公用欄目


Join the forum, it's quick and easy

公用欄目

TKB:SD di HK(38)【代貼】

向下

TKB:SD di HK(38)【代貼】 Empty TKB:SD di HK(38)【代貼】

發表  ymchen 22.07.15 11:03


【代貼】

SUKA DUKA DI HONGKONG-Revisi
(在香港的苦與樂-修訂版)






Bagian ke-4 (2008 -2014)


SUKA DUKA DI HONGKONG. (2014-Revisi)

(Seri ke-38)

Penulis : Thio Keng Bou (張慶茂)
(Jun. 2015)



(1)Chen Bing Huang
ketua angkatan 61 Ba Zhong Hongkong
meninggal dunia


Saya mulai berkenalan dengan Chen Bing Huang ketika Alumni Ba Zhong sedang menghadapi perang dalam negeri antara kelompok Li Yung Zang versus kelompok Yu Wen Chong pada 1997. Ketika itu banyak persamaan pendapat antara saya, Chen Bing Huang (ketua angkatan 61) dan Li Xin Zhen (ketua angkatan 59), kami bertiga termasuk poros tengah di Ba Zhong Hongkong, yang mengemukakan prinsip:

“jangan konfrontasi, banyak konsultasi”

Maksud kami agar saling maki antara dua kelompok ini dihentikan, duduk sama2 di atas meja, selesaikan perbedaan pendapat dengan musyawarah, saling mengalah.

Akhirnya Chen Bing Huang menjadi pengundang grup 5 orang yaitu: Liang Ming Chang dan Liang Gan Ji dari kelompok Li Yung Zhang di satu fihak, dan Yang Ying Hui dan Qiu An Sen dari kelompok Yu Wen Chong di lain fihak.

Hasilnya seperti kita bersama ketahui, perpecahan dalam alumni Ba Zhong tidak bisa diatasi dengan jalan damai, Ba Zhong pecah kembali seperti dulu, masing2 menghidupkan angkatannya masing2, namun dua kelompok ini sering mengadakan malam re-unie makan2 dan tari/nyanyi, saling adu kekuatan di meja makan enak di restoran. Ya, saya sih datang saja ke dua kelompok ini, karena memang bukan pengikut dari salah satu kelompok, yang umumnya bersikap keras, tidak mau datang ke pesta lain kelompok, cuma mau datang di pesta kelompoknya sendiri.

Di seluruh Ba Zhong memang tidak ada satu orang yang memiliki kewibawaan yang tinggi yang bisa mempersatukan perbedaan pendapat ini, maka akhirnya perpecahan dalam alumni Ba Zhong Hongkong menjadi perpecahan yang kekal abadi.

Chen Bing Huang sebagai ketua dari angkatan 61 bersikap tegas, tidak mau mendirikan kelompok baru, atau kelompok golongan tengah, meskipun ada usul demikian, sebab akan membikin kontradiksi bertambah rumit saja, dia, Li Xin Zhen, saya dan Setu Ta Sen pokoknya mau datang saja ke 2 golongan asal diundang.

Chen Bing Huang sejak 1998, selalu menjadi sponsor dari pergelaran musik yang saya adakan, paling sedikit memberikan uang donasi 2000 HKD, setiap saya adakan Concert ini dan itu, untuk meringankan beban saya untuk ongkos pengangkutan dan honorarium para penyanyi yang tenar. Maka concert musik yang saya adakan setiap tahun tidak pernah rugi, apalagi belakangan ditambah dengan Li Bao Tian yang juga setiap tahun memberi donasi sebesar 2000 HKD sampai 3000 HKD kepada saya., dan Li Yung Zhang belakangan juga berjanji, dan janji ini selalu dipenuhi, memberi uang sumbangan 500 HKD setiap tahun kepada saya untuk sewa tempat latihan dan ongkos penyelenggaraan concert.

