公用欄目


Join the forum, it's quick and easy

公用欄目

TKB:SD di HK(28)【代貼】

向下

TKB:SD di HK(28)【代貼】 Empty TKB:SD di HK(28)【代貼】

發表  ymchen 28.04.15 23:44


【代貼】

SUKA DUKA DI HONGKONG-Revisi
(在香港的苦與樂-修訂版)






Bagian ke tiga (1998 -2007)


SUKA DUKA DI HONGKONG. (2004)-Revisi

(Seri ke-28)

Penulis : Thio Keng Bou (張慶茂)
(Apr. 2015)



(1) Ulang Tahun ke-50 Sekolah Sin Chung Bandung


Sekolah Sin Chung Bandung didirikan pada tahun 1954, ditutup oleh orde baru pada tahun 1966.  Tahun 2003 yang lalu atas prakarsa para mantan guru dan murid Sin Chung, telah diadakan Malam Re-unie yang sukses, saya sebagai mantan guru menyanyi, Bahasa Indonesia, Sejarah Indonesia dan Ilmu Bumi Indonesia, telah diundang untuk menghadiri Malam Re-unie tersebut.

Tahun ini persis ulang tahun ke 50 lahirnya Sekolah Sin Chung, oleh Persatuan Alumni Sin Chung Bandung telah diputuskan akan mengadakan Malam peringatan lahirnya Sin Chung ke-60, juga mengundang para guru yang berada di luar Indonesia, saya, Oen Lian Nie (Singapura), Chang Chi Yao (Hongkong), Tan Tun Kiat (Hongkong), Fan Cai Sen (Canada) juga menerima undangan tersebut. Juga kali ini Panitia Ultah ke 50 Lahirnya Sin Chung akan mengganti uang ticket plane yang para guru gunakan untuk ke Indonesia. Kemudian dapat hotel dan makan gratis selama 3 hari di Bandung.

Kesempatan yang baik ini tentu saja tidak saya sia siakan, saya pergi lagi dan mengajak isteriku untuk jalan2 lagi ke Indonesia. Sekalian mencari famili dan teman2 lama yang pada 2002 dan 2003 tidak keburu ketemu muka.

Malam Re-unie ini lebih meriah ketimbang tahun yang lalu, mengundang juga musik band dari Bandung, mengundang acara tari2an dari mantan penari PPI Bandung yang saya kenal, yaitu Tjoe Tjen Nam dan Oey Siong Bie. Disamping acara dari mantan guru dan murid2 Sin Chung sendiri.

Hanya ketika Malam re-unie berlangsung, saya sedang menderita sakit perut yang agak hebat, satu hari 7 kali buang2 air, jadi kali ini tidak ikut memberikan sumbangan acara apa2.  Untung ketemu dokter yang murah dan manjur, makan obatnya terus berhenti buang2 airnya dan sembuh penyakitnya. Ternyata obatnya gampang dibeli di Hongkong atau RRT, yaitu Hoang Lian Su, yang rasanya pahit seperti broto wali.

Selesai acara Sin Chung, saya menginap lagi di rumah Then Thoeng Khang, disana saya ketemu dengan Lie Liang Koen, mantan wakil ketua PPI Cabang Bandung, dan The Bun Cun, adik cintong dari The Djong Tjwan (wakil ketua PPI Pusat).  The Bun Cun cerita bahwa The Djong Tjwan pada tahun 1966 ditangkap, belakangan dikirim ke Pulau Buru, tahun 1977 atau 1978 dilepas, tak lama kemudian menderita sakit macam2 dan meninggal dalam usia muda 50 tahun.  The Djong Tjwan asal Semarang merupakan anggota pengurus PPI Pusat yang paling lama, sejak 1959 sampai 1965 ber-turut2. dan selalu menjabat wakil ketua PPI Pusat.  Sayang ia sudah keburu meninggal dunia, tidak sempat menulis memori kegiatan kongkrit dari PPI pusat selama 6 tahun dia duduk.

