公用欄目


Join the forum, it's quick and easy

公用欄目

TKB:SD di HK(24)【代貼】

向下

TKB:SD di HK(24)【代貼】 Empty TKB:SD di HK(24)【代貼】

發表  ymchen 08.04.15 22:17


【代貼】

SUKA DUKA DI HONGKONG-Revisi
(在香港的苦與樂-修訂版)






Bagian ke tiga (1998 -2007)


SUKA DUKA DI HONGKONG. (2000)-Revisi

(Seri ke-24)

Penulis : Thio Keng Bou (張慶茂)
(Mar. 2015)



(1) Wu Lian Jin Guru Kelas 3 SD Sin Hoa


Wu Lian Jin, guru bahasa Tionghoa ketika saya bersekolah di Sin Hoa, akhirnya datang ke Hongkong. Tenyata beliau memiliki 4 orang puteri kandungnya yang
kini bermukim di Hongkong, yang dulunya ber-bondong2 sekolah di RRT, akhirnya kagak betah dengan iklim politik di RRT, semuanya membawa suami dan anak2nya pindah ke Hongkong.

Wu Lian Jin tinggal bergantian di rumah empat puterinya, sayapun pergi menyambangi beliau, ngobrol panjang lebar pengalaman masing2 setelah 1948 berpisah. Sungguh cepat sang waktu berlalu, tahu2 sudah 52 tahun tidak berjumpa, namun masing2 masih ingat kejadian2 tempo doeloe. Terutama cerita anak nakal yang jadi juara bolos sekolah di Sin Hoa itu.

Wu Lian Jin kini membikin arak gosok yang manjur, saya diberi satu botol untuk mencobanya, untuk luka kepukul, kebentur , terbakar, kesundut rokok, semuanya manjur. Kemudian dia memberikan resepnya, semua dari ramuan obat2an yang dapat dibeli di toko obat Tionghoa, kemudian direndam dalam sebuah botol dengan arak putih, tambah lama tambah baik katanya.  Saya sendiri juga punya arak gosok buatan Papa, yang juga laku di jual di Indonesia, ada bedanya arak Wu Lian Jin dengan arak buatan Papa, yang satu panas kulit kita jika digosok, yang lain tidak ada rasa panasnya.

Wu Lian Jin berjanji akan mampir ke Tamansari, ketemu sama Papa saya dan ngobrol2. Karena diapun kenal baik dengan Qing Hu yang juga pernah sekolah di Sin Hoa. Yang pernah sekolah di Sin Hoa, selain saya, adalah Keng Son (Cuma setahun, kemudian pindah ke Sekolah Belanda), saya sendiri 6 tahun lamanya, Qinghu 10 tahun (dari taman kanak2 sampai SMP, Keng Hok cuma 5 tahun, dan Keng Hin sampai SMP juga. Sebab rumah kami dekat dengan sekolah Sin Hoa, jalan kaki 20 menit sudah sampai.



(2) Liu Ping Guru kelas 5 SD Sin Hoa


Melalui Wu Lian Jin, saya mendapat alamat Liu Ping, juga guru Sin Hoa yang pernah mengajar bahasa Indonesia di kelas 5.  Liu Ping juga pernah ke RRT, kemudian pindah ke Hongkong. Saya masih ingat betul kepada beliau, karena pertama kali jalan2 ke Puncak dan Sindanglaya, adalah Liu Ping yang mengajak murid2 kelas 5, naik truk ke situ.

Ketika itu ada kenang2an yang tak terlupakan seumur hidup, sebetulnya saya sudah diperintahkan agar membatalkan rencana jalan2 ke Sindanglaya itu, tapi merasa sayang sudah membayar 10 Rupiah ongkos piknik, yang pasti tidak akan dikembalikan.