Juga CD Musik yang saya cetak, asal saya bawa ke kantornya di Quarry Bay, dia selalu membeli paling sedikit 30 CD kadang2 memborong 50 CD untuk di-bagi2kan kepada teman2nya yang suka musik di angkatan 61. begitulah persahabatan antara saya dan dia terjalin melalui concert musik, dimana dia sendiri suka musik dan suka menyanyi. Anak angkat saya sudah dua kali diundang untuk memberi hiburan di pesta pernikahan anaknya, Alex Fung bersama ayahnya, setiap kali memberi hiburan mendapat honorarium yang tinggi, 10 ribu HKD hanya untuk memberi acara hiburan 1 jam lamanya. Willie Fung dan Alex Fung tidak pernah melupakan hal ini, padahal ketika itu Alex masih belum pergi ke Boston, ini terjadi pada tahun 90-an, saya sudah lupa tahun berapa.

Maka ketika saya mendengar berita dia meninggal dunia, saya sangat sedih sekali, bukan karena kehilangan seorang donator, melainkan kehilangan seorang sahabat karib yang memiliki jiwa besar dan semangat persatuan yang kuat. Usianya masih muda, 2 tahun dibawah saya, sungguh sayang sekali, dalam usia muda sudah meninggalkan kita untuk se-lama2nya.



(2)Charina Thio anak Keng Hong
datang ke Hongkong


Sudah lama saya mndengar nama Charina, puteri sulung adik saya Thio Keng Hong, tapi belum sempat ketemu muka, karena dia sudah pindah dari Tamansari ke Kelapa Gading, ketika saya di Jakarta 4 minggu lamanya, terus sibuk saja banyak acara, belum sempat menengok dia. Tahu2 saya ditilpon oleh adik saya, bahwa Charina Thio akan jalan2 ke Hongkong, saya beritahu no HP saya agar dia kontak saya begitu tiba di Hongkong.

Pada  siang hari tanggal 19 September 2014, Charina tilpon saya, dia sudah tiba di Hotel Regal Shatin bersama rombongan turisnya. Wah, kebetulan hotelnya dekat sekali dengan rumah saya, cuma berjarak 3 KM jauhnya, tak usah nyeberang lautan ke pulau Hongkong.  Maka segera saya pergi ke situ dengan bis nomer 81C, bawa satu kilo anggur hitam, untuk dia dan teman2nya, ketemu dengan Charina. Kaget juga melihat Charina, yang selama ini hanya melihat wajahnya di Face Book, ternyata orang benernya gemuknya diluar dugaan. Mukanya persis ayahnya Keng Hong.  Kami ngobrol2 di restoran Vietnam di sebelah hotel sambil minum2, karena Charina baru saja makan siang bersama teman2 sekantornya. Dia bekerja di DBS Bank di Indonesia, mendapat hadiah ticket dan hotel gratis untuk jalan2, tahun yang lalu ke Bangkok, tahun ini ke Hongkong. Tentu hasil kerjanya bagus, maka bisa memperoleh kesempatan seperti ini. Ibu kandungnya seorang suku Jawa (pribumi), tapi katanya sudah bercerai dengan ayahnya, dan sudah menikah lagi dengan orang lain di Jogja, maka dia ikut ayahnya ke Jakarta, dan oleh Keng Lian diperlihara seperti anak kandung sendiri dan disekolahkan sampai lulus sekolah tinggi.

Dia cuma 3 hari di Hongkong, pada hari ketiga tiba2 dia tilpon saya:

“Toape, saya ketinggalan di Hotel nih, rombongan sudah berangkat ke airport, karena ketika mau berangkat, ternyata paspor saya ketinggalan di dalam kamar, maka rombongan berangkat duluan takut terlambat ke airport. Bagaimana nih Toape?”

Dalam hati saya, kok anak ini mirip ayahnya Keng Hong yang pada tahun 1983 terpaksa menginap satu malam lagi di rumah saya di Hunghom, karena barang2nya sudah masuk pesawat, dia dan Carmen (isteri pertamanya) masih di ruang tunggu Airport, pesawatnya sudah berangkat.