The Bun Cun asal Sukabumi, juga menjadi anggota pengurus PPI Sukabumi, kini sudah pindah ke Bekasi Jakarta, buka pabrik tas plastic. Dia bilang minggu depan akan melangsungkan pernikahan anaknya di Jakarta, mengundang kami suami isteri, Lie Liang Kun dan Then Thoeng Khang dan isteri untuk menghadirinya.  Pada hari pernikahan anaknya itu, ramai sekali yang datang , separo saya kenal , yaitu mantan anggota PPI Jakarta.  Atas permintaan The Bun Cun, saya mainkan piano solo, lagu Love Story, La Paloma dan Rayuan Pulau Kelapa. Di Jakarta sempat juga bertemu dengan Ong Lee Sin, Tjoe PengHin, Phoa Beng Hoo, Lim Soey Kim, The Gin Nio dari PPI/Pa Hoa. Tan Kwat Tiam,Tan Swie Ling, Lay Oen Kwie,dari PPI Pusat

Kali ini kami juga menginap di rumah A Tek di Duren Sawit, Bekasi. Sempat juga ke Tangerang untuk mencicipi makanan khas Betawi yang rasanya masih asli seperti yang waktu kecil banyak di jual di Glodok. Tapi sekarang harus ke Tangerang baru bisa menemukan makanan seperti itu.



(2) Membantu paduan suara Alumni Bandung.


Eveline Tjiauw yang sering membantu acara concert saya, minta bantuan saya untuk menjadi pengiring piano paduan suara Alumni Bandung Hongkong yang dia pimpin. Latihannya mengambil tempat di aula Hoa Da di Nathan Road no. 552 lantai 5.  Saya menyanggupi sekalian melancarkan kemahiran saya dalam iringan piano untuk paduan suara yang dulu sering saya lakukan.

Aula Hoa Da ini cukup besar, luasnya l.k. 100 Meter pesegi, di situ tersedia sebuah piano Yamaha sumbangan dari mantan siswa Hoa Da, Zhang Ru Jun yang juga satu angkatan dengan saya di Ba Zhong.

Latihannya diadakan 2 kali sebulan, tiap hari Minggu pertama dan Minggu ketiga, pukul 2 sampai pukul 4 siang. Saya membantu di situ hampir 1 tahun lamanya, belakangan karena tiap hari Sabtu, Minggu dan Senin saya menginap di Guangzhou, di rumah apartemen Tian He Plaza yang saya beli pada 1997, maka jabatan pengiring piano ini diganti oleh pianis lain.



(3) Renovasi besar2an Tian He Plaza di Guangzhou


Kami ambil keputusan untuk melewati hari tua di Guangzhou, tinggal di apartemen Tian He Plaza yang kami beli pada 1997 yang lalu. Pernah satu kali, apartemen kami terendam air sampai 10 centimeter, karena ada penghuni di lantai atas yang bocor kerannya dan airnya merembes ke rumah kami, maka lantai kayunya menjadi rusak dan jelek.  Juga perabotan rumah tangganya sudah agak kuno dan butut, dapurnya juga, toiletnya juga.

Agar bisa tinggal dengan enak, kami ambil keputusan untuk melakukan renovasi besar2an, panggil tukang yang berpengalaman, kira2 makan ongkos 80 ribu Ren Min Bi. Ketika itu, ongkos tenaga kerja dan bahan2 bangunan di RRT murah sekali, kalau di Hongkong, paling sedikit bisa menghabiskan 250 ribu Hongkong Dollar..

Yang dirombak pertama adalah, lantai kayu diganti dengan lantai keramik warna putih air hujan, temboknya seluruh diganti dengan warna putih, pintu dapur dirombak, tidak hadap berhadapan dengan pintu toilet, dapurnya juga dibikin baru dengan lemari kayu di tembok dan di lantai, pintunya dari  kaca agar bisa kelihatan dari luar jika ada yang masak, alat2 masak yang serba baru dan modern, juga toiletnya diganti, bak mandi dibongkar, jadi lebih lega dan enak mandinya. tembok dapur dan kamar mandi juga diganti dengan keramik yang artistic. Terasnya juga diberi lantai keramik dan temboknya juga diperbaruhi, pintu kamarnya tadinya saling berhadapan, sekarang diganti menjadi menghadap ke ruang tamu.  Dalam kamar tidur dibikin lemari pakaian dan lemari buku yang besar yang nempel di tembok. Gordijnnya juga diganti dengan yang baru semuanya, pintu kayu dan pintu besi di depan juga diganti dengan yang baru dan bagus bentuknya, karena pintu depan langsung bisa melihat ke ruang tamu, maka dibikin lemari untuk taro barang2 keperluan se-hari2 yang menutupnya, sehingga kalau buka pintu depan, tidak bisa tampak isi dari ruang tamu.