Saya masih ingat betul, pagi2 saya pergi ke rumah Oey Kim Ho yang juga akan pergi piknik itu, di rumah Kim Ho saya diajak sarapan pagi oleh ibunya, kemudian Kim Ho bilang pergi saja deh, Sindanglaya, Cibodas dan Puncak itu kan kamu belum pernah pergi, bagus pemandangannya dan kita ramai2 pergi satu bis, senang sekali deh. Akhirnya saya pergi ke gang Kelinci, tempat berkumpul para murid Sin Hoa kelas 5  yang mau piknik naik truk, karena waktu jaman itu, belum ada piknik yang naik bis seperti belakangan.
.
Sampai di Puncak saya menggigil kedinginan, karena belum ada persiapan, tidak bawa jacket, tapi masih bisa tahan juga, kemudian pergi ke Cibodas , wah bagus sekali taman Cibodas itu, lapangan rumput kehijauan yang luas, pohon2 yang rimbun daunnya, taman bunga yang warna warni dan indah sekali. Terakhir ke Sindanglaya untuk makan siang. Saya tidak punya uang sedikitpun, untung Oey Kim Ho bawa uang lebih, dia yang mentraktir saya makan siang di warung nasi di Pasar Sindanglaya, makan nasi campur dengan lahapnya, karena hawa dingin membikin orang lapar dan nafsu makan.
Pulangnya ketika baru saja lewat kota Bogor, truknya mendadak mogok, hari sudah gelap, dan ada yang cerita setan, jadi murid2 wanitanya pada menjerit ketakutan, murid2 laki2 ketawa2 semuanya, Liu Ping menegur para murid laki2 yang nakal itu. Tak lama lagi truknya sudah diperbaiki dan jalan lagi sampai ke Gang Kelinci untuk bubar dan pulang ke rumah masing2. sampai jam 9 malam baru sampai di Tamansari rumahku, habis2an diomeli oleh kedua orangtuaku,……….

Saya pergi ke flat apartemen Liu Ping di Kowloon, beliau sudah lupa sama sekali kepada saya, maklum sudah puluhan tahun berpisah, dan ketika itu saya tidak begitu menonjol, tapi ketika saya cerita tentang piknik ke Sindanglaya, beliau ternyata masih ingat juga terutama  cerita truknya yang mogok itu.

Saya traktir yamcha di restoran dekat rumahnya dan berjanji akan ketemu lagi.  Namun dasar sudah nasib, begitu saya mau jumpa dengan beliau, ditilpon, anaknya bilang Papa sudah jalan, memang ketika saya jumpa beliau sudah banyak penyakitnya, beliau meninggal dalam usia 81 tahun.



(3) Burhan dan Mayli datang dari Holland


Tahun 1966 saya berkenalan dengan Burhan dan Mayli di kota Nan King, sejak itu kami pernah bermukim di satu kompleks sampai tahun 1973. 7 tahun lamanya, cukup panjang kami berada dalam satu kompleks. Selama itu kami termasuk sahabat karib, sering kumpul2 sambil minum lemon tea dan ngobrol ngalor ngidul, lebih banyak persamaan pendapat ketimbang perbedaannya. Mayli termasuk interpreter film2 Tiongkok yang jempolan, sambil merajut baju wol, mulutnya tak pernah berhenti menterjemahkan dialog dalam film, sangat membantu teman2 yang tidak paham bahasa Tionghoa ketika itu.

Pada tahun 1979 saya pernah ketemu lagi dengan Burhan di airport Kaitak Hongkong, ketika itu saya sedang bekerja di travel biro Anta, sedang mau menjemput tamu2 dari Jakarta, kaget juga saya berjumpa dengan Burhan di situ yang katanya  mau jemput temannya dari Jakarta juga, hanya beberapa menit saja pertemuan yang tak di-sangka2 itu, tamu2 Anta Jakarta sudah tiba dan saya harus mengantar mereka ke Hotel, berpisahlah sebelum mengetahui alamat dan tilpon Burhan.