Saya segera naik taxi ke Hotelnya, lalu suruh dia naik taxi itu buru2 ke airport, agar jangan sampai ketinggalan lagi kayak ayahnya dulu, saya berikan uang 500 HKD karena dia sudah tak punya persediaan HKD, sedangkan Hotel tidak mau terima uang Rupiah ditukar deengan HKD.  Sudahlah Charina ini angpao dari Toape, adikmu Andrey 2013 sudah dapat angpao, Charina belum, bukan? Bayar taxi dengan uang ini.

Hati saya lega juga, kalau dia ketinggalan kan repot, karena besok sudah mesti masuk kerja di kantornya.

Beberapa bulan kemudian, saya diinterlokal oleh dia, ternyata ayahnya masuk ICU di Jayapura (Papua), setelah seminggu tidak tertolong dan meninggal dunia karena radang selaput otak. Sejak 1983 saya tak pernah jumpa lagi dengan Keng Hong, dia selamanya ada di Jayapura setiap saya pergi ke Jakarta, heran juga saya, kenapa dia begitu betah tinggal di daerah terbelakang kayak  begitu, padahal dia di Canada dan USA sudah pernah tinggal selama 9 tahun lamanya.



(3)Tan Bwee Lan dan Tjong Han Tjiang
dari Pa Hoa lulusan Hoa Zhong Jakarta


Saya ditilpon oleh anak Pa Hoa, kenal kagak dengan Tan Bwee Lan? Kami mau kumpul2 yamcha dengan dia yang sedang berada di Hongkong.  Saya segera menyanggupi, dan segera berangkat ke sebuah restoran di Causeway Bay, tempat mereka kumpul2 yamcha. Setiba di sana sudah kumpul anak Pa Hoa satu meja, baru mulai yamcha, Di situ sudah ada si Acun (Liauw Cun Yen), Kho Tjong An, mantan anggota PPI Jakarta. Tan Bwee Lan mantan guru SMA MUSYAWARAH yang didirikan oleh PPI Bandung, dan Tjong Han Tjiang adalah suaminya. Kami pernah tinggal serumah di Jalan Karang Anyar 93 A pada tahun 1963.  Rasanya mereka berdua sudah 3 kali ke Hongkong dan bertemu dengan saya, dan sayapun sudah 3 kali ketemu mereka di Jakarta..



(4)Budhi sekolah penerbangan
ke Nan King RRT


Budhi adalah putera dari A Fuk, adik kandung isteriku yang bermukim di Sidoarjo Jawa Timur. Dia mendapat kesempatan belajar penerbangan dan ruang angkasa di Nan King.  Kami berdua senang sekali bisa jumpa kelak dengan dia, karena selama beberapa kali ke Indonesia, selalu ter-buru2, tidak sempat ke Jawa Timur untuk menengok A Fuk sekeluarga, cuma ketemu dengan En En dan A Tek sekeluarga saja.  Katanya liburan Imlek 2015 akan ke Hongkong mencari kami, saya bilang datanglah ke sini, nanti saya ajak yamcha dan makan makanan Jawa Timur di Hongkong, karena di Hongkong paling sedikit ada 120 ribu TKW asal Jawa Timur, maka banyak dijual makanan Jawa Timur untuk para TKW itu. Kemudian dia bisa belajar electronic keyboard di rumah saya. Belajar One Man Orchestra, belajar mencipta lagu.