Pendek kata rumah di Guangzhou ini dibikin bagus, jauh lebih bagus ketimbang apartemen di Hongkong dan Tangxia. Supaya pada hari tua kami bisa tinggal di rumah yang serba baru dan enak.

Air conditioner, alat masak air panas di toilet, kulkas, mesin cuci pakaian, televisi semua diganti dengan yang baru. Ranjang yang lama dibuang, beli ranjang besar ukuran 2 kali 2 meter dari kayu, kasur, seprei dan selimutnya semua serba baru.

Selesai rumah ini di renovasi, anak2 ko Dolih datang untuk membantu membersihkan, mereka semua memuji rumah baru kami yang bagus sekali. Memang semuanya dirancang dengan seksama oleh saya, mesti artistic sesuai dengan jiwa seniman yang saya miliki.

Isteri saya memang kebetulan sedang menganggur, belum mendapat pekerjaan yang cocok, maka dia yang tinggal se-hari2 di rumah baru ini, saya masih mengajar piano di Hongkong, muridnya dikumpulkan pada hari Senin sampai Kamis, jadi Jumat, Sabtu dan Minggu saya pulang ke Guangzhou dengan naik bis langsung Hongkong Guangzhou. Selama 3 hari kerjanya ke supermarket, ada 3 supermarket yang besar dan serba lengkap barang2nya dekat rumah kami, ke pasar sayur mayur dan daging yang letaknya 200 meter dari rumah kami. Masak sendiri di rumah makanan yang sehat dan murah, ketika itu kira2 sepertiga harga di Hongkong.  Ya mulai melewati hari setengah pensiun, kerja 4 hari istirahat 3 hari.



(4) Interpreter Wang Tian Wen dan Huang Ren Zhang


Interpreter Wang Tian Wen saya kenal pada menjelang ke Hongkong pada Desember 1977 di Guangzhou. Selama setengah bulan saya tinggal di Guangzhou sebelum ke Hongkong, menyesuaikan diri dengan kota besar yang ramai dan hiruk pikuk, agar ketika ke Hongkong tidak kaget. Sebab antara 1970-1977 , selama 7 tahun saya tinggal di desa yang kecil, yang sekelilingnya sawah dan ladang sayur, tidak ada mobil atau motor yang lalu lalang, tidak ada toko atau warung di sekitarnya, cuma ada rumah petani yang mengelilingi perumahan kami di STM (Sekolah Tujuh Mei) itu.,  jadi begitu sampai di Guangzhou rasanya agak kikuk dan tidak biasa, seperti orang udik masuk ke kota.

Interpreter Wang aasal Palembang, usianya 2 tahun lebih muda dari saya, orangnya simpatik dan ramahtamah, karena saya kini tiap minggu 3 hari tinggal di Guangzhou, maka saya perlukan ajak dia mampir kerumah saya di Tian He Plaza, dan saya juga pergi anajangsono ke rumahnya di Guangzhou. Ia sekarang mendapat perumahan yang lebih bagus ketimbang dulu, luasnya 100 meter pesegi, lebih besar daripada apartemen di Tian He Plaza yang 80 meter pesegi.

Kemudian saya juga mencari Huang Ren Zhang, juga interpreter Tiongkok di Guangzhou, yang ternyata satu angkatan dengan saya di  Ba Zhong, sama2 angkatan 57.  Dan dia kenal baik dengan Ban Po Khiong, saya banyak saya ceritakan dalam SUKA DUKA DI PPI. Isterinya juga mantan pelajar Ba Zhong, ketemu di Tiongkok, dengan Hoang ini saya banyak ngobrol, karena dia banyak kenalannya di PPI ketika masih di Jakarta. Melalui Hoang saya jadi kenal denganWen Kuang Yi angkatan 52 Ba Zhong yang juga tinggal di Guangzhou, dan Zheng Yao Sheng angkatan 57 Ba Zhong Jakarta yang sering mundar mandir ke Guang Zhou dan punya sebuah apartemen di Guangzhou juga seperti saya.



【第二十八集結束】

【請續看下一集】







ymchen

文章數 : 667
注冊日期 : 2012-11-08

回頂端 向下

回頂端


 
這個論壇的權限:
無法 在這個版面回復文章