Dari Chan Chung Tak, adik laki2 dari Mayli saya mendengar berita mereka berdua mau jalan2 ke Hongkong dan Macau.  Senang sekali bisa jumpa dengan sahabat karib yang sudah berpisah 27 tahun lamanya.   Begitulah sejarah saya,  sering tiba2 ketemu dengan guru atau teman2 baik yang sudah puluhan tahun berpisah. Tentu lebih banyak yang tak pernah jumpa lagi, bahkan samasekali tidak ada beritanya di mana gerangan mereka itu kini berada.

Saya mengantar mereka berdua ke Macau, di sana ada sahabat lama yang dulu sama2 di STM Tjiangsi, yaitu Rastono dan Mey Gui serta anaknya Trisetio. Waktu Trisetio masih bayi, saya masih sering menggendong dia di rumahsakit no. 94 Nanchang, ketika itu saya juga sedang berobat karena menderita radang usus 12 jari. Kini Trisetio sudah berusia 30 tahun !

Di Macau bertemu pula dengan sahabat lama Burhan, jadi saya baru tahu bahwa ketika saya bertemu Burhan di Kaitak, juga pernah bertemu dengan Rastono dan Mey Gui di restoran Indonesia Causeway Bay, ternyata mereka semuanya tinggal sama2 di Macau. Tapi peratuan irasionil dari atasan mereka, melarang kami saling berhubungan, kini atasannya sudah pada pulang ke langit ke 7, tidak ada rintangan lagi untuk bertemu muka dan ber-bincang2 dengan sepuas hati..



(4) Agung anak Herini datang dari Holland


Agung adalah putra sulung dari keluarga Marso dan Herini di STM. Adiknya yang bernama Adi, selalu saya panggil si Cepot. Ketika itu mereka berdua masih kecil dan dua2nya adalah murid saya dalam sekolah Indonesia di STM.

Agung mendapat alamat saya dari Mayli yang sama2 tinggal di Amsterdam, dia mampir ke rumah saya di Ma On Shan, dan banyak cerita tentang keadaan kawan2 Indonesia di Holland. Ibunya sudah bercerai dengan bapaknya, entah kenapa dia tak mau cerita, sayapun tak mau banyak tanya rahasia pribadi orang. cuma dia bilang ibunya kini buka warung nasi makanan Indonesia di Amsterdam, tante Sumi juga sering membantu di warung nasi ibunya itu.

Yang saya tak duga2, si Agung ini percaya kepada ramalan toapekong Wong Tay Sin, entah dia dengar dari mana ada Toapekong Wong Tay Sin di Hongkong yang jitu ramalannya.

Maka saya ajak dia ke situ, untuk meramal apa yang ingin dia ketahui,. Bagaimana tanya saya, betul hebat Wong Tay Sin ini, kok dia tahu saja apa yang saya tanya, jawabannya jitu katanya. Lucu juga orang dari Holland bisa percaya kepada Wong Tay Sin. Saya bilang ketika saya hampir pulang dan menemui bencana ke Indonesia, justeru ramalan Wong Tay Sin memberi saya petunjuk agar jangan pulang ke Indonesia, ada bahaya maut di sana, maka selamatlah saya.

Begitulah, saya selalu mencari mantan guru saya yang sudah berpisah puluhan tahun, kini banyak murid2 saya juga mencari saya, saling menghormati antara murid dan guru, antara guru dan murid.



(5) Pesiar ke Thailand lagi


Rencana ke Indonesia ditunda lagi, kami putuskan jalan2 ke Thailand sekali lagi, di Thailand makanannya cocok, dan banyak rumah ibadah Budha yang kami kunjungi dan sembahyang di situ, kota2nya aman, pada malam hari jalan2 berdua juga tidak ada rasa takut dirampok.

Sebagai penganut agama Budha, memang Thailand adalah tempat yang paling cocok untuk kami jalan2 dan sembahyang di klenteng2 Budha yang banyak terdapat di Thailand. Kali ini kami pesiar seminggu lamanya, di Bangkok, Pataya dan Hua Hin.