Betul saja, pada liburan Imlek dia datang bersama 2 teman sekolahnya dari Nan King, saya pergi jemput ke Senzhen dan mengajak dia ke rumah kami di Ma On Shan. Spesial kami belikan ranjang lipat untuk dia tidur di ruang tamu, berikut bantal dan selimutnya. Katanya kebanyakan teman2 sekolahnya kalau liburan pulang ke Indonesia, karena memang tidak punya famili di RRT atau Hongkong, kami bilang, untung kamu ada Kuku dan Kucong di Hongkong, jadi bisa menghemat banyak uang ticket plane ke Indonesia, sekalian belajar musik kepada Kucong di sini, jadi pulang2 ke Indonesia disamping menggondol ijazah penerbangan, juga bisa meningkatkan ilmu musiknya, saya akan turunkan sebanyak mungkin kepandaian saya kepadanya, lumayan buat hobby atau juga buat bekal hidup kelak jika dibutuhkan. Orang yang setaraf dengan Budhi, jika belajar musik kepada Kucong uang lesnya adalah 600 ribu Rupiah per jam, tapi Budhi Kucong ajarin gratis, tak usah bayar uang les. .Pokoknya serba untung berlibur di Hongkong deh…



(5)Sanggup dalam 5 menit
menciptakan sebuah lagu merdu


Saya mulai menciptakan lagu pada 1962, ketika mengajar nyanyi di Sekolah Sin Chung Bandung. Judul lagunya adalah 《Membersihkan Ruang Kelas》, lagu ini saya ciptakan dalam waktu seminggu lamanya, karena saya belum pernah belajar teori bagaimana menciptakan sebuah lagu. Jadi coba sana coba sini, tabrak sana tabrak sini, ber-kali2 menemui kegagalan, akhirnya terciptalah lagu baru yang bagus dan disenangi oleh seluruh murid nyanyi saya di Sin Chung.

Pada tahun itu juga, ketika kuliah di Akademi Musik Cornel Simanjuntak Bandung, saya beruntung mendapat pelajaran teori menciptakan lagu dari komponis terkenal Indonesia Sudharnoto, yang terkenal dengan ciptaannya 《Garuda Pancasila》. Ternyata mencipta lagu itu gampang sekali seperti goreng nasi. Meskipun demikian untuk mencipta lagu yang bagus, merdu dan bisa disenangi oleh banyak orang adalah tidak mudah, membutuhkan perbendaharaan melodi yang kaya dalam otak kita. Dan sering mendengar serta menganalisa lagu2 ciptaan orang lain. Membikin nasi goreng yang lezad juga tidak gampang, membutuhkan pengalaman dan mencicipi berbagai macam nasi goreng buatan orang lain juga. Harus memadukan teori dengan praktek, harus berani mencipta dan berani jatuh bangun membikin lagu yang tidak enak didengar di telinga.

Selama 50 tahun lebih saya sudah banyak mencipta lagu2, ada ratusan lagu yang gagal, artinya tidak merdu, tidak enak didengar.  Setelah ratusan kali pengalaman bikin lagu, dan ribuan kali mendengar lagu2 ciptaan orang lain, akhirnya saya sekarang mampu mencipta sebuah kalimat lagu (Music sentence) sederhana dalam waktu 1 menit saja, dan lagu yang sederhana tapi enak dalam waktu 5 menit saja. Saya sudah praktekkan ber-kali2 di depan teman di Hongkong, minta mereka berikan sebuah sajak pendek untuk saya bubuhi melodinya, dalam waktu 1 sampai 5 menit lahirlah sebuah lagu baru. Karena dalam otak saya sudah tersimpan ribuan melodi yang sedap di telinga. Setiap saat bisa dikeluarkan dan ditulis menjadi sebuah lagu baru. Seperti computer yang menyimpan data2 musik yang dikumpulkan selama puluhan tahun sejak saya mengenal musik pada masa di Taman Kanak2 pada tahun 1943.

