derita.

Saya dimasukkan ke rumah sakit Baptis, oleh dokter itu saya dibius seluruh badan, bangun2 sudah berada di kamar, dan pergelangan tangan saya sudah dibalut dan digips.

Setelah paku yang menyambung tulang yang retak dicabut, sebulan kemudian saya mesti pergi ke rumah sakit, untuk melakukan terapi phisik, jari tangan kiri saya tidak bisa dikepal dan tidak bisa main piano lagi, lima jarinya kaku dan keras, setiap bulan saya membawa laporan dari dokter, diberikan kepada Emil Ma, rata2 tiap bulan saya menerima ganti rugi sekitar 9000 HKD, untuk ongkos penghidupan se-hari2, karena saya tidak bisa mengajar piano lagi, jadi asuransi harus memberikan saya uang untuk ongkos penghidupan se-hari2. Selama setahun penuh saya tak bisa menggerakkan jari2 tangan kiri, selama itu setiap bulan diganti. Setelah saya hitung2, perusahaan asuransi itu total jenderal sudah mengeluarkan hampir 200 ribu HKD, untuk ongkos dokter, ongkos bedah dan rumah sakit, serta ongkos penghidupan saya se-hari2.

Tapi setelah itu, mereka tidak mau menjual asuransi kepada saya lagi, sudah kapok, takut saya jatuh lagi dan mereka harus ganti.



【第二十三集結束】

【請續看下一集】







ymchen

文章數 : 667
注冊日期 : 2012-11-08

回頂端 向下

回頂端


 
這個論壇的權限:
無法 在這個版面回復文章