Hua Hin terkenal dengan food streetnya, yang menjual macam2 makanan, minuman, buah2an dan souvenir khas Thailand yang terkenal. Pada umumnya makanan Thailand ini cocok dengan selera kami, selera orang Indonesia. Misalnya ber-macam2 kari, ada kari hijau, kari kuning dan kari merah yang pake macam2 daging, sapi, ayam, babi, kepiting dan udang.  Misalnya lagi Tom Yam Kung yang seperti sayur asam pedas pake udang basah dan bumbu khas yang harum, macam2 kuwe2 Thailand , macam2 gorengan ikan, ayam udang juhi .. Macam2 ikan bakar, ayam bakar, sate, dan lumpiah.  Macam2 cendol Thailand yang juga pakai santan kelapa.



(6) Thio Keng Bouw Student Piano Concert 2000


Biasanya saya mengadakan Student Piano Concert di Shatin Town Hall, sewanya agak mahal, tapi yang menjadi alasan kami tidak mengadakan di situ lagi, karena ruangannya terlalu besar, untuk 300 penonton, sedangkan sulit untuk mengumpulkan orang untuk menyaksikan piano solo dari para murid, yang datang paling2 cuma 50an orang tuanya, jadi ruangan kosong melompong, kurang baik buat para murid yang di pentas.

Cari punya cari ternyata ada tempat yang cocok dan bagus, yaitu di Tom Lee Music Theatre, yang bisa muat 54 penonton, ada Yamaha grand pianonya dan sound systemnya bagus, dan ruangannya juga special untuk concert yang ada peredam suara ditembok dan atas ruangan. Betul2 satu tempat yang ideal buat concert kecil2an.

Maka tahun 2000 ini untuk pertama kali saya sewa Music Theatre di Tom Lee, yang ternyata sewanya cuma sepersepuluh dari sewa ruangan concert di Shatin Town Hall, jadi lebih murah dan tempatnya lebih bagus. Betul2 ideal sekali. Mengapa begitu murah seweanya, karena saya adalah anggota dari Tom Lee piano teacher circle, jadi ada special price buat beli alat2 musik, buku2 musik dan sewa tempat untuk concert para murid. Tom Lee adalah toko peralatan musik yang terbesar di Asia Tenggara, para orang tua yang mengetahui saya adalah anggota dari Tom Lee juga merasa lebih percaya kepada kemampuan mengajar saya.

Alex Fung sedang berada di Boston, jadi murid yang paling tinggi adalah Kenny Fung adiknya yang sudah mencapai kelas 9 dari The Royal School Of Music London, setelah itu adalah Stephenie Leung, murid kelas 8.

Kenny Fung hanya sampai di kelas 9 saja, kemudian tidak mau latihan piano lagi sampai 15 tahun lamanya, dia menekuni ekonomi, berhasil lulus di Inggeris mendapat ijazah MBA, dan terus bekerja sebagai akuntan sampai detik ini.

Stephenie Leung memang suka sekali musik klasik, setelah lulus dengan distinction The Royal School Of Music London, dia melanjutkan studinya ke Inggeris, memperoleh Ijazah konservatorium di Inggeris, hidup sebagai guru piano yang profesional sampai hari ini.

Tahun 2000 ini saya mendapat dua orang murid lagi yang berbakat musik, yang seorang berhasil lulus kelas 8 pada 2009, dan adiknya berhasil lulus sampai kelas 10 pada 2012, dua2nya bermukim di lantai 15, satu gedung dengan saya di Ma On Shan,  namanya Ma Ka Hei dan Ma Ka Wing.



(7) Dancing & Singing Party di Aula Bank Of China.


Keistimewaan Singing and Dancing Party tahun 2000 ini adalah ikut sertanya band Filipina dengan 2 orang penyanyi, satu pemain keyboard dan seorang pemain gitar bass dan seorang  pemain saxophone. Pemain band Filipina ini semua adalah bekas tetangga saya di Lay Yin Mansion Tsim Sha Tsui, semuanya pemain professional yang sering memberikan pertunjukan di hotel2 atau night club di Hongkong.