Saya kini bisa memberi pelajaran BAGAIMANA MENCIPTA SEBUAH LAGU MERDU, pelajaran saya ini jauh lebih bagus dan lebih lengkap ketimbang pelajaran yang diberikan oleh mantan guru musik saya Sudharnoto, seorang murid baru sukses jika bisa mengalahkan gurunya. Bulan Oktober 2015 di Jakarta,  saya akan mendemonstrasikan ketrampilan saya dalam mencipta lagu baru,  siapa yang mau mendengarnya, harap mendaftarkan diri kepada saya, dengan alamat email : qingmaozhang@ymail.com. Waktu dan tempatnya akan saya berikan di Jakarta kelak. Mau belajarpun boleh, uang lesnya seribu Hongkong Dollar per jam, karena ini adalah pelajaran tingkat tinggi yang lebih bagus ketimbang belajar ilmu komposisi di Konservatorium.



(6) Ultah ke-100 Siauw Giok Tjhan
diperingati di Hongkong


Tanggal 22 November 2014 siang, bertempat di City University Kowloon Tong, diadakan Seminar memperingati ulang tahun ke-100 dari Siauw Giok Tjhan. Saya putuskan untuk menghadirinya, karena saya kenal baik nama Siauw Giok Tjhan sejak 1951, kemudian bertemu muka  pada 1955 ketika Kongres Baperki ke2 di Bandung, dimana saya menjadi salah seorang wakil Pemuda Baperki Jakarta menghadiri rapat pembentukan Permusjawaratan Pemuda Indonesia yang tadinya bernama Pemuda Baperki.. Ketika di Indonesia, saya termasuk agak sering bertemu muka dengan Siauw Giok Tjhan yang menjadi penasehat PPI, banyak pelajaran politik yang saya terima dari beliau, dalam membimbing pekerjaan di PPI Jakarta, PPI Pusat dan PPI Jawa Barat serta PPI Bandung, dimana saya selama 1955 sampai 1965 terus menerus jadi salah satu anggota pimpinannya. Titik berat pekerjaan saya di Indonesia adalah di bagian keseniannya, jadi kurang intensif belajar ilmu politiknya, yang saya anggap itu semua urusan Baperki, dan saya memang ketika itu kurang begitu interesan sama urusan politik. Saya ber-sungguh2 belajar ilmu politik setelah G30S, setelah dicabut paspornya dan jadi stateles di RRT. Gara2 kurang perhatian terhadap masalah politik, maka akhirnya keserempet jadi korban politik, terpaksa minta suaka politik dan akhirnya menjadi pemegang paspor Tiongkok, karena paspor Indonesia sudah dicabut (tidak berlaku lagi). Saya dulu meninggalkan sekolah Ba Zhong, masuk Pemuda Baperki, justeru tidak mau ke Tiongkok dan tidak mau masuk warganegara Tiongkok, apalagi memang bahasa Tionghoa saya selalu dapat angka merah di rapor, karena kurang suka sama bahasa leluhur yang sulit dipelajari itu, apalagi 90% dari famili saya adalah orang peranakan yang sekolah Belanda atau sekolah Indonesia.

Pagi itu, saya diajak Chan Chung Tak untuk yamcha dulu di Kowloon Tong, bersama Burhan, Mayli, Tiongjin dan isterinya, serta Chung Tak sekeluarga. Setelah itu, baru pergi ke City University yang terletak di sebelah tempat yamcha. Di sana sudah kumpul anggota panitia penyelenggaranya yang kebanyakan saya kenal, dan saya beli buku2 yang dijual disitu, karena saya tahu saya tak mungkin bisa mendengar semua pidato dari Seminar itu. Betul saja, selama 2 jam saya duduk di ruangan, 90% dari isi pidato saya kagak kedengaran, sebab memang pendengaran saya sudah merosot jauh, kalau melihat TVpun, jika tak ada teksnya, saya tak tahu apa isinya, pakai alat pengeras suara dari dokterpun tak ada gunanya.  Maka selama 2 jam mendengar pidato2 dari peserta seminar, hanya melihat orang ber-komat kamit di corong microphone, tak tahu apa yang dipidatokan, maka saya  terus pulang saja ke rumah., membaca buku2 yang tadi dibeli, kemudian melalui email yang dikirim oleh Chan Chung Tak, saya akhirnya tahu apa saja yang diucapkan tokoh2 masyarakat dalam seminar itu.