Biasanya mereka minta honorarium 8000 HKD semalam, tapi karena semua adalah teman2 lama, akhirnya bersedia menerima 4000 HKD saja. Dengan catatan menggunakan keyboard saya, mereka tinggal datang main saja. Dan dapat makan malam yang enak di Aula Bank Of China di Central.

Saya menjual ticket 60HKD per orang, dapat makan snack dan minuman, ticket terjual habis 200 lembar, total pemasukan 12 ribu HKD, potong ongkos 9000 HKD, masih ada keuntungan 3000 HKD untuk dana saya membeli keyboard yad.

Yang memberikan acara nyanyi antara lain, Eveline Tjiauw, Willy Fung, Chan Chang Ha, Chan King Wai, Loury Fong, Ku Li Xia, dan pak Siregar dari KJRI serta dua penyanyi juara lomba nyanyi dangdut yang dibawa oleh Ibu Sri sebagai acara selingan, kemudian 2 penyanyi priya (merangkap pemain keyboard) dan wanita Filipina membawakan lagu2 Inggeris dan Amerika , semua penyanyi cukup berbobot dan sering naik pentas.

Cukup meriah selama 4 jam nonstop. Juga hadir 30 penonton dari KJRI yang dipimpin oleh Ibu Sri. Sampai ketua Chiao Chung, Gu Xian Hui mendengar banyak pegawai KJRI yang datang, meskipun sudah setengah main datang menengok siapa gerangan Thio KengBouw (padahal sama2 anak Ba Zhong, dia angkatan 53 saya angkatan 57) yang mampu mendatangkan begitu banyak orang dari KJRI yang saya minta bantuan Ibu Sri untuk menjual ticketnya. Ibu Sri juga kepingin menyaksikan kepandaian saya dalam bidang kesenian ini.

Seperti biasa, seminggu kemudian, mengambil tempat di aula Hoa Zhong, diadakan Qing Gong Yan, memberikan kesempatan para pembantu yang tidak naik pentas untuk nyanyi karaoke di situ, kemudian menikmati hidangan nasi rames serta kue2 dan minuman dingin.



(8)Arifin mantan anggota Delegasi Front Pemuda 1965


Arifin, anggota APPI berangkat bersama saya ke RRT pada 27 September 1965, kemudian kami selalu tinggal sama2 di RRT selama 5 tahun lamanya. Dia pergi ke Berlin Barat pada 1970 kemudian sering bertemu di mimbar internet, yang ramai sekali setelah Suharto terguling.

Sudah lama kepingin berjumpa dengan saya, ya, sudah 20 tahun tak jumpa muka, akhirnya dia datang ke Hongkong, dan saya ajak dia makan malam di Food Court Mongkok yang banyak ragam masakannya.  Sambil makan sambil ngobrol dengan uplek sekali, saya ajak juga Chan Chung Tak yang dia kenal selama 5 tahun di RRT.
Dan Yo Seng Kim interpreter yang mendampingi selama 2 tahun grup Front Pemuda Indonesia itu.

Arifin termasuk yang mujur bisa lolos dari lobang maut, sebab dia cerita pernah dilatih di Lubang Buaya bersama anggota Pemuda Rakyat menjelang G30S, karena tiba2 dia mendapat jatah pergi menghadiri perayaan hari nasional RRT 1965, maka ketika Lubang Buaya diserbu oleh TNI yang dipimpin oleh Suharto, dia sedang jalan2 di Tembok Besar bersama 15 anggota delegasi Front Pemuda Indonesia Pusat lainnya termasuk saya.



【第二十四集結束】

【請續看下一集】







ymchen

文章數 : 667
注冊日期 : 2012-11-08

回頂端 向下

回頂端


 
這個論壇的權限:
無法 在這個版面回復文章