Malamnya ada jamuan makan, sayapun tidak ikut serta, sebab saya kini sudah mengurangi pergi makan2 di pesta2, demi menjaga kesehatan supaya panjang umur.

Tapi acara yamcha keesokan paginya untuk para mantan mahasiswa Ureca yang datang, saya perlukan ikut, karena saya dengar ada mantu dan anaknya  Dr Lie Tjwan Sien almarhum yang datang dari Holland, yaitu Durmin dan Lie Giok Tjing.

Ya, sudah belasan tahun tidak jumpa, entah bagaimana kini wajahnya mereka berdua.  Akhirnya ketemu juga di restoran di Tsuen Wan, dekat hotel Panda tempat mereka berdua menginap, sekalipun cuma yamcha 2 jam lamanya, lumayan deh bisa ngobrol2 nostalgia.Ternyata anak mereka Liming yang lahir pada 22 April 1972 di Nan Chang, sampai kini masih bujangan, belum menikah. Saya tahu persis tanggal kelahiran Li Ming ini, karena ketika dia dilahirkan saya kebetulan sedang berobat di rumah sakit yang sama, dan saya bilang, tanggal 22 April adalah tanggal lahirnya guru besar orang komunis sayap kiri sedunia Lenin, dan Liming sampai usia 5 tahun selalu menjadi sahabat cilik saya di STM Tjiangsi, saya khusus  bikin lagu 《Aku Supir Mobil》, karena Liming waktu itu pernah bilang, kalau sudah gede mau jadi supir mobil, enak bisa jalan2 kesana kesini. Ya, ketika itu kita semua tinggal di desa yang terpencil, naik mobil merupakan sesuatu yang luks buat kita semua, termasuk kanak2. Saya selalu mengharapkan, pada suatu hari Liming mau jalan2 lagi ke Hongkong, bisa jumpa dengan empenya di Hongkong. Akan saya ajak dia keliling naik mobil bertingkat dan Tram bertingkat keliling Hongkong. .  



(7) 2014 Thio Keng Bouw Christmas Concert


Tanggal : 21 Desember 2014
Waktu : 14.00 – 17.00
Tempat : 552 Nathan Road, lantai 5

ACARA :

1. One Man Orchestra oleh Thio Keng Bouw dengan lagu2:
Chinese Folks Song Medley, Habanera From Carmen, Hooked On Classic

2. Piano Solo oleh Thio Keng Bouw dengan lagu2 :
Selendang Sutera, Ballade Pour Adeline, Love Story

3. Nyanyian Tunggal :
 1.Thio Keng Bouw : Hidup Persahabatan Indonesia – Tiongkok
 2.Liu Jing Lan : One Day When We Were Young, Ayo Mama
 3.Chan Chang Hai : Wo Jia Zhai Na Li,  Wo Zhao Dao Zi Ji
 4.Chen Jing Wei : Troika (San Tao Che), Yao Yuan De Di Fang.
 5.A Hon : Besame Mucho, Delilah
 5.Chen An Ying : La Paloma, Rayuan Pulau Kelapa
 6.Yang Shui Yang : Bandung Selatan Di Waktu Malam, Ole2 Bandung
 7.Lin Chang An : Rangkaian Melati, Bunga Anggrek
 8.Lin Pei De : O Sole Mio, We Wish You A Merry Christmas
 9.Wu An Ran : Dong Fang Zhi Zhu, Ai Zhai Shen Qiu
10.Ouyang Jin Chang : Chao Yuan Zhi Ye, Bengawan Solo :



【《在香港的苦與樂》已出了三十八集,到此暫告結束。】

【多謝觀賞】







ymchen

文章數 : 667
注冊日期 : 2012-11-08

回頂端 向下

回頂端


 
這個論壇的權限:
無法 在這個版面回復文章